A.
TAHAPAN
PERKEMBANGAN KELUARGA
Perkembangan keluarga
adalah proses perubahan yang terjadi pada system keluarga meliputi: pola
interaksi dan hubungan antara anggotanya disepanjang waktu (Mubarak, Sentosa,
Rozikin, & Patonah, 2006). Keluarga memiliki tahap perkembangan dengan berbagai
tugas perkembangan yang harus diselesaikan pada tahapnya (Friedman, 1998).
Kerangka perkembangan keluarga menurut Evelyn Duvall memberikan pedoman untuk
memeriksa dan menganalisa perubahan dan perkembangan tugas-tugas dasar yang ada
dalam keluarga selama siklus kehidupan mereka (Mubarak, Sentosa, Rozikin, &
Patonah, 2006). Tugas perkembangan keluarga meliputi harapan tugas atau peran
spesifik pada setiap tahap yang inheren untuk mencapai lima fungsi dasar dalam
keluarga (Friedman, Bowden, Jones, 2010).
Menurut Duvall (1985) dalam Friedman, Bowden, dan Jones (2010)
ada delapan tahap perkembangan keluarga:
1. Tahap
I: Keluarga Pasangan Baru
Keluarga
baru dimulai pada saat masing-masing individu yaitu suami dan istri membentuk
keluarga melalui perkawinan yang sah dan meninggalkan keluarga masing-masing,
dalam arti secara psikologis keluarga tersebut sudah memiliki keluarga baru.
Dua orang yaitu suami dan istri yang membentuk keluarga baru tersebut perlu
mempersiapkan kehidupan yang baru karena keduanya membutuhkan penyesuaian peran
dan fungsi sehari-hari (Mubarak, Sentosa, Rozikin, & Patonah, 2006).
a. Tugas
perkembangan keluarga
Membentuk pernikahan
yang memuaskan bagi satu sama lain, berhubungan secara harmonis dengan jaringan
kekerabatan, dan pada periode ini, perencanaan keluarga meliputi tiga tugas
kritis.
Tabel
2.1 Keluarga dalam tahap transisi
Tugas Perkembangan
|
Perhatian Pelayanan Kesehatan
|
Berpisah dari
keluarga asli
|
Keluarga Berencana
|
Mengembangkan
hubungan teman sebaya yang intim
|
Kontrasepsi
|
Memantapkan pekerjaan
dan kemandirian financial (keuangan)
|
Mencegah penyakit
menular seksual
Praktik seksual yang
aman
HIV
Kecelakaan
Hepatitis C
Bunuh diri
Masalah kesehatan
jiwa
Praktik kesehatan yang baik
(mis., tidur, nutrisi, olaharaga)
|
b. Membentuk
pernikahan yang memuaskan bagi kedua belah pihak
Membentuk hubungan yang sukses
bergantung pada akomodasi mutual dan berdasarkan sifat yang saling melengkapi,
atau bersama-sama menyesuaikan kebutuhan dan minat pasangannya sama pentingnya
bahwa perbedaan individual juga harus diketahui. Dalam hubungan yang sehat,
perbedaan dilihat untuk memperkaya hubungan pernikahan. Mencapai hubungan yang
memuaskan bergantung pada perkembangan cara yang memuaskan untuk menangani
perbedaan (Satir, 1983) dan konflik. Cara sehat untuk mengatasi masalah
berhubungan dengan kemampuan pasangan untuk bersikap empati, saling mendukung,
saling berkomunikasi secara terbuka dan jujur, serta melakukan pendekatan
terhadap konflik dengan perasaan saling menghargai (Harley, 1994).
Selain itu, seberapa besar
kesuksesan pengembangan hubungan pernikahan akan bergantung pada seberapa baik
setiap pasangan atau memisahkan keluarga masing-masing dari keluarga asli
mereka (tugas perkembanan terdahul) (Bowen, 1978)
c. Berhubungan
secara harmonis dengan jaringan kekerabatan
Perpindahan peran dasar terjadi
dalam pernikahan pertama, pada saat pasangan berpindah dari rumah orang tua
mereka ke latar tempat yang baru. Secara bersamaan meraka menjadi anggota dari
3 buah keluarga masing-masing keluarga asli meraka ditambah keluarga mereka
sendiri yang baru saja mereka ciptakan. Pasangan menghadapi tugas perpisahan
mereka sendiri dari masing-masing keluarga asal mereka ke keluarga yang baru di
bentuk dan dalam menjalani hubungan yang berbeda dari orang tua, saudara
kandung dan mertua. Bagi pasangan,bagian yang tidak dapat dihindari ini
membentuk hubungan baru dengan setiap latar belakang orang tua, hubungan yang
hanya memungkinkan untuk memberi dukungan mutual dan kesenangan, tetapi juga
untuk suatu otonomi yang melindungi keluarga yang baru di bentuk dari turut
campur pihak luar yang dapat mengganggu bangunan pernikahan yang memuaskan.
d. Merencanakan
sebuah keluarga
Memiliki atau tidak memiliki anak
dan menetapkan waktu kehamilan adalah keputusan keluarga yang penting. Mckinney
dan rekan (2000) menekankan pentingnya mempertimbangkan kehamilan keluarga
secara menyeluruh ketika seseorang bekerja dalam unit perawatan maternitas.
Jenis pelayanan kesehatan yang diterima keluarga sebagai sebuah unit sangat
mempengaruhi kemampuan keluarga untuk melaksanakan koping secara efektif krtika
menghadapi perubahan yang sangat besar setelah kelahiran bayi.
e. Perhatian
kesehatan
Perhatian kehatan pada saat ini
meliputi perhatian yang terkait dalam penyesuaian peran seksual dan pernikahan,
penyuluhan dan konseling keluarga berencana, serta komunikasi. Saat ini semakin
tampak jelas bahwa konseling harus diberikan sebelum pernikahan. Kurang
informasi sering menyebabkan masalah seksual dan emosional, ketakutan, perasaan
bersalah, kehamilan yang tidak direncanakan, dan penyakit kelamin baik sebelum
maupun sesudah pernikahan. Peristiwa yang tidak menguntungkan ini tidak
memungkinkan pasangan untuk merencanakan kehidupan mereka dan memulai hubungan
mereka dengan pondasi yang baik.
2. Tahap
II
Tahap II dimulai dengan
kelahiran anak pertama dan berlanjut sampai bayi berusia 30 bulan. Transisi ke
masa menjadi orang tua adalah salah satu kunci dalam siklus kehidupan keluarga.
Dengan kelahiran anak pertama, keluarga menjadi kelompok trio, membuat sistem
yang permanen pada keluarga untuk pertama kalinya (yaitu, sistem berlangsung
tanpa memerhatikan hasil akhir dari pernikahan.
Walaupun menjadi orang
tua menunjukkan tujuan yang sangat penting bagi sebagian besar pasangan,
sebagian besar menemukan bahwa masa menjadi orang tua adalah masa transisi
kehidupan yang penuh stres. Sebuah periode ketidakseimbangan tidak dapat
dihindari pada saat keluarga berpindah dari satu tahap ke tahap yang lain.
Stresor yang paling sering terjadi adalah kehilangan kebebasan personal akibat
tanggung jawab menjadi orang tua, selain itu kurangnya waktu dan hubungan
persahabatan dalam pernikahan juga sering teridentifikasi.
Penyesuaian terhadap
pernikahan biasanya tidak sesulit penyesuaian terhadap keadaan menjadi orang
tua. Walaupun merupakan pengalaman yang paling berarti dan paling memuaskan
bagi sebagian besar orang tua, hadirnya bayi membutuhkan perubahan yang
tiba-tiba sampai menuntut peran yang tidak henti-hentinya. Biasanya, dalam hal
ini pada awalnya sulit karena perasaan
tidak memadai dari orang tua yang baru, kurang bantuan dari keluarga dan teman,
saran yang bertentangan dari teman atau keluarga dan profesional pelayanan
kesehatan yang selam ini membantu, dan
seringnya bayi terbangun diwaktu malam yang biasanya berlanjut samapai sekitar
tiga sampai empat minggu. Dengan demikian, ibu menjadi lelah secara psikologi
dan fisiologi. Selain mengasuh bayinya, ibu sering merasa terbebani oleh tugas
rumah tangga dan mungkin juga oleh tanggung jawab pekerjaan.
Setelah hadirnya anak
pertama, keluarga memiliki beberapa tugas perkembangan.
Tabel
2.2 Tugas Perkembangan Keluarga
Tugas Perkembangan
|
Perhatian Pelayanan Kesehatan
|
1. Membentuk
keluarga muda sebagai unit yang stabil (menggabungkan bayi yang baru kedalam
keluarga)
2. Memperbaiki
hubungan setelah terjadinya konflik mengenai tugas perkembangan dan kebutuhan
berbagai anggota keluarga.
3. Mempertahankan
hubungan pernikahan yang memuaskan.
4. Memperluas
hubungan dengan keluarga besar dengan menambah peran menjadi orang tua dan menjadi
kakek/nenek.
|
1. Persiapan
untuk pengalaman melahirkan.
2. Transisi
menjadi orang tua.
3. Perawatan
bayi.
4. Mengenali
secara dini dan menangani masalah-masalah kesehatan fisik anak dengan tepat.
5. Imunisasi.
6. Pertumbuhan
dan perkembangan yang normal.
7. Tindakan
untuk keamanan.
8. Keluarga
berencana.
9. Interaksi
keluarga.
10. Praktik
kesehatan yang baik (mis., tidur, nutrisi dan olahraga)
|
3. Tahap
III: keluarga dengan anak prasekolah
Tahap
ini dimulai saat kelahiran anak berusia
2,5 tahun dan berakhir saat 5 tahun. Pada tahap ini orang tua beradaptasi
terhadap kebutuhan –kebutuhan dan minat dari anak prasekolah dalam meningkatkan
pertumbuhannya. Kehidupan keluarga pada tahap ini sangat sibuk dan dan anak
sangat tergantung pada orang tua. Kedua orang tua harus mengatur waktunya
sedemikian rupa sehingga kebutuhan si anak , suami-istri dan pekerjaan dapat
terpenuhi. Orang tua menjadi arsitek keluarga dalam merancang dan mengarahkan
perkembangan keluarga agar kehidupan perkawinan tetap utuh dan langgeng dengan
cara meguatkan kerjasama antar suami-istri. Orang tua mempunyai peran untuk
menstimulasi perkembangan individual anak khususnya kemandirian anak agar tugas
perkembangan anak pada fase ini dapat
tercapai ( Mubarak, santoso, rozikin & patonah, 2006 ).
Anak
prasekolah banyak belajar pada tahap ini , terutama area kemandirian. Mereka
harus mencapai otonomi dan kemandirian yang cukup agar mampu menanggani diri
mereka sendiri tampa orang tua di berbagai tempat. Pengalaman di taman
kanak-kanak, project head start, pusat penitipan anak atau program serupa
lainnya adalah cara yang baik untuk membantu tipe perkembangan ini.
a. Tugas
perkembangan keluarga
Keluarga saat ini
berkembang baik secara jumlah maupun kompleksitas. Kebutuhan anak prasekolah
dan anak kecil lainnya untuk mengksplorasi dunia disekitar mereka, dan
kebutuhan orang tua akan privasi diri, membuat rumah dan jarak yang adekuat
menjadi masalah utama. Peralatan dan fasilitas harus aman untuk anak-anak,
karena alas an itu mortalitas dan disabilitas pada tahap ini sebagian besar
terjadi karena cedera. Mengkaji rumah tentang adanya bahaya keselamatan
merupakan hal yang penting bagi perawat kesehatan komunitas dan pendidikan
kesehatan kemudian harus dimasukkan sehingga orang tua dan anak mengenali
kemungkinan resiko dan cara mencegah cedera.
Bertolak belakang
dengan harapan penelitian telah menunjukan bahwa kedatangan anak kedua ke dalam
keluarga memiliki efek yang lebih buruk pada hubungan pernikahan dari pada
kedatangan anak pertama ( La Rossa & La Rossa, 1981). Keterlibatan dalam pola orang tua cenderung
membuat pelaksanaan peran pernikahan menjadi lebih sulit, seperti yang
diperlihatkan oleh pemantauan penelitian klinis berikut : pasangan melihat
perubahan kepribadian yang lebih negative pada satu sama lain, mereka kurang puas
dengan rumah tangga mereka , interaksi berorientasi tugas lebih banyak dan
lebih sedikit pecakapan personal serta percakapan berpusat pada anak, lebih
banyak kehangatan ditujukan ke pada anak dan lebih sedikit kehangatan yang
ditujukan kepada masing- masing pasangan, dan lebih sedikit tingkat kepuasan
seksual ( Feldman, 1971 ).
Tugas utama keluarga
menyosialisasikan anak, anak prsekolah mengembangkan sikap diri yang
kritis ( konsep diri ) dan dengan cepat
belajar untuk mengekspresikan diri mereka sendiri, sebagaiamana yang terlihat
dalam penangkapan bahasa mereka yang cepat. Peran yang lebih dewasa didapatkan
oleh anak prasekolah, yang secara bertahap memikul tanggung jawab lebih dalam
perawatan diri mereka sendiri dan membantu ibu dan ayah dengan tugas rumah
tangga. Yang penting bukan masalah produktivitas anak tapi pembelajaran yang
terjadi.
Tugas lain selama
periode ini adalah berhadapan dengan cara bagaimana mengintegrasikan anggota
keluarga baru ( anak kedua atau ketiga )
ke dalam keuarga, sementara keluarga tersebut tetap memenuhi kebutuhan anak yang
lebih tua. Pergeseran seorang anak oleh bayi yang baru lahir secara psikologis
adalah peristiwa yang sangat traumatis. Persiapan anak menghadapi kedatangan
bayi yang baru lahir membantu memperbaiki situasi, terutama jika orang tua
sensitive dengan perasaan dan prilaku anak yang lebih tua. Persaingan sibling
sering diekspresikan dengan memukul atau memperlakukan bayi yang baru lahir
sacara negative, berprilaku regresif, dan aktivitas yang mencari perhatian.
Cara terbaik untuk menghadapi persaingan sibling bagi orang tuaadalah meluangkan
waktu tertentu setiap hari secara eksklusif untuk berhunbungan dengan anak yang
lebih tua guna untuk memberikan mereka kepastian bahwa ia tetap disayang dan
diinginkan.
Pada saat anak memasuki
prasekolah orang tua memasuki tahap ketiga yaitu menjadi orang tua, salah
satunya adalah belajar untuk berpisah dari anak pada saat mereka berlatih di
pusat penitipan anak atau taman kanak-kanak. Tahap ini berlanjut selama
prasekolah dan tahun-tahun masa sekolah awal. Perpisahan dari orang tua juga
sulit bagi anak prasekolah. Perpisahan dapat terjadi karena orang tua pergi
bekerja, ke rumah sakit atau pergi berekreasi atau jalan-jalan, persiapan
keluarga untuk perpisahan sangat penting
dalam membantu anak-anak menyusuaikan diri terhadap perubahan.
Membantu orang tua
untuk memperoleh layanan keluarga berencana setelah kehadiran bayi yang baru
lahir atau untuk melanjutkan kontrasepsi jika kehamilan tidak direncanakan,
juga diindikasikan. Hal tersebut misalnya buka merupakan hal yang jarang bagi
wanita untuk berhenti menggunakan kontrasepsi karena tidak munculnya menstuasi
dengan kenyakinan bahwa ia tidak hamil, hanya untuk mengetahui bahwa pada
akhrinya ia hamil akibat hubungan
seksual selama ia mengira bahwa ia hamil dan tidak menggunakan
kontrasepsi.
b. Perhatian
kesehatan
Masalah kesehatan fisik yang utama adalah seringnya
penyakit menural yang dialami oleh anak dan umumnya cedera akibat jatuh, luka
bakar, keracunan dan cedera lain yang terjadi massa prasekolah. Karena kurang
ketahanan spesifik terhadap banyak bakteri dan penyakit akibat virus serta
meningkatnya pajanan terhadap bakteri dan virus, anak prasekolah sering kali
sakit dengan disertai satu penyakit infeksi minor setelah sakit pertamanya
sembuh.penyakit infeksi sering kali merupakan penyakit yang hilang – timbul di
dalam keluarga. Seringnya kunjungan dokter merawat anak yang sakit dan pulang
ke rumah dari tempat kerja untuk membawa anak yang sakit dari taman kanak-kanak
adalah krisis mingguan yang sering terjadi. Dengan demikian kontak anak dengan
infeksi dengan infeksi dan penyakit menular serta kerentanan mereka yang umum
terhadap penyakit adalah perhatian kesehatan yang utama.
Perhatian utama kesehatan psikososial keluarga
adalah hubungan pernikahan. Penilitian menunjukan adanya penurunan atau
kehilangan kepuasan yang dialami oleh banyak pasangan selama masa ini dan
kebutuhan untuk bekerja guna mamperkuat dan menyegarkan kembali unit vital.
Stategi promosi kesehatan umum terus berlanjut dan
berhubungan erat selama tahap ini, karena prilaku gaya hidup yang dipelajari
selama masa kanak-kanak dapt memiliki konsekuensi jangka pendek dan panjang.
Pendidikan kesehatan keluarga keluarga diarahkan pada pencegahan masalah
kesehatan utama akibat merokok, penyalahgunaan alcohol dan obat- obatan,
seksualitas manusia, keamanan, diet, dan nutrisi. “ tujuan utama bagi perawat
yang bekerja dengan anak dan keluarga adlah membantu mereka dalam menetapkan
gaya hidup sehat dan dalam menfasilitasi
pertumbuhan fisik, intelektual, emosional, dan social anak yang optimal’ ( willson,
1998, hlm.177 ).
4. Tahap
IV : keluarga dengan anak sekolah
Tahap
ini mulai ketika anak pertama memasuki sekolah dalam waktu penuh, biasanya pada
usia 5 tahun, dan di akhiri ketika ia mencapai pubertas, sekitar usia 13 tahun.
Keluarga biasanya mencapai jumlah anggota keluarga maksimal (duvall &
miller, 1985). Selain itu, masa ini adalah masa yang sibuk. Saat ini anak-anak
memilki aktivitas yang wajib mereka lakukan dalam kehidupan dan sekolah, dan
orang tua juga memiliki aktivitas mereka sendiri yang berbeda. setiap orang
mengerjakan tugas perkembangan diri mereka masing-masing, sama seperti keluarga
yang berupaya untuk memenuhi tugas perkembangan keluarga. Menurut erikson
(1950), orang tua berjuang dengan tuntutan ganda dalam memenuhi tugas mengasuh
generasi selanjutnya (tugas perkembangan keturunan) dan memerhatikan
pertumbuhan diri mereka sendiri, pada saat yang sama, anak usia sekolah sedang
berada dalam tugas pengembangan sensasi industri-kapasitas untuk kenikmatan
kerja-dan berupaya untuk menghilangkan atau menangkis sensasi inferioritas
(rendah diri).
Tugas
orang tua pada masa ini adalah mempelajari untuk beradaptasi dengan perpisahan
anak atau, yang lebih sederhana, melepaskan anak. Hubungan teman sebaya dan
aktivitas di luar rumah semakin memainkan peranan yang lebih besar dalam
kehidupan anak usia sekolah. Masa ini di isi dengan aktivitas keluarga, tetapi
juga terdapat kekuatan yang secara bertahap mendorong anak untuk berpisah dari
kelurga sebagai persiapan untuk masa remaja. Orang tua yang memiliki hobi di
luar hobi anak-anaknya akan jauh lebih mudah membuat perpisahan secara
bertahap. Namun dalam kasus ketika peran ibu merupakan satu-satunya peran inti
dan penting dalam kehidupan wanita, proses perpisahan ini dapat sangat
menyakitkan.
Selama
tahap ini, orang tua merasa adanya tekanan kuat dari komunitas luar yaitu
melalui sistem sekolah dan asosiasi di luar keluarga lainnya untuk menyesuaikan
diri dengan standar komunitas untuk anak. Hal ini cenderung memengaruhi
keluarga kelas menengah untuk lebih menekankan pada nilai pencapaian dan
produkitivitas yang tradisional, dan menyebabkan keluarga kelas pekerja dan
banyak keluarga miskin merasa terasing karena konflik dengan nilai-nilai
sekoalh dan/ atau komunitas.
a. Tugas
perkembangan keluarga
Salah satu tugas kritis
orang tua dalam menyosialisasikan anak-anak mereka pada saat ini adalah
termasuk meningkatkan prestasi sekolah. Tugas keluarga yang penting lainnya
adalah mempertahankan hubungan pernikahan yang memuaskan. Selain itu,
dilaporkan bahwa kepuasan pernikahan menghilang selama tahap ini. Beberapa
penelitian besar menguatkan observasi ini (burr,1970; olson et al, 1983;
Rollins & Feldman, 1970). Meningkatkan komunikasi terbuka dan mendukung
hubungan pasangan adalah hal yang penting dalam menjalani keluarga dengan anak
usia sekolah.
b. Perhatian
kesehatan
Kondisi cacat pada anak
dapat menjadi ringan selama periode kehidupan anak ini. Perawat dan guru akan
mendeteksi banyak defek visual, pendengaran, dan bicara-selain mempelajari
masalah-gangguan perilaku, perawatan gigi yang tidak adekuat, penganiayaan
anak, penyalahgunaan zat, dan penyakit menular di antara populasi anak pada
tahap ini (edelman & mandle, 1986). Terdapat sejumlah kondisi kecacatan
yang berturut-turut dideteksi selama masa sekolah, termasuk epilepsi,
paraliatis otak, retardasi mental, kanker, dan kondisi ortopedik. Fungsi primer
perawatan kesehatan keluarga-selain
merujuk, mendidik, dan berkonsultasi dengan orang tua mengenai kondisi ini-
adalah membantu keluarga dalam merugikan anak cacat pada keluarganya.
Bagi anak-anak yang memiliki masalah perilaku,
perawat sekolah di sekolah, klinik, kantor dokter, dan lembaga komunitas harus
aktif mencari keterlibatan orang tua dan memberikan konseling suportif.
Melakukan rujukan ke konseling atau terapi keluarga sering kali sangat berguna
dalam mebantu keluarga menyadari adanya masalah keluarga yang dapat dengan
buruk memengaruhi anak usia sekolah. Ketika orang tua mampu membuat kerangka
ulang masalah perilaku anak sebagai masalah keluarga dan melaksanakan tindakan
untuk menyelesaikan masalah dengan fokus baru tersebut, sering kali
menghasilkan fungsi keluarga dan juga perilaku anak yang lebih sehat (Bradt,1988).
5. Tahap
V: Keluarga dengan anak remaja
Ketika
anak pertama berusia 13 tahun, tahap kelima dari siklus atau perjalanan
kehidupan keluarga dimulai. Biasanya tahap ini berlangsung selama enam atau
tujuh tahun, walaupun dapat lebih singkat jika anak meniggalkan keluarga lebih
awal atau lebih lama jika anak tetap tinggal di rumah pada usia lebih dari 19
atau 20 tahun. Anak lainnya yang tinggal di rumah biasanya anak usia sekolah.
Tujuan utama keluarga pada tahap remaja adalah melonggarkan ikatan keluarga
untuk memberikan tanggung jawab da kebebasan remaja yang lebih besar dalam
mempersiapkan diri menjadi seorang dewasa muda (Duvall & Miller, 1985).
Keluarga
menghadapi tantangan organisasional yang baru terutama dengan menghargai
otonomi dan kemandirian (Goldenberg & Goldenberg, 2000). Perubahan peran,
keterbatasan kondisi, dan negosiasi ulang peran adalah hal yang penting.
Tantangan
utama dalam bekerja dengan keluarga yang memiliki anak remaja adalah seputar
perubahan perkembangan yang dialami remaja dalam bidang perubahan kognitif,
pembentukan identitas, dan pertumbuhan biologis, (Kidwell, Fischer, Dunham,
& Baranowski, 1983) serta dalam kaitannya dengan perkembangan pada konflik
dan krisis.
a. Peran,
Tanggung Jawab, dan Masalah Orang Tua
Tidak ada gunanya
menyalahkan bahwa tugas membesarkan anak remaja saat ini adalah tugas orang tua
yang tersulit. Meski demikian, orang tua harus berhadapan dengan uji
keterbatasan yang tidak beralasan yang telah ditetapkan dalam keluarga pada
saat keluarga tersebut melalui proses “ melepaskan” secara bertahap. Dunvall
(1977) juga mengidentifikasi tugas perkembangan kritis pada periode ini
menyeimbangkan kebebasan dengan tanggung jawab pada saat remaja telah dewasa
dan mandir. Friedman (1957) serupa dalam mengidentifikasi tugas orang tua
selama tahap ini, yaitu belajar menerima penolakan tanpa meninggalkan anak.
Ketika orang tua
menerima diri mereka sendiri apa adanya, dengan semua kelemahan dan kekuatan
mereka, dan ketika mereka menerima beberapa peran mereka pada tahap
perkembangan ini tanpa mendapatkan konflik atau sensitivitas yang tidak
sepatutnya, mereka menetapkan pola untuk memilah penerimaan diri yang serupa
pada anak-anaknya. Hubungan antara orang tua dan anak remaja harus lebih baik
ketika orang tua merasa produktif, puas, dan terkontrol dalam hidup mereka
(Kidwell et al., 1983)
b. Tugas
Perkembangan Keluarga
Tugas perkembangan
keluarga yang pertama dan utama pada tahap ini adalah menyeimbangkan kebebasan
dengan tanggung jawab seiring dengan kematangan remaja dan semakin meningkatnya
otonomi. Orang tua harus secara progresif mengubah hubungan mereka dengan anak
remaja mereka, yaitu dari hubungan sebelumnya yang bergantung menjadi hubungan
yang semakin mandiri. Orang tua juga mungkin mendorong anak remaja untuk
mandiri terlalu cepat dengan mengabaikan kebutuhan kebergantungannya. Dalam
kasus ini, anak remaja dapat gagal untuk mencapai kemandirian (Wright &
Leahey, 2000)
Tugas perkembangan
keluarga yang kedua adalah bagi orang tua untuk memfokuskan kembali hubungan
pernikahan mereka (Wilson, 1988). Banyak pasangan telah menjadi sangat terfokus
dengan tanggung jawab menjadi orang tua sehingga pernikahan mereka tidak lagi
memegang peranan inti dalam kehidupan mereka. Suami dapat meluangkan banyak
waktu di luar rumah untuk bekerja dan melanjutkan kariernya, sementara istri
mungkin juga bekerja sambil berupaya melaksanakan pekerjaan rumah dan tanggung
jawab sebagai orang tua. Dalam kondisi ini, hanya sedikit waktu atau energi
yang tertinggal untuk hubungan pernikahan.
Tugas perkembangan
keluarga ketiga yang penting adalah untuk anggota keluarga, terutama orang tua
dan anak remaja, untuk berkomunikasi secara terbuka satu sama lain. Karena
adanya kerenggangan generasi, komunikasi terbuka sering kali merupakan suatu
hal yang ideal dibandingkan kenyataan. Sering kali terjadi saling penolakan
antara orang tua dan anak remaja mengenai nilai dan gaya hidup satu sama lain.
c. Perhatian
Kesehatan
Pada tahap ini,
kesehatan fisik anggota keluarga biasanya baik, tetapi promosi kesehatan tetap
merupakan perhatian yang penting. Factor risiko harus diidentifikasi dan
didiskusikan dengan keluarga, karena pentingnya gaya hidup sehat. Bagi remaja,
kecelakaan terutama kecelakaan kendaraan bermotor adalah bahaya yang besar, dan
patah tulang serta cedera akibat atletik adalah hal yang biasa terjadi.
Penyalahgunaan obat dan
alkohol, kontrasepsi, kehamilan yang tidak diinginkan, dan pendidikan serta
konseling seks adalah area-area perhatian yang relevan. Dalam mendiskusikan
topik ini dengan keluarga, perawat dapat berada di tengah-tengah perselisihan
atau masalah orang tua-remaja. Remaja sering mecari pelayanan kesehatan untuk
pelaksanaan uji kehamilan, pengunaan obat, skrining penyakit AIDS, kontrasepsi dan aborsi, dan diagnosis
dan perawatan penyakit kelamin.
Kehamilan remaja adalah
masalah keluarga yang kritis dalam banyak keluarga saat ini. Pencegahan
kehamilan remaja meliputi intervensi yang didasari oleh keluarga dan komunitas.
Perawat keluarga perlu membantu keluarga dalam upaya pencegahan kehamilan
remaja. Rujukan ke pelayanan keluarga berencana, konseling dan pendidikan
seksual, mendorong anak remaja untuk berpartisipasi dalam kegiatan waktu luang
sepulang sekolah, dan kesempatan pendidikan adalah strategi dasar pencegahan
kehamilan remaja (The Family Connection. 1996).
6. Tahap
IV: Keluarga Melepaskan Anak Dewasa Muda
Permulaan
fase kehidupan keluarga ini ditandai dengan perginya anak pertama dari rumah
dan berakhir dengan “kososngnya rumah”, ketika anak terakhir juga telah
meninggalkan rumah. Tahap ini dapat cukup singkat atau cukup lama, bergantung
pada jumlah anak dalam keluarga atau jika anak yang belum menikah tetat tinggal
di rumah setelah mereka menyelesaikan SMU atau kuliahnya. Walaupun lama waktu
yang biasa terjadi pada tahap ini adalah enam atau tujuh tahun, beberapa tahun
belakangan ini tahap VI dalam keluarga menjadi lebih lama karena lebih banyak
anak dewasa tingal di rumah setelah mereka menyelesaikan sekolahnya dan mulai
bekerja. Motifnya seringkali adalah masalah eknomi—tingginya biaya hidup
mandiri. Akan tetapi, semakin menyebar
kecenderungan bagi anak dewasa muda—yang umumnya menunda pernikahan—untuk
memiliki periode tidak terikat selama mereka hidup mandiri di lingkungan rumah
mereka sendiri. Dalam survey yang dilakukan di Kanada secara luas, ditemukan
bahwa anak-anak yang tumbuh di keluarga tiri dan keluarga dengan orangtua tunggal,
lebih cepat meninggalkan rumah dibandingka dengan anak-ana yang dibesarkan
dalam keluarga dengan orang tua kandung yang lengkap. Perbedaan ini tampaknya
tidak dipengaruhi oleh perbedaan orang tua dan lingkungan/pergaulan keluarga
(Mitchell, Witser, & Burch, 1989)
Fase
kehidupan keluarga ditandai oleh puncak tahun-tahun persiapan bagi anak yang
telah siap untuk kehidupan dewasa yang mandiri. Orangtua, pada saat mereka
melepaskan anak-anaknya pergi, melepaskan peran mereka sebagai orang tua yang
telah dijalankan selama 20 tahun atau lebih dan mereka kembali ke pasangan
hidup mereka. Tugas erkembangan keuarga sangat penting jika keluarga bepindah
dari rumah tangga dengan anak ke rumah tang dengan pasangan suami-istri. Tujuan
utama keluarga adalah menata ulang keluarga ke dalam unit berkelanjutan ketiak
meleaskan dewasa muda yang telah dewasa ke dalam kehidupan mereka sendiri
(Duvall & Miller, 1985). Selama tahap ini, pasangan baru dapat memikul
peran sebagai kakek/nenek—perubhan lain dalam peran dan citra diri mereka.
Usia
dewsa tengah awal, yang merupakan usia rata-rata orangtua selama melepaskan
anak tertua mereka, dan ditandai dengan periode “terperangkap” dalam kehidupan:
terperangkap antara tuntutan anak muda dan harapan orang tua dan terperangkap anatar
dunia kerja dan perlombaan tuntutan dan keterlibatan keluarga, dengan sering
tampak tidak mungkin untuk memenuhi tuntutan kedua bidang tersebut. Akan
tetapi, penelitian menunjukkan bahwa sementara orang dewasa tengah dapat merasa
tertekan atau berada “di lapisan” anatara kutub generasi muda dan tua, paling
tidak pada ekonomi kelas menengah dan atas, mereka sering kali dapat menghargai
nilai kepentingan dan pencapaian mereka. Mereka sering mengetahui bahwa mereka
adalah pembuat keputusan yang sangat berpengaruh; mereka mengatur seluruh
langkah kehidupan dalam masyarakat ini.
a. Tugas
perkembangan keluarga
Pada saat keluarga
membantu anak tertua untuk terjun ke dunia luar, orangtua juga terlibat dengan
anak kecilnya, yaitu membantu mereka menjadi mandiri. Dan ketika anak yang
telah “terjun ke dunia luar tersebut” menikah, tugas keluarga adalah memperluas
lingkaran keluarga untuk memasukkan anggota baru dari pernikahan dan menerima
gaya hidup dan nilai pasangan itu sendiri.
Dengan emptynest (keluarnya anak adri rumah,
orangtua memiliki lebih banyak waktu untuk aktivitas dan hubungan lainnya.
Berharap, mereka tidak tumbuh terpisah terlalu jauh satu sama lain seingga
mereka tidak dapat mengatur kembali atau menetapkan kembali peran suami dan
istri untuk meletakkan kepentingan primer peran-peran ini setelah diperoleh.
leShan (1973) memandang tahap ini sebagai suatu tantangan terhadap hubungan
pernikahan. Ketika anak pergi, pernikahan menghadapi masa krisis; apakah cukup
kuat untuk menahan krisis tersebut tanpa alasan menjadi orang tua?
Dahulu melihat fase ini
sebagai sbuah waktu yang sulit bagi wanita adalah hal ang biasa. Kehilangan
peran yang berkaitan dengan pengasuhan anak meninggalkan perasaan hampa. Saat
ini, jauh dari perasaan tidak berguna setelah anak-anak mereka tumbuh, sebagian
besar wanita tetap melanjutkan kehidupannya dalam pekerjaan dan dalam
menjalankan peran sebagai seorang pasangan (Aldous, 1996). Sebagian besar
wanita merasa puas bahwa anak merkea telah melaksanakan tanggung jawab sebagai
seorang dewasa dan tetap berhubungan dekat dengan mereka. Mereka ini memiliki
waktu dan energy untuk memilih perkembangan mereka sendiri dan untuk memilih
keintiman serta pendamping hidup mereka sendiri.
Periode ini berkaitan
dengan menopause, dengan wanita terlihat sebagai seorang yang keutamaannya
telah berlalu, mereka terlihat semakin tua, dan tidak menarik. Akan tetapi,
penelitian selama beberapa tahun mencatat bahwa banyak wanita menemukan bahwa
periode ini bukan hanya merupakan sutu masalah, teti juga sesuatu yang
diinginkan (N. Woods, personal communications, 1996).
Pria dalam masa
pertengahan (istilah untuk usia pertengahan dalam literature perkembangan)
menghadapi krisis perkembangan potensial. Sebuah krisis potensial adalah suatu
dorongan untuk “maju” dalam karr dengan menyadari bahwa mereka tidak sukses
atau tidak mencapai aspirasi mereka. Juga, tanda-anda menghilangnya
maskulinitas, seperti rendahnya tingakt energy dan berkurangnya potensi dan
kepuasan seksual, kekhawatiran akan gambar diri, rambut, dan tanda-tanda
penuaan, serta kekhawatiran berkenan dengan keuangan, adalah stressor-stresor
bagi pria selama tahap siklus kehidupan keluarga ini. Frekuensi ekstra pada
perselingkuhan dalam pernikahan, perceraian, penyakit jiwa, alkoholisme, dan
bunuh diri telah mengalami peningkatan di anatara orang dewasa di kelompok usia
ini, suatu jumllah yang berada di bawah krisis perkembangan yang terjadi pada
usia pertengahan.
Friedman (1957)
mempertanyakan kembali signifikansi hubungan pernikahan, dengan mengkarakteristikkan
tahap perkembangan parental pada titik ini (tahap VI), di dalam keluarga
sebagai bangunan kebersamaan hidup yang baru. Wanita dan pria sama-sama menjaga
kehidupan pernikahan yang kadar perselisihannya berkurang dibandingkan sewaktu
tahun-tahun perawatan anak yang belum mandiri (Aldous, 1996).
Tugas perkembangan
penting lainnya pada keluarga di masa pertengahan adalah membantu orang tua
suami dan istri ang sudah tua dan menderita sakit. Walaupun asuhan actual
orantua yang menua dan/atau orangtua yang bergantung bukanlah fungsi yang
diharapkan pada keluarga Amerika, kecuali pada kelompok-kelompok etnik
tertentu, suami dan istri diharapkan membantu dan mendukung anggota keluarga
yang sudah lanjut sebanyak mungkin sesuai dengan kemudahan yang dirasakannya.
Aktivitas seperti itu menggunakan semua bentuk—dari seringnya menelepon dan
memberikan dukungan lewat telepon sampai membantu financial, menyediakan
transportasi, dan mengunjungi serta merawat orang tua mereka di rumah.
Di Amerika, keluarga
dipandang sebagai penanggung jawab untuk generasi mendatang, untuk keturunan,
dan secara sekunder hanya bertanggung jawab pada generasi sebelumnya,
yaituorang tua ()Roth, 1996b . akan tetapi, baru-baru ini terdapat tren politis
di seluruh Negara berkenaan dengan keluara, yaitu keluarga memegang tanggung
jawab lebih besar pada semua anggota keluarga, termasuk geerasi terdahulu.
Keluarga tiga generasi,
walaupun bukan pola keluarga yang biasa, bukanlah hal yang jarang ditemui,
terutama dalam keluarga “tradisional” Asia, Hispanik, Yunani, Italia, Eropa
tengah, dan Amerika. Paling sering di Amerika Serikat, keluarga multigenerasi
tampakny aterbentuk secara primer jika keluarga inti tergangu oleh adanya
kematian dan/atau perceraian. Kelayakan financial atau kebuthuan asuhan anak
juga dapat mendorong penataan kehidupan multigenerasi.
Orang tua lansia
biasanya berkeinginan untuk hidup mandiri sehingga tidak mempengaruhi kehidupan
anak merkea, dam yang lebih penting, untuk mempertahankan perasaan kompetensi,
mandiri, dan memiliki privasi mereka sendiri (Bengtson, Mangen, & Landry,
1987; Troll, 1971). Orang tua juga dpat memiliki prtentangan dengan keputusan
untuk menempatkan orang tua mereka di pantu werda atau fasilitas asuhan dan
badan pengurus atau pension selama masa ini.
Kesimpulannya, dapat
dilihat bahwa pada saat anak telah dilepas oleh keluraga, oarng tua harus
mempeajari kemandirian kembali. Dalam penyesuaian kembali, pernikahan harus
teteap bersemangat jika kebutuhan orang tua harus terpenuhi. Orang tua harus
menyesuaikan kembali, pernikahan harus tetap bersemangat jika kebutuhan orang
tua harus terpenuhi. Orang tua harus menyesuaikan kembali hubungan merka—untuk
berhubungan satu sama lain sebagai pasangan baru dan terutam bukan hanya
sebagai orang tua. Agar tahap ini dipenuhi, anak-anak tetap mempertahankan
ikatan dan pertalian dengan orang tua.
b. Perhatian
kesehatan
Perhatian kesehtana
utama melibatkan masalah komunikasi antara anak dewasa muda dan orang tua
mereka; maslaah transisi peran bagi istri dan suami; perhatian pemberi asuhan
(untuk orang tua lansia); dan kegawatan kondisi kesehatan kronik atau
fakto-faktor predisposisi seperti tiingginya kadar kolesterol, obestas, dan
hipertensi. Perencanaan keluarga bagi anggota keluarga yang berusia remaja dan
dewasa muda tetap penting. Kekhawatiran menopause pada wanita sudah biasa
terjasi. Efek-efek yang dihubungkan dengan/diakibatkan oleh kebiasaan meminum
alcohol, merkok, dan praktek diet yang berlangsung dalam jangka panjang saat
ini menjadi semakin nyata. Pada akhirnya, kebutuhan untuk strategi promosi
kesehatan dan “gaya hidup sehat” menjadi lebih ditekankan untuk anggota dewasa
yang merupakan anggota yang akan dilepas oleh keluarga.
7. Tahap
VII: orang tua paruh baya
Tahap
ketujuh dari siklus kehidupan keluarga merupakan masa tahap pertengahan bagi
orang tua, dimulai ketika anak terakhir meninggalkan rumah dan berakhir dengan
pension atau kehilangan atau kematian salah satu pasangan. Tahap ini dimulai
ketika orang tua berusia 45 sampai 55 tahun dan berakhir dengan pensiunnya
pasangaan, biasanya 16 sampai 18 tahun kemudian. Biasanya pasangan baru di
tahun-tahun pertengahan mereka merupakan keluarga inti, walupun tetap
berinteraksi dengan orang tua lansia mereka dan dengan anggota keluarga lain
dari keluarga asalnya, dan dari keluarga baru yang di dapat dari pernikahan
anak cucu (keturunan) mereka. Pasangan pasca menjadi orang tua saat ini tidak
lagi terisolasi. Semakin banyak pasangan paruh baya yang tidak lagi
melaksanakan kesibukan harian mereka dan meluangkan waktu dalam fase
pascaparenteral, dengan perluasan hubungan kekeluargaan antara empat generasi
(Roth, 1996 dalam Friedman, Bowden, dan Jones, 2010 p. 119).
a. Tugas
perkembangan keluarga
Pada saat anak teakhir
meninggalkan rumah, banyak wanita memprogramkan kembali energy mereka dan
bersiap-siap untuk hidup dalam kesepian. Wanita bertindak sebagai pendorong
bagi anak mereka yang sedang berkembang untuk menjadi anak yang mandiri. Untuk
mempertahankan sensai kesejahteraan dan kesehatan, lebih banyak wanita mulai
hidup dalam gaya hidup sehat dengan mengontrol berat badannya, melaksanakan
diet seimbang, memiliki program olahraga yang teratur, memiliki waktu istirahat
yang adekuat, serta mendapatkan dan menikmati prestasi karier, kerja, atau
prestasi kreatif lainnya.
Pria merasakan frustasi
dan kekecewaan dalam hal pekerjaan. Di satu sisi, mereka mungkin berada pada
puncak karir dan tidak perlu bekerja sekeras dulu, disisi lain mungkin mereka
menemukan bahwa pekerjaan mereka monoton setelah 20 sampai 30 tahun dengan
jenis pekerjaan yang sama. Pada kondisi ini, ketidakpuasan karir dikatakan
mencapai proporsi yang patut diwaspadai, dengan banyak oorang mengubah
pekerjaanya saat paruh baya akibat perasaan ketidakpuasan, kebosanan, dan
stagnasi.
Tugas perkembangan
penting pada tahap ini adalah menciptakan lingkungan yang sehat. Ini merupakan
periode umum bagi pasangan untuk melaksanakan gaya hidup sehat. Motivasi utama
individu paruh baya untuk meningkatkan gaya hidup mereka sebagai refleksi dari perasaan
rentan atau mudah terkena penyakit yang dapat terjadi ketika seorang teman atau
anggota keluarga sebaya telah mengalami serangan jantung, stroke, atau kanker.
Tugas perkembangan
kedua untuk pasangan paruh baya adalah menemukan hubungan yang memuasakan dan
bermakna dengan anak saat meraka dewasa ddan dengan orang tua mereka yang
lansia. Menerima dan menyambut kedatangan cucu kke dalam keluarga membantu
dalam meningkatkan kepuasan hubungan antar generasi.
Tugas perkembangan
ketiga adalah memperkuat hubungan pernikahan. Saat ini pasangan benar benar
sendiri setelah beberapa tahun dikelilingi oleh anggota keluarga lain dan
beberapa hubungan. Walaupun Nampak sebagai kelegaan yng disambut baik, masa ini
merupakan pengalaman yang sulit bagi banyak pasangan untuk berhubungan satu
sama lain sebagai pasangan baru dan bukan sebangian orang.
8. Tahap
8 Keluarga lansia dan pensiunan
Tahap terakhir siklus
kehidupan keluarga dimulai dengan pensiun salah satu atau kedua pasangan,
berlanjut sampai kehilangan salah satu pasangan, dan berakhir dengan kematian
pasangan yang lain (duvall dan miler, 1985). Jumlah individu lansia-individu
beruasia 65 tahun keatas dia Amerika serikat setelah meningkatkan dengan cepat
selama dua decade terakhir, dua kali lebih cepat dari populasi lainnya. Pada
tahun 1991 satu dari dua puluh lima orang amerika adalah lansia.
a.
Sikap masyarakat terhadap lansia
Masyarakat
kita menekankan pencapaian lansia dimasa mudanya dan memuliakan periode muda.
Oleh karena itu, orang dewasa, melalui riasan, pakaian, dan gaya, mencoba
mempertahankan penampilan mereka selama mungkin. Penuaan telah dipandang
sebagai penurunan yang meganggu, dan perburukan penyakit yang hanya
mempengaruhi lansia dalam persentasi kecil sering kali dipandang sebgai sebuah
norma bukan pengecualian. Penuaan norma sering dianggap sebagai suatu periode
sakit, keadaan tua yang melemah, dan bergantung. Bagi komunikasi luas dan
keluarga individu, beradaptasi dengan lansia memiliki konotasi negative, salah
satunya merasa terbebani masalah yang dihadapi. Selain itu, masalah tidak
membiarkan sebagian besar lansia untuk tetap produktif. Oleh karena itu,
penilaian masyarakat yang negative terhadap lansia telah memengaruhi citra diri
mereka secara negative.
b.
Kehilangan yang biasa terjadi pada
lansia dan keluarga
Pada
saat penuaan berlangsung dan pension telah menjadi kenyataan, terdapat berbagai
stressor atau kehilangan yang dialami beberpa lansia dan pasangannya yang akan
meganggu transisi peran mereka. Stresor ini dapat berupa:
1)
Ekonomi: menyesuaikan terhadap penurunan
pendapat pokok; selanjutnya mungkin menyesuaikan terhadap ketergantungan
ekonomi ( bergantung pada keluarga tau pemerintah untuk mendapatkan subsidi)
2) Perumahan
: sering berpindah ketempat tinggal yang lebih kecil, hidupp dibantu, dan kemudian
dipaksa untuk pindah ke panti werda
3) Sosial
:kehilangan (kematian) saudara kandung, teman dan pasangan
4) Pekerjaan:
berhenti bekerja dengan mengundurkan diri atau pensiun dan kehilangan peran
kerja serta rasa produktifitas
5) Kesehatan:
penurunan fungsi fisik, mental, dan kognitif merawat pasangan yang kurang
sehat.
Masuk kedalam pension total adalah
titik perpindahan siklus kehidupan yang utama. Hal tersebut biasanya berarti
kehilangan status dan kehilangan sosial yang sedang sampai signifikasi dan
perubahan gaya hidup, termasuk meningkatnya waktu luang (Rubin &
Neiswiadomy, 1995). Transisi ini melibatkan orientasi kembali nilai dan tujuan
serta mengarahkan kembali energy. Akan tetapi apa yang dibawa oleh perubahan
tersebut tidak seluruhnya benar, karena peran dan norma untuk lansia dan
pasangannya adalah ambigu. Ruang lingkup yang luas dapat samar-samar karena
pasangan yang sering yang telah pensiun, terutama suami, terlibat dalam
aktivitas rumah tangga. Integrasi kembali ini mungkin bukan merupakan masalah
bagi beberapa pasangan, sedangkan bagi pasangan lain intgritas kembali ini
mungkin sulit (Walsh).
c.
Tugas perkembangan keluarga
Mempertahankan
penataan kehidupan yang memuaskan adalah tugas keluangan lansia yang paling
penting. Kembali kerumah setelah individu atau berhenti bekerja dapat terjadi
problematik. Pada tahu-tahun sesaat sesudah pemberhentian kerja, pasangan
biasanya tetap tinggal dirumah sampai kepajak pemilikan, kondisi lingkungan
disekitar lingkungan, ukuran atau kondisi rumah atau kondisi kesehatan memaksa
mereka untuk menentukan akomodasi yang lebih sederhana. Walaupun sebagian besar
lansia memiliki rumah sendiri, sebagian besar rumah tersebut sudah tua dan
sering kali mengalami kerusakan, banyak rumah yang berlokasi diarea yang
tingkat keriminalitasnya tinggi sehingga lansia memiliki kemungkinan untuk
menjadi korban. Lansia sering kali cenderung “terikat” walaupun kondisi
lingkungan disekitar rumah telah memburuk (Lawton,1985). Meskipun demikian,
lansia yang tinggal dirumah mereka sendiri secara umum lebih dapat menyesuaikan
diri dengan baik dari pada mereka yang tinggal dirumah anak-anak mereka.
Menurut suatu penelitian Day dan Day (1993), wanita yang hidup dengan pasangan
mereka dan wanita yang hidup seorang diri menunjukan proses penuan yang lebih
berhasil dibandingkan wanita yang tinggal dengan kerabatnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Christensen, Paula J. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Ed. 4. Jakarta: EGC
Efendy. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat.
Jakarta: EGC
Effendi,
Ferry. (2009). Keperawatan kesehatan
komunitas: teori, dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman,
M.M. (1998). Keperawatan keluarga: teori
dam praktek. Ed.3. Jakarta: EGC
Friedman., Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori
dan praktik. Ed.5. Jakarta: EGC
Mubarak,
Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan
komunitas buku 2: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak,
W.I. & Santoso, B.A. (2006). Buku
ajar ilmu keperawatan komunitas: teori & aplikasi dalam praktik dengan
pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta:
Sagung Seto
Setiadi.
(2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan.
(Ed.1). Jogjakarta: Graha Ilmu
Suprajitno.
(2004). Asuhan keperawatan keluarga:
aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Agusman, F. (2011). Aplikasi teori Orem terhadap asuhan keperawatan keluarga. Diambil
pada 28 November 2012 dari: http://ebookbrowse.com/aplikasi-teori-orem-terhadap-asuhan-keperawatan
keluarga-ppt.d143522297
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat