A.
Konsep
Diri
1. Pengertian
Konsep diri adalah cintra subjektif dari
diri dan pencampuran yang kompleks dari perasaan, sikap dan persepsi bawah
sadar maupun sadar. Konsep diri memberi kerangka acuan yang mempengaruhi
manajemn kita terhadap situasi dan hubungan kita kepada orang lain. Konsep
diri. Kita membentuk konsep diri dari usia muda. (Perry & Potter, 2005).
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri. Pandangan diri tidak meliputi kekuatan-kekuatan individual, tetapi
juga kelemahan bahkan kegagalan dirinya. Konsep diri adalah inti kepribadian
individu. (Pustaka familia. 2006)
Konsep
diri merupakan citra mental individu. Konsep diri yang positif penting untuk
kesehatan mental dan fisik individu. Individu yang memiliki konsep diri positif
lebih mampu mengembangkan dan mempertahankan hubungan interpersonal dan lebih
tahan terhadap penyakit psokologis dan fisik. Individu yang memiliki konsep
diri yang kuat seharusnya lebih mampu menerima atau beradaptasi dengan pwrubahan yang mungkin terjadi
sepanjang hidipnya. Cara pandang individu terhadap dirinya mempengaruhi
interaksinya dengan orang lain. (Kozier, 2010)
Konsep
diri adalah semua ide-ide, pikiran, kepercayaan, dan pendirian yang diketahui
individu tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan
orang lain ( Stuart & sundeen, 1998)
Konsep
diri adalah semua perasaan, kepercayaan, dan nilai yang diketahui individu
tentang dirinya dan mempengaruhi individu dalam berhubungan dengan orang lain.
Konsep diri berkembang secara bertahap saat bayi mulai mengenal dan membedakan
dirinya dengan orang lain. ( Tarwoto,
2004)
Konsep
diri adalah cara individu memandang dirinya dalam hal harga diri dan martabat
(Videbeck, 2008)
Konsep
diri adalah cara individu dalam melihat pribadinya secara utuh menyangkut
fisik, emosi, intelektual, sosial dan spiritual (Sunaryo, 2004)
Konsep
diri adalah bagaimana individu menggambarkan dirinya sendiri (Willoughby, King
dan Polatajko, 1996)
2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi
Konsep Diri
Menurut Stuart dan Sudeen, ada beberapa
faktor yang mempengaruhi perkembangan konsep diri. Faktor-fator tersebut
terdiri dari teori perkembangan, Significant Other (orang-orang terpenting atau
terdekat) dan Self Perception (persepsi diri sendiri).
a.
Teori Perkembangan
Konsep diri belum ada waktu lahir,
kemudian berkembang secara bertahap sejak lahir seperti mulai mengenal dan
membedakan dirinya dan orang lain. Dalam melakukan kegiatannya memiliki batasan
diri yang terpisah dari lingkungan dan berkembang melalui kegiatan eksplorasi
lingkungan melalui bahasa, pengalaman atau pengenalan tubuh, nama panggilan,
pengalaman budaya dan hubungan interpersonal, kemampuan pada area tertentu yang
dinilai oleh diri sendiri atau masyarakat serta aktualisasi diri dengan
merealisasi potensi yang nyata.
b.
Significant Other (
Orang yang terpenting atau yang terdekat)
Dimana konsep diri dipelajari
melalui kontak dan pengalaman dengan orang lain, belajar diri sendiri melalui
cermin orang lain yaitu dengan cara pandangan diri merupakan interpretasi diri
pandangan orang lain terhadap diri, anak sangan dipengaruhi oleh orang yang
dekat, remaja dipengaruhi oleh orang lain yang dekat dengan dirinya, pengaruh
orang dekat atau orang penting sepanjang siklus hidup, pengaruh budaya dan
sosialisasi.
c. Self
Perception (Persepsi Diri Sendiri)
Yaitu persepsi individu terhadap diri
sendiri dan penilainnya, serta persepsi individu terhadap pengalamannya akan
situasi tertentu. Konsep diri dapat dibentuk melalui pandangan diri dan
pengalaman yang positif. Sehingga konsep merupakan aspek yang kritikal dan
dasar dari perilaku individu. Individu dengan konsep diri yang positif dapat
berfungsi lebih efektif yang dapat dilihat dari kemampuan interpersonal,
kemampuan Intelektual
dan penguasaan lingkungan. Sedangkan konsep diri yang negatif dapat dilihat
dari hubungan individu dan sosial yang terganggu.
Menurut
Tarwoto (2006) faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu :
a.
Tingkat perkembangan
dan kematangan
Perkembanngan
anak seperti lingkungan mental, perlakuan dan pertumbuhan anak akan
mempengaruhi konsep diri.
b.
Budaya
Pada
usia anak-anak nilai-nilai akan diadopsi dari orang tuanya, kelompoknya dan
lingkungannya.
c.
Sumber eksternal dan
internal
Contoh
eksternal : adanya dukungan dari masyarakat dan ekonomi yang kuat. Contoh
internal : orang yang humoris, kopping individunya lebih efektif.
d.
Usia, keadaan sakit dan
trauma
Usia
tua dan keadaan sakit akan mempengaruhi persepsi diri seseorang.
e.
Stresor
Dalam
kehidupan misalanya perkawinan, pekerjaan baru, ujian dan ketakutan, jika
koping individu tidak adekuat maka akan
menimbulkan depresi, menarik diri dan kecemasan.
f.
Pengalaman sukses dan
gagal
Ada
kecenderunagan bahwa riwayat sukses akan meningakatkan konsep diri.
Menurut kozier (2010),
faktor-faktor yang mempengaruhi konsep diri yaitu :
a.
Perkembangan
Saat
individu berkembang, factor yang mempengaruhi konsep diri berubah. Sebagai
contoh bayi membutuhkan lingkungan yang suportif dan penuh kasih saying.
Sementara anak-anak membutuhkan kebebasan untuk menggali dan belajar.
b.
Keluarga dan Budaya
Nilai
yang dianut anak kecil sangat dipengaruhi oleh keluarganya dan budayanya.
Selanjutnya teman sebaya mempengaruhi anak dan dengan demikian mempengaruhi
rasa dirinya. Ketika anak berkontraksi dengan membedakan harapan dari keluarga,
budaya dan teman sebaya. Sebagai contoh anak mungkin menyadari orang tuanya
mengharapkan dia tidak minum alcohol dan mengharapkan dia menghadiri layanan
agama setiap sabtu malam. Pada saat bersamaan teman sebayanya meminum bir dan
mendorongnya untuk menghabiskan malam sabtunya bersama mereka.
c.
Stressor
Stressor
dapat menguatkan konsep diri saat individu berhasil menghadapi masalah. Di
pihak lain stressor yang berlebihan dapat menyebabkan respons maladaptive
termasuk penyalahgunaan zat, menarik diri dan ansietas. Kemampuan individu
untuk menangani stressor sangat bergantung pada sumber daya personal
d.
Sumber Daya
Individu
memiliki sumber daya internal dan eksternal. Contoh sumber daya internal adalah
percaya diri dan nilai diri, sedangkan sumber daya eksternal meliputi jaringan
dukungan, pendanaan yang memadai, dan organisasi. Secara umum semakin besar
jumlah yang dimiliki dan digunakan individu, pengaruhnya pada konsep diri
semakin positif.
e.
Riwayat Keberhasilan
dan Kegagalan
Individu
yang pernah mengalami kegagalan menganggap diri mereka sebagai orang yang
gagal, sementara individu yang memiliki riwayat keberhasilan memiliki konsep
diri yang lebih positif, yang kemungkinan dapat mencapai lebih banyak
keberhasilan.
f.
Penyakit
Penyakit
dan trauma dapat mempengaruhi konsep diri. Seorang wanita yang telah menjalani
mastektomi mungkin memandang diri mereka tidak lagi manarik. Selain itu
kehilangan akibat mastektomi dapat memengaruhi cara ia bertindak dan menilai
dirinya sendiri.
3. Komponen
Konsep Diri
Komponen konsep diri terdiri dari lima, yakni
: gambaran diri, ideal diri, harga diri, peran, identitas diri (Stuart dan
Sundeen, 1991).
a. Gambaran
diri (citra tubuh)
Citra tubuh adalah sikap, persepsi, keyakinan
dan pengetahuan individu secara sadar atau tidak sadar terhadap tubuhnya, yaitu
ukuran, bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang kontak
secara terus menerus (anting, make up, pakaian, kursi roda) baik masa lalu
maupun sekarang.
1)
Stressor
yang terjadi pada citra tubuh
a)
Perubahan
ukuran tubuh : penurunan berat badan
b)
Perubahan
bentuk tubuh : tindakan invasive (operasi, daerah pemasangan infuse)
c)
Perubahan
struktur : sama dengan perubahan bentuk disertai dengan pemasangan alat di dalam tubuh.
d)
Perubahan
fungsi : berbagai penyakit yang dapat merubah system tubuh
e)
Keterbatasan
gerak : makan, melakukan kegiatan
2)
Tanda
dan gejala gangguan citra tubuh
a)
Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
b)
Tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi
c)
Menolak
penjelasan perubahan tubuh
d)
Preakupasi
dengan bagian tubuh yang hilang
e)
Persepsi
negative terhadap tubuh
f)
Mengungkapkan
keputusan
g)
Mengungkapkan
ketakutan
b.
Ideal diri
Ideal diri adalah persepsi individu tentang bagaimana dia
harus berperilaku berdasarkan standar tujuan, keinginan atau nilai pribadi
tertentu. Standar ideal diri dapat berhubungan dengan tipe yang diinginkan atau
sejumlah aspirasi, cita-ita dan harapan pribadi berdasarkan norma sosial
(keluarga, budaya).
Ideal diri mulai berkembang pada masa kanak-kanak yang
dipengaruhi orang yang penting pada dirinya yang memberikan tuntunan atau
harapan. Pada usia remaja ideal diri akan dibentuk melalui proses identifikasi
pada orang tua, guru, teman. Gangguan idela diri adalah ideal diri yang terlalu
tinggi, sukar dicapai dan tidak realistis ideal diri yang samar dan tidak jelas
serta cenderung menuntut.
Ada faktor yang mempengaruhi ideal diri :
1)
Kecenderungan
individu menempatkan diri pada batas kemampuannya.
2)
Faktor
body akan mempengaruhi individu menetapkan ideal diri kemudian standar ini
ditetapkan dengan standar kelompok teman.
3)
Ambisi
dan keinginan untuk melebih dan berhasil, kebutuhan yang realitas keinginan
untuk menghindari kegagalan, perasaan cemas, rendah diri.
c.
Harga diri
Harga diri adalah penilaian individu tentang
pencapaian diri dengan menganalisa seberapa jauh perilaku sesuai dengan ideal
diri.
Pencapaian ideal diri atau cita-cita atau
harapan langsung menghasilkan perasaan yang berharga, jika individu sukses maka
cenderung harga diri tinggi. Jika individu sering gagal cenderung harga diri
rendah.
Menurut (Stuart dan Sundeen 1991) ada empat
cara meningkatkan harga diri rendah pada anak:
1)
Memberikan
kesempatan untuk anak berhasil
Beri tugas yang kemungkinan dapat
diselesaikan kemudia beri pengetahuan dan pujian akan keberhasilan.
2)
Menanamkan
gagasan
Berikan gagasan yang dapat memotivasi
kreativitas anak untuk berkembang.
3)
Mendorong
aspirasi
Pertanyaan dan anak perlu ditanggapi dengan memberikan
penjelasan yang sesuai, berikan pengetahuan dan sokongan untuk aspirasi yang
positif dan bermakna.
4)
Membantu
membentuk koping
Pada tiap tahap perkembangan individu
mempunyai tugas perkembangan yang harus diselesaikan. Anak akan merasa lebih
berhasil jika diterima dan diakui oleh orang lain, merasa mampu menghadapi
kehidupan, merasa dapat mengontrol dirinya, harga diri yang rendah berhubungan
dengan interpersonal yang buruk dan terutama menonjol pada pasien skizotrenia
dan depresi.
Gangguan harga diri dapat digambarkan sebagai
perasaan yang negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri, merasa
gagal mencapai keinginan.
Gangguan harga diri yang disebut sebagai
harga diri rendah dapat terjadi secara :
1)
Situasional
Yaitu terjadi trauma yang secara tiba-tiba.
Misal: dicerai, putus sekolah, putus hubungan kerja, operasi.
2)
Kronik
Yaitu perasaan negative terhadap diri telah
berlangsung lama yaitu sebelum sakit atau dirawat. Pasien ini mempunyai cara
berfikir yang negative. Kejadian sakit atau dirawat akan menambah persepsi
negative terhadap dirinya. Kondiri ni mengakibatkan respon yang maladaptive.
Tanda dan gejala yang dapat dikaji :
Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat
penyakit dan akibat tindakan terhadap penyakit. Missal malu dan sedih karena
rambut jadi botak setelah mendapat terapi sinar, rasa bersalah pada diri
snediri, merendahkan martabat, gangguan hubungan sosial, kurang percaya diri,
mencederi diri.
d.
Peran
Peran adalah pola sikap, perilaku, nilai dan
tujuan yang diharapkan dari seseorang berdasarkan posisinya dimasyarakat
(Kelliat, B.A, 1998).
Posisi dimasyarakat dapat merupakan stressor
terhadap peran, stress peran terdiri dari konflik peran, peran tidak jelas,
peran yang terlalu banyak.
Sikap peran terdiri dari :
1)
Konflik
peran : dialami jika peran yang diminta konflik dengan system individu atau dua
peran yang konflik satu sama lain.
2)
Peran
yang tidak jelas : terjadi jika individu diberi peran yang tidak jelas dalam
hal perlaku dan penampilan yang diharapkan.
Peran yang tidak sesuai terjadi jika individu
dalam proses transisi merubah nilai dan sikap, misalnya seseorang yang masuk ke
dalam suatu profesi dimana terjadi konflik antara nilai individu dan profesi.
Peran berlebih jika seorang individu menerima
banyak peran missal sebagai istri, ibu, perawat, mahasiswa di tuntut melakukan
banyak hal terjadi tidk terjadi waktu untuk menyelesaikan.
Banyak faktor yang mempengaruhi dan
menyesuaikan diri dengan peran yang harus dilakukan (Stuart dan Sundeen, 1991)
:
1)
Kejelasan
perilaku dan pengetahuan yang sesuai dengan peran
2)
Konsistensi
respon yang berarti terhadap peran yang dilakukan
3)
Kesesuaian
dan keseimbangan
4)
Keselarasan
budaya dan harapan individu terhdapa perilaku peran
5)
Pemisahan
situasi yang akan mendapatkan ketidaksesuaian berperilaku peran
e.
Identitas diri
Identitas diri adalah kesadaran akan diri sendiri yang
bersumber dari observasi dan penilaian yang merupakan sintesa dari semua aspek
konsep diri sebagai suatu kesatuan yang utuh (Kelliat, B.A, 1992).
Seseorang yang mempunyai perasaan identitas diri yang
kuat akan memandang dirinya berbeda dengan orang lain, unik dan tidak ada
duanya. Kemandirian timbul dari perasaan yang berharga, kemampuan dan
penguasaan dri seorang yang mandiri dapat mengatur dan menerima dirinya.
Menurut oleh Budi Ana Kelliat tahun 1992
mengidentifikasikan enam cirri pertahanan ego :
1)
Mengenal
diri sendiri sebagai organism yang utuh dan terpisah dari orang lain.
2)
Mengakui
jenis kelamin sendiri.
3)
Memandang
berbagai aspek dalam dirinya sebagai suatu keselarasan.
4)
Menilai
dir sendiri sesuai dengan penilaian masyarakat.
5)
Menyadari
hubungan masa lalu, sekarang dan yang akan datang.
6)
Mempunyai
tujuan yang bernilai yang dapat direalisasikan.
4.
Rentang Respon Konsep Diri
Rentang respon konsep diri
Aktualisasi Konsep diri Harga diri Kekacauan Depersonalisasi
diri positif
rendah identitas
( Skema : Rentang Respon Konsep Diri Stuart
& Sundeen, 1991)
a. Aktualisasi diri : pernyataan diri tentang
konsep diri yang positif dengan latar belakang pengalaman nyata yang sukses dan
diterima.
b. Konsep diri positif : apabila indivdu
mempunyai pengalaman yang positif dalam beraktualisasi diri
c. Harga diri rendah : transisi antara respon
konsep diri adaptif dengan konsep diri maladaptive
d. Kekacauan identitas : kegagalan aspek
individu mengintergrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam
kematangan aspek psikososial, kepribadian pada masa dewasa yang harmonis.
e. Depersonalisasi : perasaan yang tidak realistic dan asing terhadap diri
sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan serta tidak dapat
membedakan dirinya dengan orang lain. (Kelliat, 2005)
Dari rentang respon adatif sampai
respon maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi
diri, konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Seorang ahli, Abraham Maslow mengartikan aktualisasi diri
sebagai individu yang telah mencapai seluruh kebutuhan hirarki dan
mengembangkan potensinya secara keseluruhan. Aktualisasi diri
merupakan pernyataan tentang konsep diri yang positif dengan melatar belakangi
pengalaman nyata yang suskes dan diterima, ditandai dengan citra tubuh yang
positif dan sesuai, ideal diri yang realitas, konsep diri yang positif, harga
diri tinggi, penampilan peran yang memuaskan, hubungan interpersonal yang dalam
dan rasa identitas yang jelas.
Konsep diri positif merupakan individu yang mempunyai
pengalaman positif dalam beraktivitas diri, tanda dan gejala yang diungkapkan
dengan mengungkapkan keputusan akibat penyakitnya dan mengungkapkan keinginan
yang tinggi. Tanda-tanda individu yang memiliki konsep diri yang positif adalah : Yakin akan
kemampuan dalam mengatasi masalah. Seseorang ini mempunyai rasa percaya diri sehingga merasa mampu dan yakin
untuk mengatasi masalah yang dihadapi, tidak lari dari masalah, dan percaya
bahwa setiap masalah pasti ada jalan keluarnya. Merasa setara dengan orang
lain. Ia selalu merendah diri, tidak sombong, mencela atau meremehkan
siapapun, selalu menghargai orang lain. Menerima pujian tanpa rasa
malu. Ia menerima pujian tanpa rasa malu tanpa menghilangkan rasa merendah
diri, jadi meskipun ia menerima pujian ia tidak membanggakan dirinya apalagi meremehkan
orang lain. Menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan dan
keinginan serta perilaku yang tidak seharusnya disetujui oleh
masyarakat. Ia peka terhadap perasaan orang lain sehingga akan menghargai
perasaan orang lain meskipun kadang tidak disetujui oleh masyarakat. Mampu
memperbaiki karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian tidak
disenangi dan berusaha mengubahnya. Ia mampu untuk mengintrospeksi dirinya
sendiri sebelum menginstrospeksi orang lain, dan mampu untuk mengubahnya menjadi
lebih baik agar diterima di lingkungannya.
Harga diri rendah adalah penilaian individu tentang
nilai personal yang diperoleh dengan menganalisa seberapa baik perilaku
seseorang sesuai dengan ideal diri. Harga diri rendah adalah transisi antara
respon konsep diri yang adatif dengan konsep diri yang maladatif. Tanda dan
gejala yang ditunjukkan sperti perasaan malu terhadap diri sendiri, akibat
tindakan penyakit, rasa bersalah terhadap diri sendiri, dan merendahkan
martabat. Tanda dan gejala yang laindari harga diri rendah diantaranya rasa
bersalah pada diri sendiri, mengkritik diri sendiri/orang lain, menarik diri
dari realitas, pandangan diri yang pesimis, perasaan tidak mampu, perasaan
negative pada dirinya sendiri, percaya diri kurang, mudah tersinggung dan marah
berlebihan.
Konsep diri negatif ditandai dengan masalah sosial dan
ketidakmampuan untuk melakukan dengan penyesuaian diri (maladjustment). Harga
diri adalah
penilaian pribadi terhadap hasil yang dicapai dengan menganalisa seberapa jauh
prilaku memenuhi ideal diri (Stuart and Sundeen, 1991). Frekuensi pencapaian
tujuan akan menghasilkan harga diri yang rendah atau harga diri yang tinggi.
Jika individu sering gagal , maka cenderung harga diri rendah. Harga diri
diperoleh dari diri sendiri dan orang lain. Harga diri bergantung pada kasih
sayang dan penerimaan. . Biasanya harga diri sangat rentan terganggu pada saat
remaja dan usia lanjut. Dari hasil riset ditemukan bahwa masalah kesehatan
fisik mengakibatkan harga diri rendah.
Kekacauan identitas adalah kegagalan individu
mengintegrasikan aspek-aspek. Identitas mencakup rasa internal tentang
individualitas, keutuhan, dan konsistensi dari seseorang sepanjang waktu dan
dalam berbagai situasi. Pencapaian identitas diperlukan untuk hubungan yang
intim karena identitas seseorang diekspresikan dalam berhubungan dengan orang
lain. Seksualitas juga merupakan salah satu identitas. Rasa identitas ini
secara kontinu timbul dan dipengaruhi oleh situasi sepanjang hidup. Kekacauan
identitas dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor yang dapat dikenal dengan
stressor identitas. Biasanya pada masa remaja, identitas banyak mengalami
perubahan, yang meyebabkan ketidakamanan dan ansietas. Remaja mencoba untuk
menyesuaikan diri dengan perubahan fisik, emosional, dan mental akibat
peningkatan kematangan. Stressor identitas diantaranya kehilangan pekerjaan,
perkosaan, perceraian, kelalaian, konflik dengan orang lain, dan masih banyak
lagi. Identitas masa kanak-kanak dalam kematangan aspek psikososial, merupakan
ciri-ciri masa dewasa yang harmonis.
Depersonalisasi adalah perasaan yang tidak realistik
dan asing terhadap diri sendiri yang berhubungan dengan kecemasan, kepanikan
serta tidak dapat membedakan dirinya dengan orang lain. Tanda dan gejala yang
ditunjukkan yaitu dengan tidak adanya rasa percaya diri, ketergantungan, sukar
membuat keputusan, masalah daalam hubungan interpersonal, ragu dan proyeksi.
Jika seseorang memiliki perilaku dengan depersonalisasi, berarti orang tersebut
telah mengalami gangguan dalam konsep dirinya. Orang dengan gangguan
depersonalisasi mengalami persepsi yang menyimpang pada identitas, tubuh, dan
hidup mereka yang membuat mereka tidan nyaman, gejala-gejala kemungkinan
sementara atau lama atau berulang untuk beberapa tahun. orang dengan gangguan
tersebut seringkali mempunyai kesulitan yang sangat besar untuk menggambarkan
gejala-gejala mereka dan bisa merasa takut atau yakin bahwa mereka akan gila.
Gangguan depersonalisasi seringkali hilang tanpa pengobatan. Pengobatan dijamin
hanya jika gangguan tersebut lama, berulang, atau menyebabkan gangguan.
Psikoterapi psikodinamis, terapi perilaku, dan hipnotis telah efektif untuk
beberapa orang. Obat-obat penenang dan antidepresan membantu seseorang dengan
gangguan tersebut.
Jadi, dapat disimpulkan bahwa perawat
dalam pengkajain kepada kliennya, juga meliputi konsep diri. Konsep diri
merupakan pengetahuan individu tentang dirinya sendiri. Dalam konsep diri,
terdapat rentang respon konsep diri. Rentang respon diri terentang dari respon
adaptif sampai respon maladaptif. Dari rentang respon adatif sampai respon
maladatif, terdapat lima rentang respons konsep diri yaitu aktualisasi diri,
konsep diri positif, harga diri rendah, kekacauan identitas, dan
depersonalisasi. Tindakan keperawatan yang baik dan benar membantu klien
mengidentifikasikan penilaian tentang situasi dan perasaan yang terkait, guna
meningkatkan penilaian diri dan kemudian melakukan perubahan perilaku.
DAFTAR PUSTAKA
AIPNI
(2010). Kurikulum pendidikan ners.
Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi.
(2008). Teknik Prosedural Keperawatan:
konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L.,
Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar
Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito,
L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa
keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin,
Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk
Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari,
D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan
Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak,
Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis;
Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.
Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan
Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier,
B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee,
Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima,
N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek,
Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan
Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi
Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo,
Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi
Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart,
G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku
Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati
dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan
kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S.
Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories
of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto
& Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck,
Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat