Komunikasi kesehatan
A. Pengertian
Menurut Alo Liliweri.
2007 pengertian komunikasi kesehatan adalah:
1. Studi
yang mempelajari bagaimana cara menggunakan strategi komunikasi yang dapat
mempengaruhi individu dan komunitas agar mereka dapat membuat keputusan yang
tepat berkaitan dengan pengelolaan kesehatan.
2. Proses
kemitraan antara para partisipan berdasarkan dialog dua arah yang didalamnya
ada suasana interaktif, ada pertukaran gagasan, ada kesepakatan mengenai
kesatuan gagasan mengenai kesehatan, juga merupakan teknik dari pengirim dan
penerima untuk memperoleh informasi mengenai kesehatan yang seimbang demi
memperbarui pemahaman bersama (ratzan, S.C., 1994 : Alo Liliweri. 2007)
3. Proses
untuk mengembangkan atau membagi pesan kesehatan kepada audiens tertentu dengan
maksud mempengaruhi pengetahuan, sikap, keyakinan mereka tentang pilihan dan
perilaku hidup sehat.
B. Tujuan
Tujuan komunikasi
kesehatan menurut Alo Liliweri. 2007 ada 2, yaitu tujuan strategis dan tujuan
praktis.
1.
Tujuan
strategis. Pada umumnya program yang berkaitan dengan
komunikasi kesehatan yang dirancang dalam bentuk paket acara atau paket modul
dapat berfungsi untuk:
a. Relay information.
Meneruskan informasi kesehatan dari suatu sumber kepada pihak lain secara
berangkai (hunting).
b. Enable informed decision making.
Memberikan informasi akurat untuk memungkan pengambilan keputusan.
c. Promote healthy behaviors.
Informasi untuk memperkenalkan perilaku hidup sehat.
d. Promote peer information exchange
and emotional support. Mendukung pertukaran informasi pertama
dan mendukung secara emosional pertukaran informasi kesehatan.
e. Promote self-care.
Memperkenalkan pemeliharaan kesehatan diri sendiri.
f. Manage demand for health services.
Memenuhi permintaan layanan kesehatan.
2.
Tujuan
praktis. Menurut Taibi Kahler (kahler Communication),
Washington, D.C. Courses Process Communication Model, 2003) sebenarnya secara
praktis tujuan khusus komunikasi kesehatan itu meningkatkan kualitas sumber
daya manusia melalui beberapa usaha pendidikan dan pelatihan agar dapat:
a. Meningkatkan
pengetahuan – yang mencakup:
1) Prinsip
dan proses komunikasi manusia
2) Menjadi
komunikator – yang memiliki etos, patos, logos, kreadibilitas dan lain-lain.
3) Menyusun
pesan verbal dan non-verbal dalam komunikasi kesehatan.
4) Memilih
media yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
5) Menentukan
segmen komunikasi yang sesuai dengan konteks komunikasi kesehatan.
6) Mengelola
umpan-balik atau dampak pesan kesehatan yang sesuai dengan kehendak komunikator
dan komunikan.
7) Mengelola
hambatan-hambatan dalam komunikasi kesehatan.
8) Mengenal
dan mengelola konteks komunikasi kesehatan.
9) Prinsip-prisip
riset.
b. Meningkatkan
kemampuan dan keterampilan berkomunikasi efektif
1) Praktis
berbicara, berpidato, memimpin rapat, dialog, diskusi, negosiasi, menyelesaikan
konflik, menulis, membaca, wawancara, menjawab pertanyaan, argumentasi dan
lain-lain.
c. Membentuk
sikap dan perilaku berkomunikasi:
1) Berkomunikasi
yang menyenangkan, empati
2) Berkomuniaksi
dengan kepercayaan pada diri
3) Menciptakan
kepercayaan public dan pemberdayaan publik
4) Membuat
oertukaran gagasan dan informasi makin menyenangkan
5) Memberikan
apresiasi terhadap terbentuknya komunikasi yang baik (Report of the Liberal Arts
and Scienecs Task Force, Truman State University, 1994)
C. Manfaat
Manfaat mempelajari
ilmu komunikasi kesehatan menurut Alo Liliwari. 2007 adalah:
1. Memahami
interaksi antara kesehatan dengan perilaku individu.
2. Meningkatkan
kesadaran kita tentang issue kesehatan, masalah atau solusi.
3. Menghadapi
disparitas pemeliharaan kesehatan antaretnik atau antarras.
4. Memperkuat
infrastuktur kesehatan masyarakat dimasa yang akan datang.
5. Sebagai
tindak-lanjut dari kesadaran tersebut, kita dapat melakukan strategi intervensi
pada tingkat komunitas.
6. Menampilkan
ilustrasi keterampilan, menggambarkan berbagai jemis keterampilan untuk
mememlihara kesehatan, pencegahan, advokasi atau sistem layanan kesehatan
kepada masyarakat.
7. Memperbarui
peran para professional di bidang kesehatan masyarakat.
D. Cakupan Komunikasi Kesehatan
Banyak sekali teori,
model dan perspektif mengenai komunikasi kesehatan. Namun, semua model teoritik
maupun praksis itu, menurut Alo Liliwari.2007 meliputi:
1. Komunikasi
persuasive atau komunikasi yang berdampak pada perubahan perilaku kesehatan.
2. Faktor-faktor
psikologi individual yang mempengaruhi persepsi terhadap kesehatan:
a) Stimulus
(objek persepsi) à sense organ dan permaknaan stimulus
(respons)
b) Bagaimana
mengorganisir stimulus à berdasarkan aturan, schemata dan label
c) Interpretasi
dan evaluasi berdasarkan pengetahuan, pengalaman dan lain-lain
d) Memory
e) Recall
Teori yang digunakan
adalah teori persepsi
3. Pendidikan
kesehatan (health education), yang bertujuan memperkenalkan perilaku hidup
sehat melalui informasi dan pendidikan kepada individu dengan menggunakan
aktivitas material maupun terstruktur. Cakupan pendidikan kesehatan meliputi:
a) Jenis
pendidkan professional dibidang kesehatan (kurikulum, dan lain-lain)
b) Penjenjang
pendidikan profesi
c) Pelatihan
professional (jenis, jenjang dan kurikulum)
d) Pendidikan
masyarakat (informal)
e) SDM
pendidik, dan lain-lain.
4. Pemasaran
sosial yang bertujuan untuk memperkenalkan atau mengubah perilaku positif
melalui penerapan prinsip-prinsip pemasran denganbmengintervensi informasi
kesehatan yang bermanfaat bagi kominitas.
5. Penyebarluasan
informasi kesehatan; melalui media (sosialisasi informasi, pendidikan, hiburan,
opini, pemberitaan dan lain-lain)
6. Advokasi,
pendamping melalui komunitas, kelompok atau media massa yang bertujuan untuk
memperkenalkan :
a) Kebijakan
b) Peraturan
c) Program-program
untuk memperbarui kesehatan
7. Resiko
komunitas, bertujuan untuk menyebarluaskan informasi yang benar mengenai resiko
yang dihadapi oleh masyarakat terhadap infoemasi kesehatan.
8. Komunikasi
dengan pasien – meliputi informasi untuk seorang individu, misalnya informasi
yang berkaitan dengan kondisi kesehatan individu.
9. Informasi
kesehatan untuk para konsumen – satu aktivitas komunikasi yang ditunjukkan
kepada para individu-konsumen demi membantu individu untuk memahami kesehatan
individu.
10. Merancang
health entertain atau hiburan yang didalamnya mengandung informasi kesehatan.
11. Kommunikasi
kesehatan yang interaktif yakni komunikasi kesehatan yang dilakukan melalui
media interaktif sehungga terjadi dialog dan diskusi antar sumber dengan
penerima melalui media massa.
12. Strategi
komunikasi, yang meliputi desain pilihan:
a) Komunikator
kesehatan
b) Pesan-pesan
kesehatan
c) Media
kesehatan
d) Komunikan
kesehatan (audiens-sasaran komunikasi)
e) Mereduksi
hambatan komunikasi
f) Menentukan
atau memilih konteks komunikasi kesehatan dan lain-lain (Health Communication
Partnership’s M/Mc Health Communication Materials. 2004 : Alo Liliwari. 2007)
E. Ruang Lingkup Komunikasi Kesehatan
Dalam rangka memahami
komunikasi kesehatan, perlu sedikit di bahas tentang kata “komunikasi”, yang
secara umum diartikan sebagai suatu proses yang kompleks dengan beberapa
karakteristik. Proses komunikasi biasanya melibatkan dua pihak, baik antar
–individu dengan individu, individu dengan kelompok atau antar - kelompok
dengan kelompok yang berinteraksi dengan aturan-aturan yang disepakati bersama.
Fokus utama dalam konteks suatu proses dan bagaimana proses komunikasi
berfungsi antar- individual atau kelompok dalam rangka “perubahan perilaku”
kesehatan. Dalam bagian ini kita akan membahas beberapa teori konsep, definisi
serta asumsi-asumsi dalam proses komunikasi antar-manusia (human
communication). Disamping itu, kita akan menampilkan beberapa model komunikasi
yang umum digunakan untuk menjelaskan komunikasi kesehatan.
1. Komunikasi.
Menurut Clevenger, 1959 Komunikasi merupakan suatu terminology yang merujuk
pada suatu proses pertukaran informasi yang dinamis. Masing-masing pihak, baik
source maupun receiver terlibat dalam
proses berbagi informasi. Situasi ini dapat dilihat pada interaksi antara
pekerjaan sosial dengan seorang perawat yang berkerja sama untuk menyembuhkan
seorang pasien. Komunikasi bersifat “serba ada” dan berbentuk ganda (B.Augrey
fisher, 1986)
2. Komunikasi
antar-manuasia(human communication). Dalam sejarah perkembangan terdapat dua
bentuk umum komunikasi, yakni komunikasi antar manusia (human communication)
dan komunikasi bukan antar-manusia (non human communication), misalnya
komunikasi antar –hewan sejenis dan berbeda jenis serta komunikasi antar –hewan
dengan lingkungan alam. Komunikasi
antar-manusia merupakan proses komunikasi yang berlangsung antar individu
dengan individu, individu dengan kelompok, dan antar kelompok manusia. Factor
yang membedakan komunikasi antar-manusia dengan jenis komunikasi lainnya adalah
digunakannya simbol-simbol dan
“bahasa”. Bahasa yang digunakan manusia untuk berkomunikasi erat kaitannya
dengan “budaya”, maka komunikasi antar manusia berlangsung dalam konteks
kebudayaan. Konteks kebudayaan yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya, sedangkab komunikasi antar hewan
berlangsung berdasarkan instink atau instuisi semata. Cronkhite (1967)
menyatakan, bahwa komunikasi antar manusia terjadi ketika individu merespon
symbol-simbol tertentu dengan menggunakan bahasa. Selanjutnya Brown dan Keller
(1979) mendifinisikan komunikasi antar-manusia sebagai berikut: “ communication
is symbolic interaction; by mean what happen when one personsays spomething and
the other responds to it. We have to have at least one response to one
initiation before we can say we have established a connection or a relatedness
of communication. Definisi ini merujuk pada bagaimana seseorang berinteraksi
dengan sesame, dengan menggunakan bahasa. Pada kenyataannya, komunikasi antar
manusia tidak statis, tetapi sangat dinamis, melinbatkan “perasaan” dan “sikap”
manusia. Komunikasi kesehatan merupakan salah satu bentuk komunikasi antar
manusia . illustrasi di bawah ini menunjukkan hubungan antara komunikasi
antar-manusia dengan komunikasi kesehatan. Komunikasi
kesehatan merupakan bagian dari komunikasi antar-manusia yang berfokus pada
bagaimana seorang individu dalam suatu kelompok/masyarakat menghadapi isu-isu
yang berhubungan dengan kesehatan serta berupaya untuk memelihara kesehatannya.
Fokus dalam komunikasi kesehatan adalah “transaksi
“ spesifik pada isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan dan factor-faktor yang
memperngaruhi transaksi tersebut. Transaksi yang berlangsung antar-ahli kesehatan dan antar ahli kesehatan dengan
klien merupakan perhatian utama dalam komunikasi kesehatan. Transaksi tersebut
berlangsung baik”verbal” maupun “non verbal”, “lisan” atau “tulisan”,
“personal’ atau “impersonal”. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa komunikasi
kesehatan merupakan aplikasi dari konsep dan teori komunikasi dalam transaksi
yang berlangsung antar-individu/kelompok terhadap isu-isu kesehatan. Lebih jauh
lagi, menurut rasmuson (1988) dan ahli komunikasi lainnya yang terlibat dalam
proyek-proyek USAID untuk pengembangan komunikasi kesehatan. Komunikasi
kesehatan dipandang sebagai disiplin ilmu kkomunikasi terapan yang digunakan
untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat. Disiplin ini
menggunakan metode dan prinsip-prinsip komunikasi massa, desain pengajaran,
pemasaran sosial, analisis perilaku dan antropologi medis. Sebagai cabang ilmu
yang baru. Komunikasi kesehatan parallel dengan cabang ilmu yang lainnya,
seperti psikologi kesehatn, sosiologi
kesehatan, komunikasi biomedis ilmu perilaku kesehatan.
KOMUNIKASI
|
KOMUNIKASI ANTAR
MANUSIA
|
KOMUNIKASI
KESEHATAN
|
Referensi:
Liliwari.
A. 2007. Dasar-dasar komunikasi kesehatan.
Pustaka Pelajar : Yogyakarta
Model-Model Komunikasi Kesehatan
1. Model
Stimulus-Respons
Model
Stimulus-Respons (S-R) adalah komunikasi paling dasar. Model ini dipengaruhi
oleh disiplin psikologi, khususnya yang beraliran behavioristik. Model tersebut
menggambarkan hubungan Stimulus-Respons. Dalam konsep yang fokusnya pada
lingkungan, pada dasarnya setiap kejadian selalu terdapat stimulus dan respons
(Mubarak, 2011, p. 64).
Dalam konsep yang fokusnya pada lingkungan,
pada dasarnya setiap kejadian yang kita allami selalu terdapat stimulus dan
respon. Kejadian yang ada menuntut kita untuk menerjemahkan kedalam proses
pikir kita berupa proses belajar dengan menggunakan komunikasi intrapersonal,
dimana dalam jiwa manusia terdiri atas kumpulan bermacam-macam tanggapan yang
terbentuk karena adanya stimulus dan respon.
Model stimulus-respon yang melibatkan stressors
dan strains, ditambah dengan sebuah bentuk hubungan yang penting karena
hubungan antara seseorang dan lingkungannya mendorong seseorang untuk bereaksi
dan bertindak untuk memenuhi tuntutan yang harus dipenuhi. Proses ini
melibatkan interaksi dan penyesuaian secara berkesinambungan yang disebut
transactions, antara sesorang dan lingkungannya, dimana keduanya saling
memengaruhi satu sama lain.
Dalam keperawatan kebutuhan dasar manusia
sebagai penopang hidup merupakan stimulus bagi seseorang yang menjadikan
seeseorang tergerak untuk bereaksi dan bertindak atas stimulus yang dirasakan
dan dikehendaki sehingga timbul reaksi untuk mencapai tujuan. Hal ini terjadi
karena dalam model stimulus respon ada tujuan yang ingin dicapai, baik tujuan
negative maupun tujuan positif. Bila stimulus yang datang baik, maka akan
direspon baik, sebaliknya bila stimulus yang datang negative maka akan direspon
negative. Dalam memicu stimulus dibutuhkan kesadaran yang tinggi model ini
menunjukkan komunikasi sebagai proses aksi reaksi yang sangat sederhana.
Dengan demikian model stimulus respon
mengabaikan komunikasi proses khususnya yang berkenaan dengan factor manusia.
Secara implisit ada amsumsi ada model stimulus respon ini yang menyatakan
perilaku (respon) manusia dapat diramalkan. Ringkasannya, komunikasi dianggap
statis; manusia dianggap berperilaku kekuatan dari luar (stimulus), bukan
berdasarkan kehendak, keinginan, atau kemauan bebasnya. Model ini lebih sesuai
bila diterapkan pada sistem pengendalian suhu udara dari pada perilaku manusia (Mubarak,
2011, p.64-65).
Gambar
1.a Model
S-R (negatif-negatif)
Gambar
1.b Model S-R (positif-positif)
2. Model Shannon-Weaver
Dalam model ini, komunikasi dipandang sebagai
suatu “sistem”, ldimana “sumber” informasi (source) memilih informasi yang
dirumuskan (encode) menjadi pesan (message) dan selanjutnya pesan ini dikirim
dengan “isyarat” (signal) melalui “saluran” (channel) kepada “penerima”
(receiver). Kemudian penerima menerjemahkan pesan tersebut dan mengirimkannya
ke tempat tujuan (destination) (Notoadmojo, 2005, p. 148).
Pola komunikasi yang diterapkan adalah
komunikasi satu arah yang berlangsung tanpa ada timbal balik secara langsung.
Apabila adanya hambatan (noise) dalam berkomunikasi, dapat mengganggu
keefektifan dari proses komunikasi.
a. Tingkat
kedengaran manusia
b. Gangguan
persepsi
c. Mispersepsi
psikososial
d. Hardware/software
e. Lingkungan,
dll
Sumber Informasi
|
Transmitter
|
Sumber Noise
|
Penerima (Receiver)
|
Tujuan
|
Gambar
2: Model
Shannon-Weaver
3. Model
Lasswell
Model ini umumnya digunakan dalam komunikasi
massa di mana komunikator sangat powerful mampu mempengaruhi komunikan dan
menganggap pesan yang disampaikan mampu membawa efek dalam diri komunikan.
Lasswell (1948) mengemukakan tiga fungsi
komunikasi, yaitu: pertama,
pengawasan lingkungan yang mengingatkan anggota-anggota masyarakat akan bahaya
dan peluang dalam lingkungan; kedua,
korelasi berbagai bagian terpisah dalam masyarakat yang merespons lingkungan;
dan ketiga, transmisi warisan sosial
dari suatu generasi ke generasi lainnya. terdapat tiga kelompok spesialis yang
bertanggung jawab melaksanakan fungsi-fungsi ini. Dalam penyebaran pola hidup
sehat, decision maker merupakan
pengendali lingkungan, sedangkan tokoh masyarakat dan juga LSM bertindak serta
membantu mengorelasikan atau mengumpulkan respons orang-orang terhadap
informasi baru. Anggota keluarga dan tenaga kesehatan di lapangan mengalihkan
warisan sosial (Mubarak, 2011, p. 68)
Unsur-unsur
dalam komunikasi ini menggunakan lima pertanyaan, yaitu:
- Who
(komunikator)
- Say
what (pesan yang disampaikan)
- In
which channel (saluran komunikasi)
- To
whom (penerima pesan)
- With
what effect (efek komunikasi yang disampaikan)
Who
(Communicator)
|
Says
what? (Message)
|
In
which channel (Medium)
|
To
whom (Receiver)
|
With
what effect (effect)
|
Gambar
3: Model
Lasswell
4. Model
SMCR (Model Berlo)
Model ini menampilkan yang variabel dalam
komunikasi yakni source (sumber), message (pesan), channel (media), dan receiver
(penerima). Model SMCR melihat proses komunikasi berdasarkan keterampilan,
sikap, pengetahuan dan latar belakang budaya yang berbeda dari sumber informasi
(source). Sementara itu, pesan (message) yang disampaikan biasanya mengandung
elemen-elemen tertentu, seperti struktur, isi dan kode-kode yang unik. Pesan
tersebut ditransfer melalui saluran yang melibatkan pendengaran, penglihatan,
sentuhan, bau dan rasa. Kemudian penerima (receiver) menginterpretasikan pesan
tersebut juga didasarkan pada keterampilan, sikap, pengetahuan dan latar
belakang sosio budaya yang berbeda, sehingga seringkali terjadi salah interpretasi
dalam proses komunikasi (Notoadmojo, 2005, p. 149)
Salah satu kekuatan dari model ini adalah bahwa
komunikasi dilihat sebagai suatu proses yang dinamis, bukan sekadar peristiwa
yang statis. Sedangkan kekurangan dari model ini adalah tidak adanya mekanisme
“umpan balik” (feed-back) dalam
proses tersebut. Apabila model ini diaplikasikan dalam komunikasi kesehatan,
maka model ini tidak mampu menjelaskan betapa banyaknya faktor-faktor yang
mempengaruhi efektivitas komunikasi antar-petugas kesehatan dengan klien yang
memiliki latar belakang keterampilan dan sosio budaya berbeda. Mekanisme “umpan
balik” diperlukan agar proses komunikasi menjadi lebih dinamis dan dapat
menghindari mis-interpretasi kedua belah pihak. Namun demikian, model ini
sangat bermanfaat untuk komunikasi antar-petugas kesehatan. Di bawah ini adalah
gambar yang mengilustrasikan tentang model SMCR (Notoadmojo, 2005, p. 149)
SOURCE
|
MESSAGE
|
CHANNEL
|
RECEIVER
|
Keterampilan berkomunikasi
|
Elemen
|
Penglihatan
|
Keterampilan
berkomunikasi
|
Sikap
|
Struktur
|
Pendengaran
|
Sikap
|
Pengetahuan
|
Isi
|
Sentuhan
|
Pengetahuan
|
Sistem
sosial
|
Treatments
|
Senyuman
|
Sistem
sosial
|
Budaya
|
Kode
|
Merasakan
|
Budaya
|
Gambar 4: Model Berlo
5. Speech
Communication Model
Model ini pertama kali dikembangkan oleh Miller
(1972) yang melihat bahwa proses komunikasi terdiri dari tiga variabel, yakni
pembicara (speaker), pendengar (receiver), dan umpan balik (feed-back). Dalam hal ini, pembicara
menyampaikan “pesan” (informasi) berdasarkan sikap tertentu, sedangkan
pendengar menginterpretasikan pesan tersebut berdasarkan sikap yang berbeda.
Kemudian pendengar memberikan umpan balik (baik positif maupun negatif) kepada
pembicara. Demikian seterusnya sehingga terjadi proses komunikasi yang hidup
dan dinamis (Notoadmojo, 2005, p. 150).
Model ini tampak sangat sederhana (over simplified) untuk menjelaskan
proses komunikasi yang kompleks dan rumit dalam realitas, namun sangat mudah
dipahami untuk menjelaskan proses komunikasi antar-manusia. Hal-hal inilah yang
merupakan kekuatan dan kelemahan dari Speech
Communication Model (Notoadmojo, 2005, p. 150).
LISTENER
ATTITUDE
ENCODING SKILLS
|
SPEAKER
ATTITUDE
ENCODING SKILLS
|
FEEDBACK
Gambar 5: Model Miller (Speech Communication Model)
6. Model
Aristoteles
Model Aristoteles adalah modedl komunikasi yang
palingng klasik, sering disebut juga dengan Model Retoris (Rhethorical Model) yang kini lebih dikenal dengan komunikasi publik
(public speaking) atau pidato. Model
Aristoteles ini melibatkan persuasi dimana berisi suatu anjuran untuk melakukan
dan mengimplementasikan suatu kegiatan sesuai dengan isi pesan. Untuk itu harus
dipersiapkan siapa yang menyampaikan (etos- kepercayaan pada sipenyampai pesan),
argumen yang dipersiapkan (logos, logika dalam pendapat) dan bagaimana membawa
dan memaikan e,osi khalayak untuk tertarik pada isi pesan (phatos-emosi
khalayak). Dengan kata lain, faktor-faktor yangb memaikan peran dalam
menentukan efek persuasi suatu pidato meliputi isi pidato, susunannya, dan cara
penyampaiannya (Mubarak, 2011. p. 66).
Dalam perkembangan selanjutnya model
Aristoteles diimplementasikan dengan menempatkan baliho-baliho ditempat
strategis yang berisi anjuran untuk melakukan kegiatan sesuia isi pesan. Namun,
banyak pakar berpendapat bahwa penempatan baliho di tempat strategis merupakan
bentuk komunikasi massa dan hal tersebut kurang tepat bila ditinjau dari
spesifik tujuan yang diingin dicapai sesuai dengan karakteristik dari
komunikasi persuasi (Mubarak, 2011. p. 67).
Tiga
unsur utama dalam Model Aristoteles adalah sebagai berikut:
a. Pembicara
(speaker)
b. Pesan
(message)
c. Pendengar
(listener)
Pembicara
|
Pesan
|
Pendengar
|
Dalam
Model Aristoteles ini tidak memuat unsur-unsur lainnya yang dikenal dalam model
komunikasi, seperti, umpan balik, efek dan kendala atau gangguan komunikasi.
Dengan demikian, komunikasi ini terkesan sangat simpel dan statis. Saat
seseorang berbicara, pesannya akan berjalan kepada khalayak, dan khalayak
mendengarkan.pesan dirancang sedemikian rupa untuk memengaruhi khalayak agar
mau memerima pesan (Mubarak, 2011. p. 67).
7.
Model schramm
Model
schramm memberikan gambaran proses komunikasi dari yang sederhana sampai yang
kompleks dengan menghadirkan tiga model. Model yang pertama adalah Wilbur
Schramm 1954 yang memperkenalkan model yang sangat sederhana, dimana dalam
berkomunikasi yang dibutuhkan
perangkatnya hanya ada tiga unsur yaitu sumber (source), pesan (message),
sasaran (desfination). Model ini terkesan sangat sederhana sekali karena hanya
beriontasi pada penyampaian sinyal saja tanpa memperhatikan sisi lainnya dan
mengesampingkan lainnya, yang terpenting inti sinyal sudah dikomunikasikan pada
sasarannya.
sumber
|
encorder
|
signal
|
decorder
|
sasaran
|
Dalam
perkembangannya, sumber informasi tidak cukup hanya ditransmisikan kesasaran
saja melainkan juga membutuhkan kesamaan bidang pengalaman (field of exprince)
sehinggan dari model yang sederhana tersebut dikembangkan lagi menjadi model
yang kedua dengan menambah unsur bidang pengalaman, agar pesan bisa diterima
oleh penerima pesan dengan baik.
Model yang kedua schramm memperkenalkan gagasan bahwa
kesamaan dalam bidang pengalaman, sumber dan sasaranlah yang sebenarnya
dikomunikasikan, karena bagian sinyal itulah yang dianut sama oleh sumber dan
sasaran. Untuk itu Wilbur schramm memberikan gambaran model yang kedua ini
sebagai berikut
sumber
|
encorder
|
sinyal
|
tujuan
|
decorder
|
Model ketiga schram
mengganggap komunikasi sebagai interaksi dengan kedua pihak, yang menyandi ,
menafsirkan, dan menyandi balik, mentransmisikan dan menerima sinyal. Disini
kedua belah pihak sama-sama berfungsi sebagai encorder, interpreter, mmaupun
decorder. Ketika sumber memberikan pesan kepada tujuan maka sumber bertindak
sebagi encorder sedangkan tujuan bertindak sebagi decorder
Encorder
Interprete
decorder
|
pesan
|
Encorder
Interprete
decorder
|
pesan
|
A.
Cara
mengolah Pesan dalam Komunikasi Kesehatan
1.
Memahami
symbol pesan komunikasi non verbal
Dalam buku silent
massage (1971) mengemukakan bahwa manusia berkomunikasi secara verbal dan non
verbal. Bila kita membandingkan prosentase penggunaan pesan, maka total= 7%
verbal feeling+38%, vocal feeling+55%, facial feeling (mehrabian, 1971). Ini
berarti bahwa 93% dari dari perilaku komunikasi kita, dalam hal ini pengalihan
pesan, menggunakn pesan symbol non verbal, sisanya 7% menggunakan pesan
herbal.(Liliweri, 2007;109)
Morris (1977) dalam
liliweri (2007; 109-116) membagi pesan non verbal sebagai berikut:
a. Kinesik
Kinesik adalah pesan
non verbal yang diimplementasikan dalam bentuk bahasa isyarat tubuh atau
anggota tubuh. Perhatikan bahwa dalam pengalihan informasi mengenai kesehatan,
para penyuluh tidak saja menggunakan kata-kata secara verbal tetapi juga
memperkuat pesan-pesan itu dengan bahasa isyarat untuk mengatakan suatu penyakit yang
berbahaya, obat yang mujarab, cara memakai komndom, cara mngaduk obat, dan
lain-lain
1) Gesture
Gesture merupakan bahasa isyarat yang
ditampilkanoleh gerakan anggota tubuh seorang komunikator kesehatan mungkin
memksudkan V, artinya dia berhasil memengaruhi audiens untuk membangun WC yang sehat, atau
sebaliknya mengacungkan jempol “ke bawah” artinya kegagalan, dan lain-lain.
2) Ekspresi
wajah
Di dunia ini tercatat sekurang-kurangnya
30.000 lebih ekspresi yang berbeda satu sama lain. Banyak diantaranya mempunyai
makna yang sama namun banyak pula yang berbeda. Suatu kenyamanan mungkin
berarti senang, namun mungkin pula berarti sinis. Jadi, tanggapan itu
tergantung dari pandangan kebudayaan.
3) Bersalaman
Bersalaman atau handshake merupakan
sesuatu yang lazim dilakukan ketika kita bertemu seseorang. Perbedaan budaya
dari audiens akan memberikan makna yang berbeda atas salaman itu.
4) Kontak
mata
Kontak mata adalah symbol non verbal
yang sangat penting dalam beberapa kebudayaan namun tidak penting bagi
kebudayaan lain. Apabila melakukan penyuluhan kesehatan di pendesaan NTT maka
ingatlah bahwa komunikasi lebih suka mendengarkan sambil melakukan kontak mata.
b. Proksemik
Ruang lingkup bahasa
non verbal berikutnya adalah proksemik, yaitu bahasa non verbal yang ditujukan
oleh “ruang” dan “jarak” antara individu
dengan objek. Proksemik doibagi atas proksemik jarak, proksemik ruang,
dan proksemik waktu. (liliweri, 2007;111)
1) Proksemik
jarak
Proksemik jarak merupakan bahasa jarak
symbol komunikasi yang paling sensitive. Jarak antara orang dan dapat
digolongkan sebagai jarak sahabat intim, jarak sahabat-kenal(say hello), atau
jarak romantic. Umumnya jarak fisik kita dengan orang lain menunjukan pula
kedekatan psikologis dan sosial dengan lawan bicara misalnya jarak intim, jarak
pribadi, jarak sosial, dan jarak public. Makin dekat jarak fisik seseorang
dengan badan kita, maka dia dianggap makin dekat secara psikologis maupun
sosial dengan kita.
2) Proksemik
ruang
Dalam kasus proksemik ruang, berikut ini
beberapa contoh di mana kita daoat menginterprestasi makna terhadapnya. Yaitu
a) Ukuran
ruang
b) Hawa
atau udara dalam ruang
c) Warna
d) Pencahayaan
e) Jangkauan
ruang
3) Proksemik
waktu
Kronemik meliputi penggunaan waktu untuk
berkomunikasi secara non verbal. Sebagaimana biasa para bawahan harus menunggu
kedatangan pimpinan, atau dalam pertemuan, para bawahan diharuskan diharuskan
tiba mendahului atasan mereka.
Waktu menggambarkan
sebuah peristiwa yang dapat memberikan makna tertentu, maksud dan tujuan
tertentu. Bahasa waktu meliputi symbol; (liliweri, 2007;114)
a) Peluang
diperkenalkan untuk terlambat-waktu yang diperkenankan oleh sebuah kebudayaan
atau subkultur bagi kita sebuah mengikuti sebuah jadual atau programformal
maupun informal.
b) Ambiliguitas(tergantung
kebudayaan) tingkat keluwesan waktu untuk mengikuti sebuah jadual
atau program formal
maupun informal.
c. Haptik
Haptik seringkali
disebut zero proxemics, artinya tidak
ada lagi jaral diantara dua orang waktu berkomunikasi. Atas dasar itu maka ada
ahli komunikasi non verbal yang mengatakan haptik itu sama dengan menepuk-nepuk,
meraba-raba, memegang, mengelus dan mencubit. Haptik ditentukan oleh tiga
faktor: (liliweri, 2007;113)
1) Derajat
atraksi dan kesukaan. Anda lebih cenderung atau suka memegang seseorang atau suatu objek yang anda sukai.
Andapun lebih suka memegang atau mengambi suatu barang yang menarik.
2) Derajat
kekeluargaan/kekerabatan. Anda juga lebih sering menghiraukan jarak fisik
dengan seseorang yang sangat dekat dengan anda, yang dianggap sebagai anggota
atau sahabat karib. Karena kedekatan psikologis itulah maka anda lebih berani
mendekatkan psikologis itulah maka anda lebih berani mencubit, menepuk lengan
dan bahu, mencium dahi atau pipi.
3) Kekuasaan
dan status. Haptik juga ditentukan oleh faktor kekuasaan dan status, misalnya
hubungan antara atasan dengan bawahan. Mereka yang tergolong pada kelompok
atasan sering menghindari diri dari pegangan bawahannya.
d. Paralinguistic
Paralinguistic meliputi
setiap penggunaan suara sehingga dia bermanfaat kalau kita hendak menginterpretasi
simbol verbal.
e. Artifak
Kita tidak memaksudkan
artifak dengan artifak dalam study arkeologi. Kita memahami artifak dalam
komunikasi non verbal dengan pelbagai benda material di sekitar kita, lalu
bagaimana cara benda-benda itu digunakan untuk menampilkan pesan ketika
digunakan.
f. Logo
dan warna
Kreasi para perancang
untuk menciptakan logo dalam penyuluhan merupakan karya komunikasi bisnis,
namun model kerja ini dapat ditiru dalam komunikasi kesehatan. Biasanya logo
dirancang untuk dijadikan symbol dari suatu karya organisasi atau produk dari
suatu organisasi, terutama bagi
organisasi swasta. Bentuk logo umumnya berukuran kecil dengan pilihan bentuk,
warna dan huruf yang mengandung visi dan misi organisasi. Berikut ini ada
beberapa unsure yang patut diperhatikan ketika kita menciptakan logo.
g. Penggunaan
Warna
Warna berkaitan dengan
adanya budaya audiens. Oleh karena itu jika anda memilih warna yang salah, hal
itu akan memengaruhi penerimaan pesan oleh audiens. Dalam masyarakat kita
umumnya, warna hitam diindetikkan dengan warna berkabung. Warna ungu menjadi
symbol penantian dan harapan, warna putih diasosiakan dengan keberanian, warna
merah dikaitkan dengan keberanian, warna kuning dihubungkan dengan perilaku
cemburu. Jadi, peranan warna penting karena;
1) Warna
berkaitan dengan kepribadian
2) Warna
berkaitan dengan faktor-faktor psikologi
Ukuran-pada
mulanya digunakan untuk kartu nama(business card), oleh karena itu ukuran logo
yang paling besar(format asli) hanya sebesar kartu nama. (Liliweri, 2007;115)
Multimedia-kini
dengan teknologi komputer maka perancangan pesan dapat dapat dilakukan semakin
mudah, apalagi menggunaka software
seperti Corral atau untuk kepentingan presentasi bahan digunakan software power point.
Animasi-animasi
adalah proses kerja perancang untuk membuat variasi-variasi atas simbol atau
logo.
h. Tampilan
Fisik Tubuh
Acapkali Anda mempunyai kesan tertentu
terhadap tampilan fisik tubuh dari lawan bicara Anda. Kita sering menilai
seseorang mulai dari warna kulitnya, tipe tubuh (atletis, kurus, ceking,
bungkuk, gemuk, gendut, dan lain-lain). Tipe tubuh itu merupakan cap atau warna
yang kita berikan kepada orang itu. Salah satu keutamaan pesan atau informasi
kesehatan adalah persuasif, artinya bagaimana kita merancang pesan sedemikian
rupa sehingga mampu mempengaruhi orang lain agar mereka dapat mengetahui
informasi, menikmati informasi, memutuskan untuk membeli atau menolak produk
bisnis yang disebarluaskan oleh sumber informasi. (Liliweri, 2007; 116)
Apa yang disimpulkan dari uraian
mengenai bahasa non verbal diatas? Dalam
komunikasi kesehatan hendaklah dalam komunikasi antarpribadi maupun komunikasi
kelompok kita merancang pesan non verbal yang disukai audiens. Telitilah
kebudayaan audiens setempat sebelum kita merancang pesan non verbal; baik
rancangan pesan yang ditampilkan langsung dalam komunikasi antarpersonal atau
digambarkan diatas kertas, dicetak di pamflet, atau dipindahkan ke video. Pesan
non verbal turut mempengaruhi
penerimaan pesan oleh audiens.
(Liliweri, 2007; 116)
2.
Memahami
dan Memakai Pesan Verbal dalam Komunikasi Kesehatan
Kalau kita bicara
tentang komunikasi verbal maka terkandung pula didalamnya pengertian
pesan-pesan verbal atau pesan berupa kata-kata yang diucapkan (vokal), di tulis
(visual). Konsep komunikasi verbal ini tidak bisa dilepaskan dari ilmu bahasa
atau linguistik. Dalam praktiknya, cara manusia berkomunikasi melalui bahasa
yang secara formal dilakukan melalui bahasa lisan dan tulisan. (Liliweri, 2007;
117)
a. Penggunaan
bahasa secara pragmatis
Kita memang mengakui
bahasa indonesia sebagai bahasa pemersatu, oleh karena itu kita mempelajari
bahasa Indonesia sejak masih duduk di SD sampai ke perguruan tinggi. Ketika
kita menggunakan bahasa sebagai “alat komunikasi”, haruslah disadari bahwa ada
perbedaan penggunaan bahasa tulisan dan bahasa lisan. Perbedaan itu menampak
pada aspek “kepraktisan” semata-mata. Artinya, orang tidak terbiasa berbahasa
lisan dengan mengikuti semua aturan tata bahasa Indonesia. Bagi kita, dalam
komunikasi adalah membuat orang lain cepat mengerti yang dalam istilah
komunikasi, memberikan makna yang sama atas apa yang sama atas apa yang kita
ucapkan. Inilah aspek pragmatis suatu bahasa. (Liliweri, 2007; 118)
Seorang komunikator
kesehatan hendaklah memerhatikan kebiasaan dan kepraktisan bahasa di kalangan
ibu-ibu desa yang berkunjung ke Puskesmas, bapak-bapak nelayan di pantai, para
gadis di pasar umum, orang-orang yang berada dalam perjalanan, dan lain-lain.
Kadang-kadang kelompok-kelompok ini menggunakan “jargon” secara khusus yang
hanya dimengerti oleh kalangan mereka. (Liliweri, 2007; 118)
b. Ingat
variasi berbahasa
Menurut Liliweri (2007;
116-120)dalam berkomunikasi kesehatan, apalagi dalam situasi antar budaya,
hendaklah kita memperhatikan beberapa variasi berbahasa yang bersumber pada:
1) Dialok
Dialek merupakan variasi
penggunaan bahasa di suatu daerah
bahasa. Orang Timor yang tinggal di Timur Tengah Utara (TTU), Timor Tengah
Selatan (TTS) dan sebagian Kabupaten Kupang (Amfoang, Amarasi) memakai bahasa
Dawan namun terdapat variasi penggunaan bahasa di antar berbagai daerah yang
berbeda-beda itu. Demikian pula orang Jawa yang tinggal di Jawa Timur berbeda
dialek jawanya dengan Jawa dari Solo. Hal ini karena di masing-masing “daerah”
pengguna bahasa mempunyai dialek untuk menerangkan kata tau istilah lokal.
2) Aksen
Aksen menunjukkan
kekhasan tekanan dalam ucapan bahasa lisan. Meskipun semua orang Timor memakai
bahasa Dawan, di antara pengguna bahasa Dawan sendiri dapat membedakan asal
usul pembicara berdasarkan aksen Amarasi, aksen Amfoang, aksen Soe, dan aksen
Kefa. Atas alasan yang sama yang sama kita bisa membedakan aksen orang Jawa
dari Surabaya dengan orang Jawa dari Semarang atau dari Yogyakarta.
3) Jargon
Jargon adalah sebuah
unit kata-kata atau istilah yang dipertukarkan oleh mereka yang sama profesi
atau pengalamannya. Perhatikan ada istilah-istilah tertentu yang hanya beredar
di kalangan ibu rumah tangga, di kalangan nelayan, atau dikalangan dosen dan
mahasiswa. Istilah SKS hanya dimengerti
di kalangan dosen dan mahasiswa (baca: 50 menit). Contoh, ketika akan memberikan
pengarahan kepada ibu-ibu di Puskesmas, seorang teman bertanya kepada Anda:
berapa lama Anda bicara? Anda menjawab: ya kira-kira 1 SKS (para ibu tidak
mengerti 1 SKS, hanya Andadsn teman Anda yang tahu lama pembicaraan 50 menit).
4) Argot
Argot adalah bahasa
khusus yang digunakan oleh suatu kelompok tertentu untuk mendefenisiskan
batas-batas kelompok mereka dengan orang lain. Di kalangan anak-anak sering
menggunakan bahasa khusus yang hanya dimengerti di kalangan mereka. Contoh:
Kapan saya bisa datang ke rumah kamu?
c. Berbahasa
pada saat yang tepat
Menurut Liliweri (2007;
120-123) dalam berkomunikasi, terutama dalam situasi antar budaya, ada beberapa
perbedaan yang perlu diperhatikan. Menurut Ohoiwutun (1997;99-107) dalam
Liliweri (2007; 120-123) anda harus memperhatikan:
1) Kapan
orang berbicara
Jika kita berkomunikasi
antarbudaya perlu diperhatikan bahwa ada kebiasaan (habits) budaya yang mengajarkan kepatutan kapan seseorang harus
atau boleh berbicara. Orang-orang Timor, Batak,Sulawesi,Ambon,Irian, mewarisi
sikap kapan saja bisa bicara, tanpa membedakan yang tua dan muda, artinya
semaunya saja, berbicara tidak mengenal batas usia. Namun orang Jawa dan Sunda
mengenal aturan atau kebiasaan kapan orang berbicara, misalnya yang lebih muda
mendengarkan lebih banyak daripada yang tua, yang tua omong lebih banyak dari
yang muda.
2) Apa
yang dikatakan
Laporan studi Eades
(1982)menungkapkan bahwa orang-orang Aborigin Australia tidak pernah mengajukan
pertanyaan mengapa ‘mengapa’? Suzanne Scolon (1982) mendapati orang indian
Athabaska jarang bertanya. Terdapat anggapan bahwa pertanyaan dianggap terlalu
keras, karena menuntut jawaban. Dari sisi pendidikan orang akan bertanya-tanya,
apakah mungkin orang dapat belajar bila mereka tidak diperkenankan bertanya?
Guna menghindari bertanya yang dianggap terlalu keras maka ada kebiasaan dalam
masyarakat tertentu yang menempuh strategi ‘bercerita’. Laporan penelitian
Tannen (1984-an) menunjukkan bahwa orang-orang New York keturunan Yahudi lebih
cenderung bercerita dibandingkan dengan teman-temannya di California. Cerita
mereka (New York Yahudi) selalu berkaitan dengan pengalaman dan perasaan
pribadi. Masing-masing anggota kelompok kurang tertarik pada isi cerita yang
dikemukakan anggota kelompok lain.
3) Kecepatan
dan jeda berbicara
Yang dimaksudkan dengan kecepatan dan
jeda berbicara di sini adalah pengaturan kendali berbicara menyangkut tingkat
kecepatan dan ‘istirahat sejenak’ dalam berkomunikasi antara dua pihak.
Orang-orang di Barat sulit berdiam diri terlalu lama dan hanya mendengarkan
orang lain. Di Indonesia, kita semua yang menjadi bawahan selalu berdiam diri
di depan atasan, hanya mendengarkan pengarahan dan perintah.
4) Hal
yang perlu diperhatikan
Konsep ini berkaitan erat dengan gaze atau pandangan mata yang
diperkenankan waktu berbicara bersama-sama. Orang-orang kulit hitam biasanya
berbicara sambil menatap mata dan wajah orang lain, hal yang sama terjadi bagi
orang Batak dan Timor. Dalam berkomunikasi ‘memperhatikan’ adalah melihat bukan
sekedar mendengarkan. Sebaliknya Orang Jawa tidak mementingkan ‘melihat’ tetapi
mendengarkan. Anda membayangkan jika seorang Jawa sedang berbicara dengan orang
Timor yang terus-menerus menatap mata orang Jawa, maka si Jawa akan merasa
tidak enak dan bahkan menilai orang Timor itu kurang ajar. Sebaliknya orang
Timor merasa dilecehkan karena si Jawa tidak melihat dia waktu dia memberikan
pengarahan.
5) Intonasi
Masalah intonasi cukup berpengaruh dalam
pelbagai bahasa yang berbeda budaya. Orang Kedang di Lembata/Flores memakai
kata bua berarti melahirkan, namun
kata yang sama kalau ditekan pada huruf akhir ‘a’ – bua’ (buaq), berarti
berlayar.
6) Gaya
kaku atau puitis
Ohoiwutun (1997; 105)
menulis, jika Anda membandingkan bahasa Indonesia yang digunakan pada awal
berdirinya negara ini dengan gaya yang dipakai dewasa ini, dekade 90-an, Anda
akanmendapati bahwa bahasa Indonesia tahun 1950-an lebih kaku. Gaya bahasa
sekarang lebih dinamis, lebih banyak kata dan frase dengan makna ganda,
tergantung dari konteksnya. Perbedaan ini terjadi sebagai akibat dari
perkembangan bahasa. Tahun 1950-an bahasa Indonesia hanya dipengaruhi secara
dominan oleh bahasa Melayu.
7) Bahasa
tidak langsung
Setiap bahasa
mengajarkan kepada para penuturnya mekanisme untuk menyatakan sesuatu secara
langsung atau tidak langsung. Jika Anda berhadapan dengan orang Timor, Anda
tidak biasanya berbicara secara langsung namun didahului oleh basa basi dan
bahsa simbolik. Ini jelas berbeda kalau Anda berbicara dengan orang Flores atau
orang Rote di Kupang.
d. Struktur
pesan
Menurut Liliweri (2007;
123-125) struktur pesan ditunjukkan dengan :
1) Pola
penyimpulan (tersirat atau tersurat)
Banyak anak terserang
campak (PK, Rabu 4 November 2004)
Gejalanya:
a) Panas
2-3 hari berturut-turut
b) Muncul
ruam-ruam merah di balik telinga
c) Timbul
batuk, pilek, dan mencret
d) Bagian
kulit yang ruam-ruam mengelupas
e) Timbul
bintik-bintik hitam pada kulit yang mengelupas
2) Pola
urutan argumentasi (mana yang lebih dahulu)
Argumentasi yang
disenangi (disampaikan terlebih dahulu) misalnya, Anda hendak mengadakan
penyuluhan tetntang usaha mencegah anak-anak mencret karena makan makanan atau
penganan yang tidak bersih. Anda bisa menampilkan pada pamflet foto anak-anak
yang riang gembira bersama kawan-kawannya berebutan membeli jajan di suatu kios
di bilangan daerah kumuh. Beberapa foto berikutnya anda yang dimulai dari
anak-anak memasukkan jajan ke mulut, proses pengolahan dalam perut… sampai
terakhir potret anak yang mulai sakit perut dan terus-menerus ke WC dan
akhirnya dibawa ke UGD dalam keadaan pucat pasi.
Argumentasi yang tidak
disenangi (disampaikan terlebih dahulu), dalam model ini anda menampilkan
terlebih dahulu wajah seorang anak yang pucat pasi terbaring tidak berdaya di
UGD…sampai menampilkan alur cerita pertama.
3) Pola
objektivitas (satu sisi atau dua sisi)
Satu sisi – Pesan yang
terlihat dari dua contoh argument di atas sebenarnya berpola SATU SISI karena
Anda mengambil anak sebagai pusat informasi kesehatan.
Dua sisi – Alur satu
sisi di atas dapat diubah menjadi dua sisi karena Anda menampilkan pula potret
seorang dokter atau perawat yang mengingatkan beberapa pesan mengenai
pencegahan penyakit mencret.
e. Gaya
Pesan (bahasa)
Gaya pesan menunjukkan
variasi linguistic dalam penyampaian pesan dengan perulangan, mudah mengerti,
dan perbendaharaan kata (Liliweri, 2007; hal.125)
1) Perulangan
Perulangan pesan adalah
pengungkapan suatu pesan berkali-kali dalam satuan waktu untuk mengesankan
kepada audiens bahwa apa yang disampaikan sangat penting. Contoh: “Saya
ingatkan untuk mencegah demam berdarah lakukan 3M, sekali lagi 3M, 3M, jangan
lupa 3M”.
2) Mudah
dimengerti
Suatu pesan yang baik
adalah pesan yang menggunakan pilihan kata yang mudah dimengerti, atau jangan
menimbulkan tafsir ganda. Contoh: apabila kata ruam-ruam kurang dipahami, sehingga sebaiknya gunakan kata bintil-bintil.
3) Perbendaharaan
kata
Yang dimaksudkan dengan
perberdaharaan kata adalah kata-kata yang lazim digunakan oleh audiens
sehari-hari. Contoh: kata ruam-ruam (jika
digunakan dalam bahasa tulisan maka hendaklah diterangkan dalam kurang).
e. Daya
Tarik Pesan
Yang dimaksudkan dengan
daya tarik pesan (message appeals)
mengacu pada motif-motif psikologis yang dikandung pesan, yakni
rasional-emosional, fear appeals (gaya
tarik ketakutan), dan reward appeals
(daya tarik ganjaran). (Liliweri, 2007; 129-131)
1) Rasional
– Emosional
Rasional
adalah rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara rasional sesuai
dengan syarat-syarat yang seharusnya, misalnya syarat ilmu kesehatan, dll.
Contoh: “Karena penyakit ini disebabkan oleh virus maka tidak bias diobati.
Penyakit ini akan sembuh sendiri yang dalam istilah medis disebut self
limited disease, yang bisa dilakukan terhadap penyakit ini adalah melakukan
pengobatan sesuai gejala-gejala penyakit. Misalnya, ketika penderita mengalami
batuk, diberi obat batuk, begitu pula penderita pilek atau diare.”
Emosional
adalah
rancangan pesan yang menjelaskan suatu informasi secara emosional serta
menggugah emosi audiens. Contoh: merokok dapat menyebabkan kanker, serangan
jantung, impotensi dan gangguan kehamilan dan janin; jika bapak tetap merokok,
berarti bapak mau bunuh diri. Itu kan kasian anak-anak dan istri, apalagi kalau
bapak jadi impoten, maka rumah tangga bapak bakal tidak bahagia!
2) Fear Appeals
(daya tarik ketakutan)
Untuk memengaruhi audiens, maka
sebaiknya sampaikan pesan atau informasi yang kurang menyenangkan kemudian baru
diikuti dengan menampilkan pesan atau informasi yang menyenangkan. Daya tarik
pesan yang menampilkan ketakutan rupanya lebih ditakutkan daripada pesan yang
tidak menakutkan. Fear appeals menampilkan
daya tarik tertentu apalagi jika ketakutan itu berkaitan dengan nyawa manusia.
Atas pertimbangan itu maka dalam
penyuluhan kesehatan yang ausiensnya (adalah manusia-manusia super sibuk) mempercayakan
anak-anak mereka kepada para pembantu perlu ditampilkan kasus-kasus bagaimana
hubunghan pembantu dengan anak-anak ketika orang tua tidak berada di rumah. Hal
ini akan mendorong para orang tua sibuk untuk lebih meluangkan lebih banyak
waktu memperhatikan anak-anaknya daripada kepada para pembantu.
3) Reward Appeals (daya
tarik ganjaran)
Ada banyak sekali cara untuk menciptakan daya tarik
bagi para pembeli untuk membeli makanan atau minuman sehat. Semua pasta gigi
memberikan iming-iming bagi pembeli dengan hadiah uang jutaan rupiah setelah
mengumpulkan sejumlah tertentu bungkus pasta gigi. Jadi, orang dipersuasi untuk
membeli produk bukan karena dia butuh produk tersebut tetapi karena dia ingin
mendapatkan hadiah karena membeli produk itu.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat