A. Evaluasi
komunikasi kesehatan
1. Evaluasi
Secara
harfiah evaluasi berasal dari kata to evaluate, yang diberi awalan (prefix) e-
dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berati menilai atau memberi nilai. Memang
dalam evaluasi terlibat kegiatan memberi penilaiaan
Evaluasi
adalah kegiatan integeral (terpadu) dari proses manjemen, termasuk manjemen
promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang
ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah bejalan sesuai dengan rencana,
apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah
kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan
Manajemen
adalah proses untuk mencapai tujuan menghadapi tentangan/memecahkan masalah
dengan sumber daya yang atau dapat dimiliki. Manajemen adalah ilmu dan seni.
Sebagai ilmu ia bersifat objektif, dapat diaplikasikan secara universal,
mengungkapkan fakta dengan dasar kejujuran dan kebenaran. Sebagai seni,
kendatipun manajemen itu memiliki atau menggunakan cara dan proses baku yang
sama, namun dalam penerapannya mengalami adaptasiu menurut siapa yang memakai,
di mana, kapan dan untuk apa di pakai
Sebagai
suatu proses manajemen digambarkan sebagai suatu siklus, yang meliputi
perencanaan (P) – Implementasi (I) – Evaluasi (E), sebuah perencanaan diikuti
implementasi dan akan dievaluasikan, dan seterusnya mulai dengan perencanaan
baru lagi.
Namun
samping manajemen merupakan suatu siklus, perencanaan, implementasi dan
evaluasi sendiri pun merupakan suatu siklus pula. Siklus perencanaan, dimulai dengan
analisis situasi, penentuan masalah, pemilihan solusi dan komunikasi rencana,
untuk selanjutnya mulai dengan perencanaan baru dan yang lama diimpelemtasikan
|
|
|||||||||||||
|
||||||||||||||
|
Demikian juga dengan implementasi dan
evaluasi. Berikut digambarkan secara sederhana daur evaluasi
|
||||||||||||||||
|
||||||||||||||||
q
2. Proses
evaluasi
Dari
gambar daur evaluasi di atas dampak bahwa evaluasi secara umum meliputi
langkah-langkah berikut
a. Menentukan
apa yang akan dievalusi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah itu
rencananya, sumber daya,proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak
suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas
b. Mengembangkan
kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil
evaluasi serta pembatasan ruang lingkup eavaluasi serta batasan-batasan yang
dipakai agar objektif dan fokus
c. Merancang
desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa
aspek, maka dilakukan perencanaan desain, yang sebenarnya mengikuti rancangan
desain riset walaupun tidak harus kaku seperti riset ini sangat bervariasi
mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit bergantung pada
tujuan dan kepentingan evaluasi itu sendiri
d. Enyusun
istrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan istrumen pengamatan
atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi
e. Melakukan
pengalaman, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan pengumpulan
data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan
mengkajinya sesuai tujuan evaluasi
f. Membuat
kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evalusi ini
disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain
pihak mengnginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbedak\
Keenam
langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah terpenting yaitu, 1
menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan 2 merancang metode (cara)
melaksanakannya
a. Menetapkan
apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan
fokus evalusi. Langkah ini merupakan angkah terpenting dalam melakukan evaluasi
1) Ada
beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting dan paling
sederhana adalah dengan membahan dan membuat kesempatan dengan pihak yang
meminta evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat
dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, untuk
memutuskan sering digunakan cara delphi. Cara ini merupakan cara membuat
keputusan berdasarkan konsensus suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir
dianjurkan dan seriap orang diminta menulis pilihannya dan memasukan ke dalam
amplop dibuka dan dilakukan penghitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan
yang disepakati
2) Cara
yang dianggap paling teliti ialah dengan mengkaji secara sistem, yaitu dengan
menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem,
yaitu:
a) Memasukan
(input)
b) Proses
c) Keluaran
d) Efek
e) Dampak
f) Umpan
balik
g) Serta
h)
|
Lingkunga
3) Cara
yang peraktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai
oleh carol Weiss (1972), yang membuat penentuan berdasarkan logika, sebagaimana
digambarkan sebagai berikut.
Apakah Apakah
|
|||||
b. Memilih
atau merancang desain evaluasi
Banyak
rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi.
Tergantung tujuan dan sumber daya yang memiliki desain evaluasi dapat
sederhana, dapat pula sangat canggih (sophistivated). Michael ibrahim membuat
urutan desain menurut kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasnya. Beliau embagi
cara evaluasi menurut yang a) non-riset, b) riset non-eksperimental dan 3)
riset eksperimental
Termasuk
yang non-riset adalah, lelucon (anecdote), cerita-cerita hikayat (story), dan
pendapat-pendapat ahli maupun orang awam. Sedangkan termasuk riset
non-eksperrimental adalah survei sederhana sampai canggih, studi kasus-kelola
(case control study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat
ekspermental, mulai dari desain eksoerimen lapangan (masyarakat) sampai dengan
laboratorium
Stephen
Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu:
1) Historikal,
dengan merekonstruksi kejadian dimasa lalu secara objektif dan tepat dikaitkan
dengan hipotesis atau asumsi
2) Deskriptif,
melakukan penjelasan secara sistematik suatu situasi atau hal yang menjadi
perhatian secara faktual dan tepat
3) Studi
perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan uruutan perkembangan
atau perubahan menurut waktu
4) Studi
kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif latar
belakang status sekarang, dan intraksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik
prorangan, kelompok lembaga atau masyarakat
5) Study
korelansional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari suatu
faktor terkait dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan
koefesien tertentu
6) Studi
sebab akibat (causal comparative study) , yang menyakiti kemungkinan
hubungan-akibat dengan mengamati berbagai kosekuensdi yang ada dan menggalinya.
7) Eksperimen
murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkina hubungan sebab-akibat
dengan membuat satu kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu perlaku
atau kondisi. Pemilihan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan atau
kondisi. Pemilihan kelompok-kelompok secara sembarang (random)sangat penting
8) Ekspermen
semu (quasi expermental), merupakan cara yang mendekati ekspermen, tetapi di
mana kontrol tidak ada manipulasi tidak bisa dilakukan
9) Riset
aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru melalui
aplikasi lansung dibagai kesempatan
3. Evaluasi
komunikasi kesehatan
Pada
prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan lainnya,
karateristiknya ialah dalam indikator yang di samping memakai indikator
epidemiologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainnya, dalam
mengukur efek, lebih menggunakan indikator perilaku.
Indikatoe
perilaku tidak ada yang berifat baku, semua bergantung pada apa, kapan, dimana
dan dalam konteks apa digunakan. Oleh karena itu, indikator perilaku sering
digambarkan sebagai sebuah buku, sedangkan jumlah baris tulisan bisa dianggap
sebagai tingkatan atau derajat perilakunya
Indikator
promoso kesehatan, dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Baik yang
kuanlitatif maupun yang kuantitatif dapat pula bersifat statis maupun dinamis.
Sebagai contoh ialah apa yang tergambar di bawah ini
Kebiasaan C
sikap
B
|
Pengetahuan
Ktakanlah
A adalah pengetahuan (dimensi), sedangkan B sikap dan C kebiasaan. Maka tulisan
di A menggambarkan berapa besar pengetahuan yang memiliki oleh seorang atau
kelompok atau masyarakat
Indikator, berasal kata to indocate yang mempunyai arti (menunjukan/penunjukan).
Yang ditunjukan dapat berupa keadaan, perubahan atau kegiatan yang menyebabkan
perubahan, atau mengakibatkan terjadinya suatu keadaan. Indikator ini merupakan
bahasa/ media komunikasi universal untuk menciptakan persamaan persepsi tentang
suatu hal. Oleh karena itu, indikator menggunakan standa-standar yang sesuai
dengan bidangnya, logis dan diterima dan dibakukan secara universal.
Indikator kesehatan (secara sistem)
mencakup input, proses, keluaran, efek dan dampak, pada taahap perencanaan,
implementasi maupun evaluasi suatu upaya kesehatan. Insikator kesehatan dapat
menjadi:
a. Penunjukan
masalah kesehatan, misalnya
1) Status
kesakitan dan kematian
2) Status
gizi
3) Status
kesehatan lingkungan
4) Status
kesehatan dan budaya kesehatan
b. Penunjukan
keadaan sumber daya kesehatan
1) Tenaga
kesehatan
2) Fasilitas
kesehatan
3) Pendanaan
kesehatan
c. Penunjuk
kesehatan lingkungan
1) Ketersediaan
air sehat
2) Ketesediaan
perumahan yang layak
d. Keadaan
kebijakan kesehatan
1) UU
dan peraturan
2) Politik
kesehatan
Untuk mengetahui
indikator-indikator yang mencerminkan masalah kesehatan ini, dilakukan apa yang
disebut dengan diagnosis (asesmen) perilaku. Untuk mencapai diagnosi perilaku,
dilakukan lebih dulu diagnosis epidemiologis, yang sebenarnya adalah upaya
mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada. Setelah kesehatan terindentifikasi
dilakukan diagnosis (asesmen) perilaku untuk melihat (peran) faktor perilaku
sebagai penyebab atau sebagai fator risiko. Kebersihan mengidentifikasifaktor
ini merupakan langkah untuk menentukan program promosi kesehatan. Namun
demikian upaya promosi kesehatan dapat saja berdiri sendiri, misalnya dalam
upaya menciptakan (menginovasi) suatu
perilaku sehat baru atau gaya hidup sehat yang belum dikenal.
Setelah berhasil mengidentikasi masalah
perilaku yang akan ditangani. Maka masih diperlukan lagi satu asesmen
(diagnosis) ulang yaitu diagnosis administratif, yang berkaitan dengan
kelaksanaan (feasibilitas) upaya perilaku yang akan dilakukan, sebagai
konfirmasi dan sebagai jaminan akan pelaksanaan dan kelangsungan upaya. Dalam
kegiatan ini dilakukan telah kebijakan dan pereaturan (perundang-undangan dan
lain-lain) yang mendukung. Jadi perbedaan ketiga diagnosis (asesmen) tersebut
adalah seperti diuraukan dalam tabel 6.1. sedangkan cara melakukan pengamatan
dan pengukuran dapat dilihat pada tabel 6.2
Diagnosis epidemiologi
|
Diagnosis perrilaku
|
Diagnosis administerasi
|
Suatu kegiatan untuk
mengidentifikasi masalah atau setatus kesehatan masyarakat
Merupakan proses dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran epidemiologik
Caranya dengan mengolah data
sekunder yang berasal dari laoporan atau surveilence atau penelitian khusus
|
Suatu kegiatan untuk
mengidentifikasi perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat
Merupakan proses dengan melakukan
pengamatan dan pengukuran perilaku
Karena data sekunder jarang
tersedia, selalu diperlukan data dari penelitian (asesmen khusus
|
Caranya dengan mengolah data
sekunder yang berasal dari aspek legal, kebijakan, alokasi sumber daya dan
potensidukungan infra-steruktur pemerinyah maupun masyarakat, atau dengan
melakukan penelitian khusus
Suatu kegiatan untuk
mengidentifikasi faktor pemungkin upaya penanggulangan masalah kesehatan yang
dipengaruhi dan mempunyai aspek perilakunya. Juga merupakan proses dengan
melakukan pengamatan dan penguku
|
Perbedaan Diagnosis Epidemiologik, Perilaku, dan
Administratif dalam Promosi Kesehatan
Kegiatan
|
Cara
|
Ukuran
|
Indikator
|
Parameter
|
Epidemiologi
|
Pengamatan, surveillance, penelitiuan
|
Ratio, propesi
|
Angka kematian, kesakitan
|
Nilai ideal, optimal
|
Perilaku
|
Pengamatan, studi khusus (penelitian)
|
Ordinal, proporsi
|
Tingkat perilaku
|
Ideal, optimal
|
Administratif
|
Pengamatan, studi data sekunder
|
Kategorikal, perkembangan
|
Eksistensi, perubahan
|
Faktual, prospek
|
Contoh diagnosis dalam promosi
kesehatan
Sebagai contoh adalah suatu
kejadian keracunan makanan di sebuah pabrik. Dari berita disuatu surat kabar
diringkaskan sebagai berikut.
Setelah dilakukan pengamatan dan
penelitian ditemukan bahwa 50% pekerja perusahan yang bekerja di giliran malam
hari (di suatu hari tertentu), mengalami/penderita muntah-muntah dan setelah
diperiksa ternyata makanannya terkontaminasi insektisida
Dari penelitian diketahui dan
dibuktikan bahwa penyebab ialah makanan petugas giliran malam yang
terkontaminasi insektidida pada waktu menyediakan/ penyajian (piring dicuci
dengan air yang kontaminasi insektisida)
Juga dari penyediaan diketahui
tidak adanya kebijakan dan progeram higiene perubahan menyangkut makanan/gizi
karyawan oleh perubahan. Karyawan makan atas inisiatif kasus ini diringkaskan
sebagai berikut
Kegiatan
|
Masalah
|
Indikator
|
Peramete
|
Epidemiologi
Perilaku
Administratif
|
Keracunan
Peraktik penyediaan makanan
Perhatian perusahaan
|
Keracunan insektisida
Engetahuan dan peraktik food higiene kurang
Eksistensi kebijakan dan program
|
50% pekerja (seluruh populasi pekerja giliran
malam
Seluruh petugas menyediakan/penyaji makanan tidak
paham bahaya insektisida dan berlaku ceroboh
Tidak ada dukungan administratif dari pimpinan
maupun dari perusahaan
|
Bila dibandingkan
indikator-indikator kesehatan dari satu dengan lain lokasi makan selalu
berbeda. Ini karena perilaku memang sangat dipengaruhi nilai-niali internal dan
lingkungan, baik fisik maupun budaya. Demikin juga dengan tingkat peradapan.
Bila dinegara-negara berkembang yang dirundung kemiskinan, terutama dalam
menghadapi masalah kesehatan dan atau penyakit yang dapt dicegah. Di negara
maju dan karya, mereka sudah pada tahap mengatur gaya hidup agar berumur
panjang, tetapi tidak sakit-sakitan
DAFTAR
PUSTAKA
Notoatmodjo,(2005) Promosi
Kesehatan Teori dan Komunikasi. Jakarta PT Trenika Cipta
Liliweri, Aro (2009). Dasar
Komunikasi Kesehatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
Pawito, Ph. D (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:
LkiS Pelangi Aksara
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat