A. Proses Keperawatan
Kebutuhan Seksual
Perawat merasa
tidak nyaman membicarakan tentang seksualitas dengan klien, tetapi mereka dapat
mengurangi rasa ketidaknyamanan dengan menggunakan beberapa metoda. Pertama
mereka dapat membangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang wajar tentang
dimensi seksualitas sehat dan area yang paling umum dari perubahan atau
disfungsi seksual. Kedua, perawat dapat mengkaji tingkat kenyamanan dan keterbatasan
mereka sendiri dalam mendiskusikan seksualitas dan fungsi seksual.
Mempraktikkan pelafalan tentang istilah yang berhubungan dengan seks dan
seksualitas baik dalam bahasa professional atau bahasa awam adalah salah satu
cara meningkatkan tingkat kenyamanan. Akhirnya, perawat dapat belajar untuk
mengenali masalah yang berada di luar jangkauan keahlian mereka dan melakukan
rujukan untuk klien guna mendapatkan bantuan (Potter & Perry, 2005)
1. Pengkajian
a. Faktor
fisik
Klien
dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktifitas
seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan
bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor,
keletihan, medikasi, citra tubuh buruk, terutama ketika diperburuk oleh
perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat
menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
b. Faktor
hubungan
Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan
perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan berhubungan telah
memudar, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang
sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Penurunan minat dalam
aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan
kepada pasangan perilaku seksual apa yang diterima atau menyenangkan.
c. Faktor
gaya hidup.
Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau
penyalahgunaan alkohol atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam
berhubungan, dapat mempengaruhi keinginan seksual. Menemukan waktu yang tepat
untuk aktivitas seksual adalah factor gaya hidup yang lain.
d. Faktor
harga diri
Tingkat harga diri klien juga dapat
menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Harga diri seksual dapat
menurun disebabkan oleh perkosaan, inses, dan penganiayaan fisik atau emosi
meninggalkan luka yang dalam. Rendahnya harga diri seksual dapat juga
diakibatkan oleh kurang adekuatnya pendidikan seks, model peran yang negatif
dan upaya untuk hidup dalam pengharapan pribadi atau kultural yang tidak
realistik (Potter & Perry, 2005).
e. Riwayat
kesehatan Seksual.
Setiap riwayat keperawatan, apakah riwayat
tersebut dikumpulkan di klinik, rumah sakit, atau kantor praktisi harus
mencakup beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk menentukan apakah klien mempunyai masalah
atau ke khawatiran seksual. Pertanyaan yang dapat diajukan menurut Potter &
Perry (2005) antara lain:
1) Bagaimana
perasaan anda tentang bagian seksual dari hidup anda?
2) Apakah
anda memperhatikan adanya perubahan dalam mempersepsikan diri sebagai pria,
wanita, suami, atau istri?
3) Bagaimana
penyakit, medikasi, atau pembedahan yang anda alami telah mempengaruhi
kehidupan seks anda?
4) Apakah
hal tersebut menjadi kekhawatiran anda?
Pertanyaan yang mungkin ditujukan kepada
orang tua anak menurut Potter & Perry (2005) mencakup hal berikut:
1) Apakah
anda memperhatikan anak anda mengeksplorasi tubuhnya, mis, anak menyentuh
penisnya?
2) Apakah
anak anda telah mulai mengajukan pertanyaan tentang dari mana berasal?
3) Pernahkan
anda membicarakan dengan anak anda tentang seks, kehamilan dan kontrasepsi?
Remaja mungkin merespon dengan baik
terhadap pertanyaan seperti pertanyaan tentang PMS atau apakah tubuh mereka
telah berkembang dengan ukuran ( kecepatan) yang tepat.
1) Bagaimana
pandangan klien terhadap kekuatiran seksual mereka?
2) Apa
yang klien anggap sebagai penyebab dari kekuatiran tersebut?
3) Apa
yang klien anggap sebagai penyebab dari kekuatiran tersebut?
4) Tindakan
seperti apa yang klien cari untuk menghilangkan kekuatiran ini?
5) Bagaimana
klien menghendaki kekuatiran untuk diselesaikan dan apa tujuan mereka terhadap
pengobatan?
Pembahasan antar perawat dan klien dapat
mencakup pertanyaan sebagai berikut:
1) Bagaimana
metode yang digunakan berfungsi?
2) Resiko
apa saja yang terkandung dalam penggunaan metoda tersebut?
3) Adakah
kontraindikasi yang menyingkirkan metoda
tertentu?
4) Bagaimana
metoda tersebut akan mempengaruhi hubungan seksuala?
5) Apakah
pasangan merasa keberatan dengan metoda tersebut?
6) Akankah
metoda tersebut menyebabkan ketidaknyamanan?
7) Apakah
metode tersebut tersedia secara bebas,
terjangkau, dan mudah untuk digunakan?
8) Akankah
kedua pasangan merasa malu untuk menggunakan metoda tersebut?
9) Apakah
resiko terhadap kehamilan dapat diterima?
10)
Apakah ada
alternatif lainnya?
Pengkajian fisik: perawat mengkaji payudara dan genitalia internal dan eksternal
klien, mengkaji reaksi klien, menjawab pertanyaan yang diajukan klien, dan
memberikan informasi tentang pemeriksaan atau struktur anatomis dan fisiologis.
Klien wanita dapat belajar untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri (
sadari ) selama pengkajian fisik, memilih untuk mengajarkan klien melakukan
latihan kagel. Klien pria dapat belajar untuk melakukan pemeriksaan testis
mandiri selama pengkajian fisik. Pengetahuan struktur anatomis skrotum normal
membantu klien dalam mendeteksi tnda kanker serviks ( Potter & Perry, 2005
)
2. Diagnosa
Diagnosa keperawatan NANDA dalam Potter
& Perry (2005) untuk perubahan kesehatan seksualitas:
a. Perubahan
pola seksualits yang berhubungan dengan: ketakutan tentang kehamilan, efek
anthipertensif, konflik atau stressor perkawinan, depresi terhadap kematian
atau perpisahan dari pasangan.
b. Disfungsi
seksual berhubungan dengan: cedra medulla spinalis, penyakit kronis, nyeri,
ansietas terkait hospitalisai.
c. Sindrom
trauma perkosaan yang berhubungan dengan : ketidakmampuan untuk mendiskusikan
pengalaman perkosaan masa lalu.
d. Gangguan
citra tubuh yang berhubungan dengan : efek mastektomi atau kolostomi yang baru
dilakukan.
e. Gangguan
harga diri yang berhubungan dengan : kerentanan yang dirasakan setelah
mengalami serangan infark miokardium, pola penganiayaan ketika masa kecil.
f. Kurang
pengetahuan yang berhubungan dengan: aktivitas seksual sebelum menikah,
penggunaan kontrasepsi .
g. Konflik
pengambilan keputusan yang berhubungan dengan : aktivtas seksual sebelum
menikah, penggunaan kontrasepsi.
3. Intervensi
a. Eksplorasi
pengetahuan pasien tentang seksualitas dan praktik serta prilaku seksual saat
ini.
b. Jelaskan
pada pasien atau orang terdekat bahwa aktivitas seksual harus di hentikan hanya
bila keadaan area parineal mengalami inflamasi atau terdapat fistula atau abses
c. Mendapatkan
pengetahuan tentang perkembangan dan fungsi seksual pria dan wanita
d. Mencapai
atau mempertahankan secara biologis dan emosional praktik seksual yang sehat
e. Menetapkan
atau mempertahankan kepuasan seksual bagi diri sendiri dan pasangan
f. Mencapai,
mempertahankan atau meningkatkan harga diri yang positif dengan
mengintegrasikan keyakinan cultural, keagamaan, dan etik
g. Mencapai
kembali, mempertahankan, atau mendapatkan fungsi seksual yang mencukupi untuk
menghilangkan ansietas.
4. Implementasi
Menurut kozier (2010) implementasi secara
umum adalah:
a. Memberi
pendidikan kesehatan seksual, misalnya pendidikan seks, perawat dapat membantu
klien memahami anatomi mereka sendiri dan bagaimana tbuh mereka berfungsi.
b. Pencegahan
penyakit menular seksual, misalnya menjelaskan bahwa infeksi tricomons dan
candida dapat juga melalui rute non-seksual. Peningkatan insiden penyakit ini
disebabkan oleh dua factor yaitu:
1) Perubahan
moralitas seksual yang mengizinkan peningkatan aktivitas seksual
2) Peningkatan
jumlah pasangan seksual, karena istilah penyakit menular menimbulkan rasa malu.
3) Pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan
Pencegahan
kehamilan yang tidak diinginkan harus ditujukan kepada remaja dan pasangan yang
telah merencanakan waktu kelahiran anak pertama mereka dan ingin mengatur jarak
kelahiran serta membatasi anggota keluarga. Perawata harus familier dengan berbagai metode kontarasepsi,
kuntungan dan kerugiaannya.
5. Evaluasi
Menurut
kozier (2010) Tujuan yang ditetapkan selama fase perencanaan di evaluasi
berdasarkan hasil yang diharapkan juga ditetapkan selama fase tersebut. Apabila
semua hasil belum tercapai, perawat harus menggali penyebab dengan pertanyaan berikut:
a. Apakah
factor risiko diidentifikasikan dengan benar?
b. Apakah
klien menunjukan semua rasa takut dan kekhawatiran yang signifikan mengenai
seksualitas?
c. Apakah
klien lebih nyaman setelah diskusi mengenai maslah seksual
d. Apakah
klien memahami penyuluhan yang diberikan perawat?
e. Apakah
penyuluhan kesehatan sesuai dengan budaya dan nilai agama klien?
Menurut potter & perry (2005) yang
perlu di evaluasi yaitu:
a. Pasien
memiliki hak untuk mengetahui fungsi tubuh mereka dan untuk memprediksi
perubahan perkembangan.
b. Pasien
mengekspresikan pengertian tentang kebutuhan perubahan dalam praktik seksual.
c. Pasien
mengungkapkan kekuatiran, berbagai aktivitas dan kepuasan, dan menunjukkan
faktor resiko.
\DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,
Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC
Kozier,
B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental
of Nursing Concept, process, and practice, seventh edition. USA: Pearson
Edication
Potter,
P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar
fundamental keperawatan konsep proses dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta:
EGC
Price,
S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta: EGC.
Smeltzer,
Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Bobak.
L. J. (2004). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat