ASUHAN
KEPERAWATAN PADA KASUS SOLUSIO PLASENTA
A. Pengertian
Abrupsio plasenta (solusio plasenta) adalah
pemisahan prematur plasenta yang terimplantasi normal dari dinding uterus, yang
mengakibatkan perdarahan retoplasenta setelah gestasi minggu ke-20 dan sebelum
janin dilahirkan. Pada kira-kira 80% kasus, terdapat perdarahan vagina
(hemoragi eksternal); pada sisanya, perdarahan tersembunyi (hemoragi
tersembunyi). Solusio plasenta dapat bersifat parsial atau komplet. Pada
solusio plasenta janin mempunyai kesempatan hidup bila abrupsio mengenai kurang
dari 50% permukaan plasenta. Kematian janin adalah inevitable pada abrupsio
komplet (Walsh, 2007).
Klasifikasi
solusio plasenta yaitu :
1. Derajat
0
Asimptomatik,
didiagnosis setelah kelahiran dengan memperhatikan bekuan etoplasma kecil.
Rupture sinus marginal termasuk dalam kategori ini.
2. Derajat
1
a. Perdarahan
vaginal
b. Nyeri tekan dan tetani uterus mungkin
c. Tidak
ada tanda syok maternal atau pola denyut jantung janin abnormal
3. Derajat
2
a. Perdarahan
vaginal eksternal mungkin ada atau tidak adak
b. Nyeri
tekan dan tetani uterus ada
c. Tidak
ada tanda syok maternal
d. Ada
pola abnormal denyut jantung janin
4. Derajat
3
a. Perdarahan
vaginal eksternal mungkin ada atau tidak ada.
b. Tetani
uterus nyata
c. Nyeri
abdomen menetap
d. Syok
maternal
e. Kematian
janin
B. Etiologi
Etiologinya trauma abdomen, tali pusat pendek,
polihidramnion, dekompresi uterus tiba-tiba, fibroid, anomaly uterin, plasenta
sirkumvalat, dan gangguan hipertensif. Kecelakaan kendaraan pada ibu dan pemukulan adalah dua
sumber yang paling umum sebagai penyebab trauma tumpul pada abdomen. Abrupsio
plasenta marjinal mencakup ruang intervilus dan vena pada tepi plasenta dan
secara khas kurang serius disbanding abrupsio yang terjadi pada bagian tengah.
Abrupsi bagian tengah dapat mengenai arteri yang menimbulkan kehilangan darah
banyak karena peningkatan tekanan pada pembuluh darah. Ketika darah keluar ke
dalam otot uterin, perubahan warna merah sampai keunguan pada permukaan serosa
dapat terlihat. Ketika plasenta diimplantasi pada dinding anterior uterus,
perubahan warna mungkin terlihat pada kulit. Hal ini dianggap bahwa
perkembangan ini akan menimbulkan atoni dan memerlukan histerektomi untuk
menyelamatkan nyawa ibu (Walsh, 2007).
C. Tanda
dan gejala
Tanda
dan gejala bervariasi, tergantung pada lusnya abrupsio. Berikut tanda dan
gejalanya :
1. Perdarahan
per vagina
2. Nyeri
tekan uterus
3. Nyeri
punggung
4. DJJ
abnormal
5. anemia
6. Hipertonus
uterus
7. Kematian
janin
8. Gerak
janin menurun
9. Tanda
vital dapat abnormal sampai dengan syok
10. Perut
terasa tegang
D.
Patofisiologis
Trauma
↓
Perdarahan ke dalam
desidualbasalis
↓
Terbelah & meninggal
lapisan tipis pada miometrium
↓
Terbentuk hematoma desidual
↓
Penghancuran plasenta
↓
Ruptur pembuluh arteri
spinalis desidua
↓
Hematoma retroplasenta
↓
Pelepasan plasenta lebih
banyak
↓
Uterus tidak mampu
berkontraksi optimal
↓
Darah mengalir keluar dapat
melepaskan selaput ketuban
↓
Syok hipovolemik
E.
Penatalaksanaan
1. Penatalaksanaan
Medis
a. Pemberian
ringer laktat
b. Persalinan
secara sesaria apabila terjadinya distres janin, perdarahan berat, koagulopati,
peningkatan tonus rahim istirahat
c. Transfusi
darah
2. Penatalaksanaan
Keperawatan
a. Pemeriksaan
laboratorium meliputi: hitung sel darah, golongan darah dan Rh, profil
pembekuan dan uji silang darah
b. Melakukan
pemeriksaan non invasif curah jantung
c. Pemasangan
kateter tekanan intrauterin
d. Evaluasi
kesehatan janin dengan melakukan pemeriksaan non stres, profil biofisik, dan
USG.
Proses
Keperawatan pada Kasus Solusio Plasenta
1.
Pengkajian
Identitas
pasien, riwayat penyakit, riwayat kesehatn sekarang, riwayat penyakit yang
lalu, riwayat penyakit keluarga, sosial ekonomi, keadaan psikologis.
Data
Subjektif.
a. Klien
merasa haus dan dingin
b. Nyeri
sedang sampai dengan berat
c. Nyeri
terutama pada abdomen atau uterus
Data
objektif
a. Takikardi
b. Hipotensi
c. Vertigo
d. Diaporesis
e. Proteinuria
2.
Diagnosa
Kriteria hasil
|
Implementasi
|
Rasional
|
Evaluasi
|
Diagnos keperawatan: penurunan curah
jantung yang berhubungan dengan perdarahan hebat akibat solusio plasenta
|
|||
Volume darah
intravaskular dan curah jantung dipertahankan, ditandai dengan nadi normal,
tekanan darah, dan laboratorium normal
|
Mengkaji dan mencatat
tanda-tanda vital, tekanan darah , LOC, CVP/PAWP, perfusi perifer, masukan
dan haluaran dari jumlah perdarahan
Membantu pemberi
perawatan kesehatan atau memulai terapi cairan IV atau terapi penggantian
darah sesuai program: memberi medikasi sesuai program pemberi perawatan
kesehatan.
|
Pengkajian akurat status
hemodinamik merupakan dasar perencanaan dan evaluasi intervensi.
Perbaikan
volume vaskular memerlukan terapi IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan
volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi lanjut, seperti
infeksi, gangguan pada janin, dan gangguan pada sistem organ vital ibu.
|
Perdarahan berhenti dan profil
hemodinamika membaik. Nilai laboratorium kembali normal.
|
Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi
infeksi yang berhubungan dengan anemia dan perdarahan akibat solusio plasenta
|
|||
Pasien tetap merasa
aman, secara fisiologis dibuktikan oleh tidak ada infeksi dan nilai
laboratorium kembali normal.
|
Mengkaji dan
mendokumentasi TTV, tekanan darah, nyeri tekan pada uterus, perubahan bau
rabas vagina.
Memantau hasil
laboratorium untuk melihat adanya perubahan diferensiasi atau peningkatan
SDM.
Mengkaji janin untuk
melihat adanya tanda infeksi intra uterin, seperti takikardia janin dan
penurunan nilai profil biofisiologis.
|
Pengkajian kurat
perubahan samar pada status pasien dapat mendeteksi tanda dini infeksi.
|
Pasien tetap afebril,
bebas tanda infeksi selama 6 minggu berikutnya dan melahirkan janin yang
matur.
|
Diagnosa keperawatan: resiko tinggi
cedera (janin) yang berhubungan dengan penurunan perfusi uterin/plasenta
akibat perdarahan
|
|||
Janin akan tetap aman
secara fisiologis, dibuktikan oleh uji non stres reaktif, nilai profil
biofisik normal, tidak ada deselerasi lanjt selama persalinan, dan bayi lahir
tanpa gangguan.
|
Memantau janin
sedikitnya setiap hari untuk melihat adanya tanda takikardia, penurunan
gerak, kehilangan reaktifitas pada uji non stres, dan adanya deselarasi pada
pemantauan janin.
Mendapat profil
biofisik sesuai program untuk mengkaji tanda infeksi intra uterin.
Mendapatkan
pemeriksaan ultrasonografi sesuai program untuk mengevaluasi pertumbuhan
janin dan volume cairan amnion.
|
Resiko janin untuk
mengalami gangguan intra uterin meningkat: pengkajian yang cermat dan
konsisten akan mengidentifikasi perubahan status janin secara dini sehingga
intervensi dapat di implementasikan
|
Janin mencapai
maturitas (gestatsi minggu 39) tanpa gangguan. Pada saat lahir, bayi
menunjukkan nilai apgar normal (9/9), pH tali pusat (7,32), dan tidak
memerlukan resusitasi. Berat badan bayi 3345 gram dan pulang bersama
keluarganya pada hari ketiga pasca partum.
|
Daftar
pustaka:
Bobak,
I.M, Lowdermilk,D.L,Jensen,M.D. 2004.Buku
Ajar Keperawatan Maternitas,Edisi 4.Jakarta:EGC.
Walsh,
Linda V.2007. Buku Ajar Kebidanan
Komunitas. Jakarta :EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat