A.
Perilaku
dan Tahapan Hubungan Seksual
Masters
dan Johnson (1996) dikutip dari potter & Perry (2005) telah mendefinisikan
siklus respon seksual dengan fase-fase excitement, plateau, orgasme, dan
resolusi yaitu:
Tabel
2.1 Perbandingan siklus respon seksual pada wanita dan pria
Wanita
|
Pria
|
Excitement :
peningkatan bertahap dalam rangsangan seksual
|
|
-
Lubrikasi vaginal: dinding
vaginal ”berkeringat”
-
expansi dua pertiga
bagian dalam lorong vagina
-
peningkatan
sensitivitas dan pembesaran klitoris serta labia
-
ereksi puting dan
peningkatan ukuran payudara.
|
-
Ereksi penis
-
penebalan dan elevasi
skrotum
-
elevasi dan pembesaran
moderat pada testis
-
ereksi puting dan tumescene.
|
Plateau :
penguatan respons fase excitement
|
|
-
Retraksi klitoris
dibawah topi klitoral
-
pembentukan platform orgasmus (pembengkakan
sepertiga bagian luar vagina dan labia minora)
-
elevasi serviks dan
uterus
-
perubahan warna kulit
yang nampak hidup pada labia minora
-
pembesaran areolar
dan payudara
-
peningkatan dalam
tegangan otot dan pernafasan
-
peningkatan frekwensi
jantung, tekanan darah dan pernapasan.
|
-
Peningkatan ukuran
glans (ujung) penis –
-
peningkatan intensitas
warna glans
-
elevasi dan
peningkatan 50% ukuran testis
-
emesi mukoid kelenjar
cowper (kemungkinan oleh sperma)
-
peningkatan tegangan
otot dan pernafasan
-
peningkatan frekwensi
jantung, tekanan darah, dan frekwensi pernafasan
|
Orgasme :
penyaluran kumpulan darah dan tegangan pada otot
|
|
-
Kontraksi involunter
platform orgasmik, uterus, rectal dan sfingter uretal, dan kelompok otot lain
-
hiperventilasi dan
peningkatan frekwensi jantung
-
memuncak frekwensi
jantung, tekanan darah, dan frekwensi pernafasan.
|
-
Penutupan sfingter
urinarius internal
-
sensasi ejakulasi
yang tidak tertahankan
-
kontraksi ductus
deferens vesikel seminalis prostat dan ductus ejakulatori
-
relaksasi sfingter
kandung kemih eksternal
-
kontraksi otot uretra
dan sfingter rectal
-
pemuncakan frekwensi jantung,
tekanan darah dan frekwensi pernafasan
-
ejakulasi .
|
Resolusi :
fisiologi dan fisikologis kembali pada keadaan tidak terangsang
|
|
-
Relaksasi bertahap
dinding vaginal
-
perubahan warna yang
cepat pada labia minora
-
berkeringat
-
bertahap kembali pada
pernafasan normal, frekuensi jantung, tekanan darah dan tegangan otot normal
-
sering kemampuan
untuk mengalami orgasmus, karena wanita tidak mengalami periode refraktori
seperti yang sering terjadi pada pria.
|
-
Kehilangan ereksi
penis
-
periode refraktori
ketika dilanjutkan stimulasi menjadi tidak nyaman
-
reaksi berkeringat
-
penurunan testis,
kembali normalnya pernafasan, frekwensi jantung, tekanan darah, dan tegangan
otot.
|
Terdapat tahapan-tahapan dan perilaku
seksual menurut Kozier (2010) yaitu:
1.
Plateu/Terangsang
Mencakup dua
perubahan fisologis di antaranya vasokongesti yaitu peningkatan aliran darah ke
berbagai bagian tubuh. Miotonia yaitu peningkatan ketegangan otot sampai
dilepaskan oleh orgasme.
a. Wanita
1) Ereksi
klitoris.
2) Lubrikasi
vagina, ukuran labia dapat meningkat 2 sampai 3 kali lipat, payudara membesar,
dua pertiga bagian dalam vagina membesar dan memanjang serta sepertiga bagian
luar membengkak dan menyempit.
3) Uterus
elevasi.
b. Pria
1) Ereksi
penis, pembesaran glans penis saat semakin terangsang.
2) Munculnya
beberapa tetes pelumas yang dapat berisi sperma.
2.
Orgasme
Klimaks yang
tidak disadari dalam ketegangan seksual dan fokus utama orgasme dirasakan pada
organ panggul. Orgasme pada pria umumnya berlangsung 10-30 detik, sedangkan
orgasme pada wanita berlangsung selama 10-50 detik. Pria akan mengalami
ejakulasi/melepaskan cairan semen/sperma ketika orgasme.
a. Wanita
1) Kontraksi
otot dasar panggul dan otot uterus.
2) Pola
orgasme bervariasi.
b. Pria
1) Pengeluaran
cairan semen ke dalam uretra prostat akibat kontraksi vas deferen dengan organ
aksesoris.
2) Penutupan
sfingter kandung kemih interna tepat sebelum ejakulasi untuk mencegah ejakulasi
retrogad ke dalam kandung kemih.
3) Orgasme
dapat terjadi tanpa ejakulasi.
c. Wanita
dan Pria
1) Respirasi
dapat meningkat sampai 40 kali/menit.
2) Spasme
involunter kelompok otot di seluruh tubuh.
3) Kesadaran
sensori hilang.
4) Kontraksi
involunter pada sfingter anal.
5) Denyut
jantung puncak (110-180 denyut/menit), frekuensi nafas (40 kali/menit atau
lebih), tekanan darah (sistolik 30-80 mm
Hg dan diastolik 20-50 mm Hg di atas normal).
3.
Resolusi
Fase kembali ke
status sebelum terangsang di mana dapat berlangsung 10-15 menit setelah orgasme
atau lebih lama apabila tidak terjadi orgasme.
a. Pria
1) Periode
refraktori selama tubuh tidak akan berespons terhadap stimulasi seksual dari
beberapa saat atau berjam-jam bahkan berhari-hari.
b. Wanita
1) Genital
dan payudara kembali ke status sebelum terangsang.
c. Pria
dan Wanita
1) Pengembalian
vasokongesti dalam 10-30 menit dan menghilangnya semua tanda miotonia dalam 5
menit.
2) Gejolak
seks menghilang dalam cara yang berlawanan dengan kemunculan denyut jantung,
frekuansi nafas, dan tekanan darah kembali normal.
3) Reaksi
lain termasuk mengantuk, relaksasi dan ledakan emosi seperti menangis dan
tertawa.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes,
Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan
Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC
Kozier,
B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental
of Nursing Concept, process, and practice, seventh edition. USA: Pearson
Edication
Potter,
P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar
fundamental keperawatan konsep proses dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta:
EGC
Price,
S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep
Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta: EGC.
Smeltzer,
Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan
Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Bobak.
L. J. (2004). Buku ajar keperawatan
maternitas. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat