google adsense

Monday, August 7, 2017

KONSEP KESEHATAN KELUARGA

A.    KONSEP KESEHATAN KELUARGA
1.      Definisi Kesehatan Keluarga
Kesehatan keluarga digambarkan sebagai sebuah konsep yang dinamis dan kompleks, yang lebih dipengaruhi dari multidimensi variabel keluarga, interaksi anggota keluarga, dan konteks budaya daripada pertemuan medis sekali-kali anggota keluarga (Denham, 2003). Kemudian, ide kesehatan keluarga menjadi lebih daripada jumlah kesehatan anggota keluarga secara individu dan tidak dapat diketahui hanya melalui pengkajian (Loveland-Cherry), 1996 dalan Denham, 2003).
Dalam penelitian keluarga, kesehatan keluarga paling sering diartikan sebagai fungsi keluarga atau adaptasi keluarga (McCubbin & Patterson, 1983a), walaupun terdapat variasi dalam cakupan definisi yang luas ini. WHO (1974) memberikan sebuah definisi yang hampir sama dengan definisi terakhir ini. WHO menyatakan bahwa kesehatan keluarga “mengandung arti fungsi keluarga sebagai lembaga sosial primer dalam promosi kesehatan dan kesejahteraan”. Pengertian kesehatan keluarga juga berbeda-beda, bergantung pada disiplin ilmu penulis atau perspektif teori yang digunakannya.
Dalam literature tentang tress keluarga , adaptasi keluarga didefinisikan sebagai ukuran kesehatan keluarga. Hal itu mengacu pada “ sebuah proses sistem keluarga yang bersinambung, yaitu penggunaan berbagai strategi koping yang digunakan untuk megatasi stress dan tuntutan yang dihadapi keluarga”(Lawson, 1996). Dengan menggunakan teori self care (perawatan diri) Orem, kesehatan keluarga merujuk pada sejauh mana keluarga membantu anggotanya untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya, dan sejauh mana keluarga memenuhi fungsi keluarga serta mencapai tugas perkembangan yang sesuai dengan tingkat perkembangan keluarga.
Kesehatan keluarga adalah kualitas hidup dari keluarga sebagaimana kualitas tersebut dipengaruhi oleh perspektif holistik variabel – variabel, seperti nutrisi, stres, lingkungan, rekreasi, olahraga, tidur, dan seksualitas (Bomar, 1999 dalam Christtensen, 2009, p. 138).
Selain definisi di atas, Loveland Cherry (1989) dalam Christtensen (2009, p. 138) mengidentifikasi emapat pandangan tentang kesehatan keluarga yang didasarkan pada model kesehatan individual, yaitu:
a.       Klinik
Tidak terdapat terdapat penyakit fisik, mental, sosial, penyimpangan, atau disfungsi sistem keluarga.
b.      Performa Peran
Kemampuan sistem keluarga untuk menjalankan fungsi keluarganya secara efektif dan untuk mencapai tugas-tugas perkemabangan keluarga.
c.    Adaptif
Pola-pola interaksi keluarga dengan lingkungan ditandai oleh adaptasi yang fleksibel dan ekfektif atau kemampuan untuk berubah dan bertumbuh.
d.   Eudaimonistik
Penyediaan sumber–sumber, panduan, dan dukungan yang berkesinambungan guna merealisasi kesejahteraan dan potensi maksimum keluarga sepanjang rentang hidup keluarga.

2.        Karakteristik keluarga sehat
Karakteristik keluarga sehat di gambarkan dalam cara yang beragam oleh beberapa penulis buku terkenal. Bahkan, istilah yang digunakan oleh para penulis ini untuk menggambarkan keluarga yang sehatpun beragam. Sebagai contoh, Pratt(1976) menyebut keluarga sehat dengan “keluarga yang kuat” atau “berfungsi secara optimal”, sementara McCubbin dan rekan (1999) dan Walsh (1998) menyebut keluarga yang berfungsi dengan baik dengan “keluarga yang tangguh”. (friedman, Marilyn M, 2010. p 10)
      Model sistem Beavers mungkin merupakan model yang paling dikenal karena memasukkan skala pengkajian keluarga menurut tingkat kompetensi keluarga dalam 6 area:
a.       Struktur keluarga- kekuatan, persatuan orang tua, dan kedekatan
b.      Mitologi
c.       Negosiasi yang diarahkan pada tujuan
d.      Otonomi
e.       Pengaruh keluarga
f.       Penilaian menyeluruh terhadap penyyimpangan kesehatan.

Model ini menggabunngkan pengamatan klinik terhadap keluarga yang menjalani terapi dan lingkungan penelitian selama periode 30 tahun serta memberikan penekanan pada kompetensi keluarga, “seberapa baik keluarga menjalankan tugas perawatan dan tugas yang semestinya dilakukan dalam mengatur dan mengelola diri” (Beavers & Hampson, 1993, dalam Friedman, Marilyn M, 2010).
Di bawah ini adalah sebuah rangkuman deskripsi Beavers  dan Hampson (1993) mengenai keluarga yang berfungsi secara optimal. Keluarga yang berfungsi secara optimal ditandai dengan:
a.       Menunjukkan tingkat kemampuan keterampilan negosiasi yang tinggi dalam menghadapi masalahnya secara terus menerus.
b.      Mengungkapkan berbagai perasaan, kepercayaan, dan perbedaan mereka dengan jelas, terbuka, dan spontan.
c.       Menghargai perasaan anggotanya
d.      Memotivasi otonomi anggotanya
e.       Mengharapkan anggota keluarga untuk memikul tanggung jawab pribadi terhadap tindakan yang mereka lakukan.
f.       Menunjukkan prilaku afiliatif (kedekatan dan kehangatan) satu sama lain. Dalam keluarga ini orang tuan merupakan pemimpin yang nyata dan saling memehartikan. Kepemimpinan keluarga bersifat setara dan berasal dari pernikahan atau kedua orang tua. Orang tua membentuk persatuan yang kuat sebagai orang tua dan menunjukkan cara menghargai dan afeksi atau kedekatan bagi anak-anaknya. Keluarga memperlihatkan sikap optimis dan merasa nyaman satu sama lain (Beavers & Hampson,1993).

Ditemukan beberapa keterbatasan gambaran Beavers mengenai keluarga yang kesehatanya optimal. Kritik paling banyak terhadap hal ini adalah bahwa keluarga yang terlibat dalam observasi ini kebanyakan merupakan keluarga yang berkulit putih, kelas menengah, dengan 2 orang tua (Gershwin & Nilsen,1989). Oleh karena itu, kita harus mempertimbangkan bahwa keluarga yang berasal dari latar belakang sosioekonomi dan budaya yang beragam, serta keluarga dengan struktur yang berbeda, mungkin tidak “cocok” dengan gambaran Beavers mengenai sebuah keluarga yang kompeten.
Pratt (1976) serta McCbbin (1993) menekankan pentingnya interaksi keluarga dengan komunitas dalam memfasilitasi kesehatan keluarga tingkat tinggi. Menurut McCubbin, Thompson (1998), fungsi keluarga dibentuk kembali dengan memasukkan sampai sejauh mana keluarga mampu beradaptasi terhadap lingkup sosial tempat mereka tinggal. Keluarga dianggap berfungsi dengan baik jika keluarga dapat menyesuaikan diri dengan baik terhadap budaya dan komunitas umum. Pratt (1976) juga mengatakan bahwa keluarga yang kuat memilki kontak yang aktif dan beragam dengan berbagai kelompok dan organisasi lain, yaitu sebagai cara untuk meningkatkan, mendukung, dan memenuhi minat serta kebutuhan anggota keluarganya.
Goldenberg (2000), seorang ahli terapi keluarga, menekankan bahwa keluarga yang berfungsi dengan baik mendorong individu yang ada di dalam keluarga untuk meraih potensi dirinya. Keluarga yang sehat memberikan kebebasan yang dibutuhkan anggota keluarga untuk mengeksplorasi dan menemukan jati diri, sementara pada ssaat yang sama memberikan perlindungan dan keamanan yang mereka butuhkan untuk meraih potensi dirinya.
Sedangkan menurut Curran (1983) dalam Christtensen (2009, p. 139) ada beberapa sifat dari keluarga sehat, dimana anggotanya:
1.      Berkomunikasi dan mendengarkan.
2.      Menguatkan dan mendukung satu sama lain.
3.      Mengajarkan cara menghormati orang lain.
4.      Mengembangkan rasa percaya dalam keluarga.
5.      Mempunyai rasa bersenang – senang dan humor.
6.      Menunjukkan rasa saling berbagi dan bertanggung jawab.
7.      Mengajarkan tentang benar dan salah.
8.      Mempunyai rada kekeluargaan yang kuat serta terdapat ikatan tradisi dan ritual.
9.      Mempunyai keseimbangan interaksi diantara anggotanya.
10.  Mempunyai inti keagamaan yang sama.
11.  Menghargai privasi satu sama lain.
12.  Menghargai layanan kepada orang lain.
13.  Memlihara jadwal dan percakapan keluarga.
14.  Menggunakan waktu luang bersama.
15.  Mengakui dan mencari bantuan jika menghadapi masalah.

B.     FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESEHATAN KELUARGA

1.      Konteks keluarga adalah semua lingkungan dimana setiap anggota keluarga berinteraksi atau mempunyai kesempatan untuk berinteraksi dengan keluarga. Konteks keluarga meluputin anggota keluarga dapat berperan di dalam konteks sebagai yang mempunyai potensi untuk menguatkan, melemahkan, mempertahankan, memelihara, atau menghancurkan keluarga; sumber dari anggota keluarga (potensi), karakteristik/tipe keluarga (missal keluarga inti yang banyak), asset anggota keluarga (anak), jarak antar setiap rumah (Jarak rumah jauh/dekat) , dan lokasi tetangga, hubungan dengan teman  sosial, warisan biologis (penyakit keturunan), tradisi budaya (mis. Seorang wanita melahirkan, pantangan dari ortunya seperti tidak boleh makan makanan yang berlemak atau berminyak), sumber komunitas (masyarakatnya yang bagaimana, misal pendidikan yang bias mempengaruhi keehatan) social kapital, kebijakan publik, hukum, dan akses untuk perawatan medis (sarana dan prasarana, puskesmas dan RS).
Konteks= ruang lingkup keluarga, semua anggota keluarga.

2.      Hubungan keluarga meliputi pola dan proses komunikasi (fungsional dan disfungsional), koordinasi (adanya keterikatan antar keluarga, mis dalam hal mengambil keputusan harus bersama), kerjasama, dan pengasuhan, kedekatan keluarga, dan kesenangan, berbagi nilai-nilai sesama anggota keluarga, saling menghormati, dukungan, perawatan dan berbagi rasa humor, pengembangan keluarga, kebutuhan keluarga yang unik, nilai-nilai (sosioekonomi, etnisitas dan akulturasi, letak geografis, perbedaan generasi)  dan batasan-batasan rumah tangga.

3.      Perilaku keluarga, rutinitas dari anggota keluarga.
a.       Self care, berhubungan dengan pengalaman aktivitas sehari-hari dari keluarga meliputi diet, hygiene, istirahat dan tidur, aktivitas fisik dan exescise, gender dan seksualiti.
b.      Keamanan dan pencegahan, berhubungan dengan pencegahan penyakit, menghindari atau berpartisipasi dalam perilaku yang beresiko tinggi dan usaha untuk mencegah kecelakaan meliputi status imunisasi, pelecehan, dan pemerkosaan, merokok, alcohol, dan penggunaan obatobatan terlarang.
c.       Perilaku kesehatan mental, meliputi cara anggota dan keluarga untuk memiliki kepercayaan diri, menyelesaikan masalah stress sehari-hari meliputi self esteem, integritas pribadi, bekerja dan bermain dan level stress.
d.      Perawatan keluarga, meliputi aktivitas sehari-hari, perilaku tradisional, dan perayaan khusus yang memberikan makna dalam kehidupan, dan membuat perasaan santai dan bahagia bagi anggota keluarga meliputi relaksasi, rekreasi, tradisi dan praktek agama.
e.       Perawatan sakit, terdiri dari cara anggota keluarga membuat keputusan yang berhubungan dengan perawatan kesehatan yang dibutuhkan, memutuskan kapan, dimana dan bagaimana cara mencari dukungan pelayanan kesehatan (sarana dan prasarana kesehatan) dan menentukan cara merespon informasi kesehatan.
f.       Pengasuhan anggota keluarga, meliputi pendidikan kesehatan (mis., peran anggota dan tanggung jawab, dukungan terhadap aktivitas anggota keluarga.

DAFTAR PUSTAKA

Christensen, Paula J. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Ed. 4. Jakarta: EGC
Efendy. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Effendi, Ferry. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: teori, dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dam praktek. Ed.3. Jakarta: EGC
Friedman., Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan praktik. Ed.5. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas buku 2: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W.I. & Santoso, B.A. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas: teori & aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. (Ed.1). Jogjakarta: Graha Ilmu
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Agusman, F. (2011). Aplikasi teori Orem terhadap asuhan keperawatan keluarga. Diambil pada 28 November 2012 dari: http://ebookbrowse.com/aplikasi-teori-orem-terhadap-asuhan-keperawatan keluarga-ppt.d143522297

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat