A. Konsep Kebutuhan Seksualitas
1. Pengertian
Seksualitas
mencakup bagaimana yang anda rasakan mengenai tubuh anda, ketertarikan terhadap
aktivitas seksual, kebutuhan anda akan sentuhan, kemampuan untuk
mengomunikasikan kebutuhan seksual anda dengan pasangan dan kemampuan untuk
terlibat dalam aktivitas seksual yang
memuaskan. Ketika anda menciptakan dan mengalami kesenangan erotis, anda
melakukan sek, sekaligus mengalami seksualitas anda (Ellison, 2000; Kozier,
2010, p. 464).
Seksualitas dan seks adalah suatu hal yang berbeda.
Kata seks sering digunakan dalam dua cara yaitu mengacu pada bagian fisik dari
berhubungan atau aktivitas seksual genital dan seks juga digunakan untuk
memberi label jender pria atau wanita (Zawid, 1945; Potter & Perry, 2005)
Seksualitas
merupakan interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang
berbeda atau sama mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran,ideal, nilai,
fantasi, dan emosi.
Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa diri mereka dan
bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui
tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, ciuman, pelukan dan senggama
seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak tubuh, etiket, berpakaian dan tutur kata
(Denney &Duadagno, 1992; Zawid, 1994; Potter & Perry, 2005).
Seksualitas
adalah subjek perubahan dinamis seumur hidup. Perubahan perkembangan normal dan
status kesehatan dapat membutuhkan
adaptasi dalam ekspresi seksual, tetapi
individu terus mengekspresikan seksualitas dalam beragama sepanjang hidupnya
(Kozier, 2010, p.464).
Orientasi
seksual adalah preferensi yang jelas, persisten, dan erotic seseorang untuk
jenis kelaminnya atau orang lain. Studi
tentang seksualitas manusia pada tahun 1940-an dan 1950-an mengembangkan
kontinum antara heteroseksualitas dan homoseksualitas. Sebagian besar orang
berada pada kontinum heteroseksual, dan sedikit pada kontinum homoseksual, atau
gay dan lesbian, namun demikian, sebagian orang adalah biseksual dan merasa
nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin.
Transeksual
adalah orang yang identitas seksual atau jendernya berlawanan dengan
seksbiologisnya. Seorang pria mungkin memikirkan tentang dirinya sebagai
seorang wanita dalam tubuh pria, atau sebaliknya. Perasaan ini disebut disforia
jender. Transvestite biasanya adalah pria heteroseksual yang secara periodic
berpakaian seperti wanita untuk pemuasan psikologis dan seksual yang biasanya
dilakukan dalam lingkup pribadi dan dirahasiakan (Potter& Perry, 2005).
2.
Perkembangan seksualitas sesuai tahap
tumbuh kembang dan pendidikan seksualitas
a. Bayi
Bayi
laki-laki atau perempuan dilahirkan dengan kapasitas untuk kesenangan dan
respons seksual. Genetalia bayi sensitive sejak lahir. Anak laki-laki mengalami
ereksi penis dan bayi perempuan dengan lubrikasi vaginal. Anak laki-laki juga
mengalami ereksi nocturnal spontan tanpa stimulasi. Perilaku dan respon ini
tidak berhubungan dengan kontak psikologis erotic seperti pada masa pubertas
atau masa dewasa tetapi lebih pada perilaku pembelajaran normal. Orang tua
harus menerima perilaku eksplorasi bayi sebagai langkah perkembangan identitas
diri yang positif. Dengan memberikan bentuk stimulasi taktil lainnya melalui
menyusu, memeluk, dan menyentuh akan membantu bayi dalam mendefinisikan
pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusia dan dari kontak
tubuh.
Menurut
Sigmund freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
1) Tahap
oral
Terjadi umur 0-1 tahun.
kepuasan, kesenangan atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap,
menggigit, mengunyah atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi
dan selalu meminta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
2) Tahap
anal
Terjadi umur 1-3 tahun.
kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat mengeluarkan feses. Anak mulai
menunjukkan kelakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri
sendiri) dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap
ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan.
b. Pra
sekolah
Anak
usia sekolah 1-5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas gender dan mulai
membedakan perilaku sesuai gender yang di definisikan secara sosial. Proses
perilaku ini terjadi dalam pembelajaran interaksi normal orang dewasa, dari
boneka yang diberikan kepada anak, pakaian yang digunakan, permainan yang
dimainkan dan respons yang dihargai. Anak juga mengamati perilaku orang dewasa.
Eksplorasi
tubuh pada usia ini mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk
boneka, hewan peliharaan atau orang sekitar mereka dan percobaan sensual
lainnya. Anak juga dapat di ajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi
versus public. Pertanyaan tentang darimana bayi berasal atau perilaku seksual
yang diamati oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur dan sederhana.
perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah : Tahap oedipal/phalik Terjadi
pada umur 3-5 tahun. kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu
meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak mulai
menyukai lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada
ayahnya. Sebaliknya, anak perempuan lebih menyukai ayahnya. Anak mulai
mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan,
belajar melalui interaksi dengan figure orang tua, serta mulai mengembangkan
peran sesuai dengan jenis kelaminnya.
c. Usia
sekolah
Tahap
ini merupakan : Tahap laten. Terjadi umur 5-12 tahun. kepuasan anak mulai
terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada
tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya,
dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya
tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca dan
berfantasi.
Bagi
anak-anak usia 6-10 tahun, edukasi dan penekanan tentang seksualitas datang
dari orang tua dan gurunya tetapi lebih signifikan dari kelompok teman
sebaya.anak usia sekolah akan terus melanjutkan perilaku stimulasi diri seperti
masturbasi. Penjelasan tentang waktu, tempat dan hubungan yang sesuai untuk
ekspresi seksual dapat juga diberikan dalam konteks nilai dan rasional yang
mendasari keyakinan. Pada usia ini anak akan terus mengajukan tentang seks daan
menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji perilaku yang sesuai. Anak juga
mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi. Sampai 10 tahun, banyak anak gadis
dan sebagian anak laki-laki sudah mulai mengalami bagian dari pubertas seperti
perubahan bentuk tubuh, peningkatan kesopanan. Mereka membutuhkan informasi
yang adekuat dari rumah atau sekolah tentang perubahan yang dialami. Anak juga
diberi informasi untuk berhati-hati terhadap potensial penganiayaan seksual.
d. Pubertas
dan remaja
Awitan
pubertas pada anak gadis ditandai dengan perkembangan payudara. Setelah
pertumbuhan awal jaringan payudara putting dan areola ukurannya meningkat.
Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital, terjadinya
manarke, uterus membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal,. Hal
tersebut dapat terjadi dengan spontan atau akibat perangsangan seksual.
Kadar
testosterone yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas ditandai dengan
peningkatan ukuran penis, testis prostat dan vesikul seminalis. Anak laki-laki
atau gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, namun ejakulasi
pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur yaitu sekitar usia
12-14 tahun. ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur (emisi
nocturnal) dikenal dengan mimpi basah. Perubahan emosi selama masa pubertas dan
masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik.
Masa remaja adalah
periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Tugas
perkembangan pada masa remaja terdiri dari :
a) Menerima
citra tubuh
b) Menerima
identitas seksual
c) Mengembangkan
system nilai personal
d) Membuat
persiapan untuk hidup mandiri
e) Menjadi
mandiri/bebas dari orang tua
f) Mengembangkan
ketrampilan mengambil keputusan
g) Mengembangkan
identitas orang yang dewasa
Pendidikan seks pada remaja membahas
masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya program-proram yang
berfokus pada upaya membantu remaja untuk mengatakan tidak. Pihak komponen
program pendidikan seks disekolah percaya bahwa diskusi eksplisit tentang
seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan
peran orang tua. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks
anak-anaknya karena beberapa alasan seperti orang tua tidak memiliki informasi
yang adekuat, orang tua tidak merasa nyaman dengan topic seks, para remaja
tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
e. Usia
dewasa
Usia
dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksplorasi dan menemukan
maturasi emosional dan hubungan. Dewasa muda secara tradisional dipandang
sebagai berperan dalam melahirkan anak atau membesarkan anak. Keintiman dan
seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk
melakukan hubungan seks. Semua orang dewasa yang memilih untuk melakukan
hubungan seks. Semua orang dewasa yang secara seksual aktif harus belajar
tekhnik stimulasi dan respons seksual yang memuaskan bagi pasangan.
Keintiman
dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk
tidak melakukan hubungan seks (lajang), tetap menginginkan aktivitas seksual.
Pada
akhir masa dewasa individu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan emosi
sejalan dengan anak-anak mereka meninggalkan rumah. Pembaruan kembali keintiman
dapat memungkinkan atau diperlukan diantara pasangan. Namun demikian, salah satu atau kedua pasangan
dapat mengalami anacaman terhadap gambaran diri karena tubuh telah menua dan
mungkin berupaya untuk mencapai kemudahan melalui hubungan seksual dengan
pasangan yang jauh lebih muda.
f. Lansia
Perubahan
yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi pada vagina
dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina dan penurunan intensitas orgasme
pada wanita. Sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma,
berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi dan pembesaran
kelenjar prostat
Seksualitas dalam usia
tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan.
Kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan.
Tiap individu
dapat tetap aktif dalam hubungan seksual bila secara efektif dipenuhi dengan
mempertahankan aktivitas seksual secara teratur sepanjang hidup. Terutama bagi
wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina,
mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan lubrikasi. Namun demikian,.
Proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. I.M, Lowdermilk. D.L, Jen
sen, M.D. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. (2007). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar
keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed.
2. Jakrta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara.(2010).Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik.Ed.7.Jakarta: EGC
Potter, P.A., & Perry, A. G.(2005). BukuAjar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Praktik.Edisi 4. USA: Elsevier Mosby
Williaw, F.G. (2008). Buku ajar
fisiologi kedokteran. Jakarta ; EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat