A.
Konsep
Infeksi
1.
Defenisi Infeksi
Infeksi adalah proses invasif oleh
mikroorganisme dan berpoliferasi di dalam tubuh yang menyebabkan sakit (Potter
& Perry, 2005). Infeksi adalah invasi tubuh oleh mikroorganisme dan
berproliferasi dalam jaringan tubuh. (Kozier, et al, 1995). Dalam Kamus
Keperawatan disebutkan bahwa infeksi adalah invasi dan multiplikasi
mikroorganisme dalam jaringan tubuh, khususnya yang menimbulkan cedera seluler
setempat akibat metabolisme kompetitif, toksin, replikasi intraseluler atau
reaksi antigen-antibodi. Munculnya infeksi dipengaruhi oleh beberapa faktor
yang saling berkaitan dalam rantai infeksi. Adanya patogen tidak berarti bahwa
infeksi akan terjadi.
Mikroorganisme yang bisa menimbulkan
penyakit disebut pathogen (agen infeksi), sedangkan mikroorganisme yang tidak
menimbulkan penyakit/kerusakan disebut asimtomatik. Penyakit timbul jika
pathogen berkembang biak dan menyebabkan perubahan pada jaringan normal. Jika
penyakit bisa ditularkan dari satu orang ke orang lain, penyakit ini merupakan
penyakit menular (contagius). Mikroorganisme mempunyai keragaman dalam
virulensi/keganasan dan juga beragam dalam menyebabkan beratnya suatu penyakit
yang disebabkan.
Tanda-tanda infeksi secara klinis dapat dilihat pada
respon klinis local dan sistemik. Tanda klinis local yaitu rubor (kemerahan),
kalor (panas), dolor (rasa sakit atau nyeri), tumor (pembengkakkan) dan
fungtiolaesa (keterbatasan anggota gerak). Tanda sistemik yaitu demam, malaise,
anoreksia dan nousea, vomiting, sakit kepala dan diare.
2.
Tipe Organisme Penyebab Infeksi
Penyebab infeksi dibagi menjadi 4
kategori, yaitu:
a.
Bakteri
Bakteri merupakan penyebab terbanyak dari
infeksi. Ratusan spesies bakteri dapat menyebabkan penyakit pada tubuh manusia
dan dapat hidup didalamnya, bakteri bisa masuk melalui udara, air, tanah,
makanan, cairan dan jaringan tubuh dan benda mati lainnya.
b.
Virus
Virus terutama berisi asam nukleat
(nucleic acid), karenanya harus masuk dalam sel hidup untuk diproduksi.
c.
Fungi; Fungi terdiri dari ragi dan jamur
d.
Parasit
Parasit hidup dalam organisme hidup lain,
termasuk kelompok parasit adalah protozoa, cacing dan arthropoda.
3.
Tipe Infeksi
a. Kolonisasi;
Merupakan suatu proses dimana benih mikroorganisme menjadi flora yang
menetap/flora residen. Mikroorganisme bisa tumbuh dan berkembang biak tetapi
tidak dapat menimbulkan penyakit. Infeksi terjadi ketika mikroorganisme yang
menetap tadi sukses menginvasi/menyerang bagian tubuh host/manusia yang sistem
pertahanannya tidak efektif dan patogen menyebabkan kerusakan jaringan.
b. Infeksi
local; spesifik dan terbatas pada bagain tubuh dimana mikroorganisme tinggal.
c. Infeksi
sistemik; terjadi bila mikroorganisme menyebar ke bagian tubuh yang lain dan
menimbulkan kerusakan.
d. Bakterimia;
terjadi ketika dalam darah ditemukan adanya bakteri
e. Septikemia;
multiplikasi bakteri dalam darah sebagai hasil dari infeksi sistemik
f. Infeksi
akut; infeksi yang muncul dalam waktu singkat
g. Infeksi
kronik; infeksi yang terjadi secara lambat dalam periode yang lama (dalam
hitungan bulan sampai tahun)
4.
Rantai Infeksi
Proses terjadinya infeksi seperti rantai
yang saling terkait antar berbagai faktor yang mempengaruhi, yaitu agen
infeksi, reservoir, portal of exit, cara penularan, portal of entry dan host/
pejamu yang rentan.
a.
Agen infeksi
Microorganisme yang termasuk dalam agen
infeksi antara lain bakteri, virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme di kulit
bisa merupakan flora transient maupun resident. Organisme transient normalnya
ada dan jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup dan berbiak di kulit.
Organisme transien melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan obyek atau
orang lain dalam aktivitas normal. Organisme ini siap ditularkan, kecuali
dihilangkan dengan cuci tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa
dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan deterjen biasa kecuali bila
gosokan dilakukan dengan seksama. Mikroorganisme dapat menyebabkan infeksi
tergantung pada: jumlah microorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan
penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan hidup dalam host serta kerentanan
dari host/penjamu.
b.
Reservoir (sumber mikroorganisme)
Adalah tempat dimana mikroorganisme
patogen dapat hidup baik berkembang biak atau tidak. Yang bisa berperan sebagai
reservoir adalah manusia, binatang, makanan, air, serangga dan benda lain.
Kebanyakan reservoir adalah tubuh manusia, misalnya di kulit, mukosa, cairan
maupun drainase. Adanya microorganisme patogen dalam tubuh tidak selalu
menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga reservoir yang di dalamnya terdapat
mikroorganisme patogen bisa menyebabkan orang lain menjadi sakit (carier).
Kuman akan hidup dan berkembang biak dalam reservoar jika karakteristik
reservoarnya cocok dengan kuman. Karakteristik tersebut yaitu oksigen, air,
suhu, pH, dan pencahayaan.
c.
Portal of exit (jalan keluar)
Mikroorganisme yang hidup di dalam
reservoir harus menemukan jalan keluar (portal of exit untuk masuk ke dalam
host dan menyebabkan infeksi. Sebelum menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus
keluar terlebih dahulu dari reservoarnya. Jika reservoarnya manusia, kuman dapat
keluar melalui saluran pernapasan, pencernaan, perkemihan, genitalia, kulit dan
membrane mukosa yang rusak serta darah.
d.
Cara penularan
Kuman dapat menular atau berpindah ke
orang lain dengan berbagai cara seperti kontak langsung dengan penderita melalui
oral, fekal, kulit atau darahnya;kontak tidak langsung melalui jarum atau
balutan bekas luka penderita; peralatan yang terkontaminasi; makanan yang
diolah tidak tepat; melalui vektor nyamuk atau lalat.
e.
Portal masuk
Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme
harus masuk dalam tubuh. Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap
masuknya kuman infeksius. Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat menjadi
portal masuk. Mikroba dapat masuk ke dalam tubuh melalui rute atau jalan yang
sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang menurunkan daya tahan tubuh
memperbesar kesempatan patogen masuk ke dalam tubuh.
f.
Daya tahan tubuh hospes (manusia)
Seseorang terkena infeksi bergantung pada
kerentanan terhadap agen infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat
ketahanan tubuh individu terhadap patogen. Meskipun seseorang secara konstan
kontak dengan mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi tidak akan
terjadi sampai individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah mikroorganisme
tersebut. Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh terhadap kuman
yaitu usia, keturunan, stress (fisik dan emosional), status nutrisi, terapi
medis, pemberian obat dan penyakit penyerta.
5.
Proses Infeksi
Infeksi terjadi secara progresif dan
beratnya infeksi pada klien tergantung dari tingkat infeksi, patogenesitas
mikroorganisme dan kerentanan penjamu. Dengan proses perawatan yang tepat, maka
akan meminimalisir penyebaran dan meminimalkan penyakit. Perkembangan infeksi
mempengaruhi tingkat asuhan keperawatan yang diberikan.
Berbagai komponen dari sistem imun
memberikan jaringan kompleks mekanisme yang sangat baik, yang jika utuh,
berfungsi mempertahankan tubuh terhadap mikroorganisme asing dan sel-sel ganas.
Pada beberapa keadaan, komponen-komponen baik respon spesifik maupun
nonspesifik bisa gagal dan hal tersebut mengakibatkan kerusakan pertahanan
hospes. Orang-orang yang mendapat infeksi yang disebabkan oleh defisiensi dalam
pertahanan dari segi hospesnya disebut hospes yang melemah. Sedangkan
orang-orang dengan kerusakan mayor yang berhubungan dengan respon imun spesifik
disebut hospes yang terimunosupres.
Efek dan gejala nyata yang berhubungan
dengan kelainan pertahanan hospes bervariasi berdasarkan pada sistem imun yang
rusak. Ciri-ciri umum yang berkaitan dengan hospes yang melemah adalah: infeksi
berulang, infeksi kronik, ruam kulit, diare, kerusakan pertumbuhan dan
meningkatnya kerentanan terhadap kanker tertentu. Secara umum proses infeksi
adalah sebagai berikut:
a.
Periode inkubasi
Interval antara masuknya patogen ke dalam tubuh dan
munculnya gejala pertama. Contoh: flu 1-3 hari, campak 2-3 minggu,
mumps/gondongan 18 hari
b.
Tahap prodromal
Interval
dari awitan tanda dan gejala nonspesifik (malaise, demam ringan, keletihan)
sampai gejala yang spesifik. Selama masa ini, mikroorganisme tumbuh dan
berkembang biak dan klien lebih mampu menyebarkan penyakit ke orang lain
c.
Tahap sakit
Klien
memanifestasikan tanda dan gejala yang spesifik terhadap jenis infeksi. Contoh:
demam dimanifestasikan dengan sakit tenggorokan, mumps dimanifestasikan dengan
sakit telinga, demam tinggi, pembengkakan kelenjar parotid dan saliva.
d.
Pemulihan; Interval saat munculnya gejala akut
infeksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Brunner
& Suddart. 2002. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah. Jakarta. EGC.
Corwin,
Elizabeth J. (2009). Buku saku
patofisiologi Corwin. Egi Komara Yudha (et al). Jakarta: EGC.
Darmadi. (2008). Infeksi
nosokomial: problematika dan pengendaliannya. Jakarta: Salemba Medika
Deglin, Judith Hopfer. 2004. Pedoman obat untuk perawat. Jakarta:
Monica Ester.
Ducel, G., Fabry, J.,&
Nicolle, L. (2002). Prevention of
hospital-acquired infections, A practical guide. 2nd edition. World Health Organization.
Department of Communicable disease, Surveillance and Response.
Gabriel, J. F. (1996). Fisika kedokteran. Jakarta: EGC. Diperoleh pada 6 Februari 2012
dari www.books.google.co.id/books
Greundemann, Barbara J. (2005). Buku ajar keperawatan perioperatif. Vol. 1 prinsip. (Brahm U
Pendit, et.al., penerjemah). Jakarta: EGC
Hence, grace. 2007. Med-math: perhitungan dosis, preparat, dan
cara pemberian obat. Jakarta EGC
Herger, B.R. 2003.
Asisten Keperawatan: Suatu Pendekatan Proses Keperawatan. Ed. 6. Jakarta:
EGC
Johnson, Joyce
Young. (2005). Prosedur perawatan di
rumah: pedoman untuk perawat. Egi Komara Yudha, Sari Kurnianingsih
(penerjemah). Jakarta: EGC.
Joyce
L, Kee. (1996). Farmakologi Pendekatan
Prosess Keperawatan. Jakarta : EGC.
Judith
Hopfer, D. (2004). Pedoman Obat untuk
Perawat. Jakarta : EGC.
Kee,
Joyce L. (1996). Farmakologi: pendekatan
proses keperawatan. Jakarta: EGC. Neal, Michael J. 2006. At a Glance Farmakologi Medis. Penerjemah:
dr. Juwalita Surapsari. Jakarta: Erlangga
Komalawati, Veronica. (2010) Community&Patient
Safety Dalam Perspektif Hukum Kesehatan.
Kozier, B., Erb, G.,
Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek.Ed.
7. Vol 2. Jakarta: EGC
Lestari,
Trisasi. Knteks Mikro dalam Implementasi Patient Safety: Delapan Langkah
Untuk Mengembangkan Budaya Patient Safety. Buletin IHQN Vol
II/Nomor.04/2006 Hal.1-3
Lukas, Stefanus. (2006). Formulasi steril. Ed.1. Yogyakarta: ANDI
Marison, Moya J.
(2003). Manajemen luka. Florida,
Monica Ester, sari kurnianingsih (penerjemah). Jakarta: EGC.
Nursalam
dan Ninuk. 2007. Asuhan Keperawatn Pada
Pasien Terinfeksi. Jakarta. Salemba Medika.
Pabuti, Aumas. (2011) Tujuh Langkah
Menuju Keselamatan Pasien (KP) Rumah Sakit. Proceedings of expert lecture
of medical student of Block 21st of Andalas University,
Indonesia
Panduang Nasional Keselamatan Pasien
Rumah Sakit (Patient Safety). 2005
Potter, A. P & Perry, A. G. (2005). Fundamental
keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Ed. 4. Vol. 1. (Renata
Komalasari, penerjemah). Jakarta: EGC
Priharjo, Robert. 1995. Teknik Dassar
Penberian Obat Bago Perawat. Jakarta: EGC hal.9-11
Rochmanadji
Widajat. (2009). Being a great ant
sustainable hospital. Jakarta : Gramedia Pustaka
Suwarni, A. (2001). Studi Diskriptif Pola Upaya Penyehatan
Lingkungan Hubungannya dengan Rerata Lama Hari Perawatan dan Kejadian Infeksi
Nosokomial Studi Kasus: Penderita Pasca Bedah Rawat Inap di Rumah Sakit
Pemerintah dan Swasta Provinsi DIY Tahun 1999. Yogyakarta: Badan Litbang
Kesehatan Departemen Kesehatan dan Kesejahteraan Sosial
Tambayong,jan. (2001).Farmakologi untuk
keperawatan.Jakarta.widya medika
Tietjen L, Bossemeyer D, &
McIntosh N. 2004. Panduan pencegahan infeksi untuk fasilitas pelayanan kesehatan
dengan sumber daya terbatas. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
prawirohardjo
Tim keselamatan Pasien RS RSUD
Panembahan Senopati. Patient Safety.Yahya, Adib A. (2006) Konsep dan
Program “Patient Safety”. Proceedings of National Convention VI of
The Hospital Quality Hotel Permata Bidakara, Bandung 14-15 November 2006.
Yahya, Adib A. (2007) Fraud & Patient
Safety. Proceedings of PAMJAKI meeting “Kecurangan (Fraud)
dalam Jaminan/Asuransi Kesehatan” Hotel Bumi Karsa, Jakarta 13 December 2007.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat