Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Gangguan Pernapasan (Trauma Thoraks)
1. Definisi
Toraks/dada
meliputi struktur dinding dada dan visera toraks. Isi toraks bertangggung jawab
atas pernapasan dan sirkulasi (Oman, 2008; 259). Trauma adalah luka yang disebabkan
oleh cedera fisik yang tiba-tiba (Morton, P.G et al, 2011; 1598).
Trauma
toraks merupakan luka atau cedera yang mengenai rongga toraks yang dapat
menyebabkan kerusakan pada dinding toraks ataupun isi dari cavum toraks yang
disebabkan oleh benda tajam atau tumpul dan dapat menyebabkan keadaan gawat
toraks (Helmi, 2012).
Menurut
Kukuh (2002) & David (2005), trauma toraks merupakan trauma yang mengenai
dinding toraks atau organ intra toraks baik karena trauma tumpul maupun oleh
karena trauma tajam.
Trauma
toraks menyebabkan 25% kematian dari semua kematian yang berhubungan dengan
trauma dan menduduki urutan kedua setelah cedera sistem saraf pusat sebagai
penyebab terbanyak semua kematian akibat trauma (Morton, P.G et al, 2011;
1607).
2. Klasifikasi
a. Fraktur
iga
1) Definisi
Fraktur
iga merupakan tipe trauma dada yang paling umum terjadi pada lebih dari 60%
pasien yang masuk rumah sakit dengan cedera dada terttutup. Iga kelima dan
kesembilan adalah tempat fraktur yang paling umum. Fraktur iga yang lebih rendah
dikaitkan dengan cedera pada limfa dan hepar yang mungkin tergores oleh patahan
iga (Smeltzer & Bare, 2001; 632).
Menurut
Oman (2008; 259), iga ketiga hingga kesepuluh cenderung lebih sering mengalami
cedera karena proteksinya yang terbatas. Fraktur iga pertama dan kedua yang
terlindung oleh klavikula, skapula, humerus serta otot-otot dada, menunjukkan
mekanisme cedera dengan energi tinggi dan disertai resiko tinggi terjadinya
cedera vaskular.
2) Etiologi
Fraktur
iga disebabkan oleh pukulan, kecelakaan hebat atau regangan yang disebabkan
oleh batuk atau bersin yang sangat kuat. Jika frakturnya menimbulkan serpihan
atau fraktur berpindah tempat, maka fragmen tajam yang dihasilkan dalam fraktur
tersebut dapat menusuk pleura dan paru (cedera penetrasi), sehingga
mengakibatkan hemotoraks atau pneumotoraks (Asih, 2003; 176).
b. Flail
chest
1) Definisi
Flail Chest adalah cedera yang melibatkan
fraktur iga multiple. Fraktur ini dapat terjadi dibagian depan, belakang atau
samping dan biasanya juga terjadi fraktur sternum (Morton, G. P., et al. 2001;
1607).
Melalui
inspeksi dengan cermat terhadap gerakan pernapasan, anda dapat melihat adanya
sebagian dinding toraks yang bergerak berlawanan dengan bagian toraks yang lain
pada saat pasien bernapas. Umumnya, segmen yang bergerak berlawanan ini (flain
segmen) tertarik masuk pada inspirasi ketika diafragma bergerak turun, dan
terdorong keluar pada ekspirasi (Oman, 2008; 260).
2) Etiologi
Flail chest terjadi ketika dua atau lebih iga yang berdekatan
fraktur pada satu tempat atau lebih, mengakibatkan segmen iga mengembang bebas
(Smeltzer & Bare, 2001; 633).
c. Hemotoraks
1) Definisi
Hemotoraks
merupakan keadaan bertumpuknya darah
didalam rongga pleura. Keadaan ini paling mudah
diketahui jika dibuat foto rontgen atau CT scan toraks dalam posisi tubuh yang
tegak karena lapisan cairan akan menyebar jika pasien berbaring terlentang (Oman, 2008; 265).
Hemotoraks
adalah terkumpulnya darah di dalam rongga dada karena cedera dada yang hebat.
Keseriusan masalah tergantung pada jumlah dan kecepatan perdarahan toraks
(Smeltzer & Bare, 2001; 634).
2) Etiologi
Menurut
Smeltzer & Bare, (2001; 634), penyebab terjadinya
hemotoraks:
a) Robeknya pembuluh intercosta
b) Laserasi (luka yang disebabkan
oleh robekan, buakn bentuk yang teratur seperti sayatan bedah) paru-paru
c) Keluarnya udara dari paru yang cedera ke dalam rongga
pleura.
d. Kontusio
paru
1) Definisi
Kontusio
paru merupakan kerusakan
jaringan paru yang terjadi pada hemoragi dan edema setempat.
Kontusio paru berhubungan dengan trauma dada ketika terjadi kompresi dan
dekompresi cepat pada dinding dada
(Smeltzer & Bare, 2001; 636).
2) Etiologi
Penyebab
terjadinya kontusio paru adalah (Oman,
2008; 262; Morton, P. G et al, 2011; 1611):
a) Terjadi akibat trauma tumpul toraks dengan fraktur iga
yang multipel, flail chest, benturan yang sangat besar.
b) Akibat perdarahan dan edema dengan derajat tertentu
disertai proses inflamasi yang meluas sampai diluar lokasi cedera.
e. Pneumotoraks
1) Definisi
Pneumothoraks
adalah keadaan terdapatnya udara atau gas dalam rongga pleura. Pada keadaan
normal rongga pleura tidak berisi udara, supaya paru-paru leluasa mengembang
terhadap rongga dada (FKUI, 2006; 256).
Sedangkan
menurut Oman, K. S. (2008; 262) pneumothoraks merupakan keadaan terdapatnya
udara di dalam rongga pleura. Keadaan ini terjadi akibat cedera traumatik pada
paru-paru (seperti cedera pada potongan iga yang patah atau luka tusuk).
Pengembangan paru-paru bergantung pada tekanan negatif di dalam rongga pleura.
Apabila udara masuk ke dalam rongga tersebut, tekanan negatif akan hilang dan
paru-paru mengalami kolaps, baik parsial maupun total. Intensitas gejala
bergantung pada luasnya jaringan paru yang kolaps, fungsi paru sebelumnya, dan
kebutuhan tubuh terhadap sistem respirasi.
2) Etiologi
Pneumotoraks
terjadi akibat cedera traumatik pada paru-paru (seperti cedera potongan iga
yang patah atau luka tusuk), atau terjadi secara spontan dengan atau tanpa
penyakit paru (Oman, 2008; 262).
Menurut
Muttaqin (2008; 136), pneumotoraks terjadi karena adanya kebocoran di bagian
paru yang berisi udara melalui robekan atau pecahnya pleura. Robekan ini
berhubungan dengan bronkus. Pelebaran alveoli dan pecahnya septa-septa alveoli
kemudian membentuk suatu bula yang disebut granulomatous fibrosis.
Granulomatous fibrosis adalah salah satu penyebab tersering terjadinya
pneumotoraks.
3) Klasifikasi
Menurut FKUI (2006;
1063):
a) Pneumothoraks
berdasarkan penyebabnya
(1) Pneumothoraks
spontan
Pneumothoraks
spontan adalah setiap pneumothoraks yang terjadi tiba-tiba tanpa adanya suatu
penyebab, ada 2 jenis:
(a) Pneumothoraks
spontan primer, merupakan suatu pneumothoraks yang terjadi tanpa ada riwayat
penyakit paru yang mendasari sebelumnya, umumnya pada individu sehat, dewasa
muda, tidak berhubungan dengan aktivitas fisik yang berat tetapi justru terjadi
pada saat istirahat dan sampai sekarang belum diketahui penyebabnya.
(b) Pneumothoraks
spontan sekunder, merupakan suatu pneumothoraks yang terjadi karena penyakit
paru yang mendasarinya (tuberkulosisi paru, PPOK, asma bronkial, pneumonia,
tumor paru dan sebagainya.
(2) Pneumothoraks
Traumatik
Pneumothoraks
traumatik adalah pneumothoraks yang terjadi akibat suatu trauma, baik trauma
penetrasi maupun bukan yang menyebabkan robeknya pleura, dinding dada maupun
paru. Pneumothoraks traumatik diperkiraan 40% dari semua kasus pneumothoraks.
Pneumothoraks traumatik tidak harus disertai dengan fraktur iga maupun luka
penetrasi yang terbuka.
b) Berdasarkan
kejadiannya pneumothoraks traumatik dibagi 2 jenis, yaitu:
(1) Pneumothoraks
Traumatik Bukan Iatrogenik, adalah pneumothoraks yang terjadi karena jejas
kecelakaan, misalnya jejas pada dinding dada baik terbuka maupun tertutup,
barotrauma.
(2) Pneumothoraks
Trauma Iatrogenik, adalah pneumothoraks yang terjadi akibat komplikasi dari
tindakan medis. Pneumothorak jenis ini dibedakan menjadi 2:
(a) Pneumothorak
traumatik iatrogenik aksidental, adalah pneumothoraks yang terjadi akibat
tindakan medis karena kesalahan/komplikasi tindakan tersebut, misalnya pada tindakan
parasintesis dada, biopsi pleura, biopsi transbrokial, biopsi/aspirasi paru
perkutaneus, kanulasi vena sentral, barotrauma (ventilasi mekanik).
(b) Pneumothoraks
traumatik iatrogenik artifisial (deliberate), adalah pneumothoraks yang sengaja
dilakukan dengan cara mengisi udara ke dalam rongga pleura melalui jarum dengan
suatu alat Maxwell box. Biasanya untuk terapi tuberkulosis (sebelum era
antibiotik), atau untuk menilai permukaan paru.
c) Pneumothoraks
berdasarkan jenis fistulanya
(1) Pneumothoraks
tertutup (simple pneumothoraks)
Pneumothoraks
tertutup yaitu suatu pneumothoraks dengan tekanan udara di rongga pleura yang
sedikit lebih tinggi dibandingkan tekanan pleura pada sisi hemitoraks
kontralateral tetapi tekanannya masih lebih rendah dari tekanan atmosfir. Pada
jenis ini tidak didapatkan defek atau luka terbuka dari dinding dada.
(2) Pneumothoraks
terbuka (open pneumothoraks)
Pneumothoraks
terbuka terjadi karena luka terbuka pada dinding dada sehingga pada saat
inspirasi udara dapat keluar melalui luka tersebut. Pada saat inspirasi,
mediastinum dalam keadaan normal tetapi pada saat ekspirasi mediastinum
bergeser kearah sisi dinding dada yang terluka (sucking wound).
(3) Tension
Pneumotoraks
Tension
pneumothoraks terjadi karena mekanisme check valve yaitu pada saat inspirasi
udara dari rongga pleura tidak dapat keluar. Semakin lama tekanan udara di
dalam rongga pleura akan meningkat dan melebihi tekanan atmosfir. Udara yang
terkumpul dalam rongga pleura ini dapat menekan paru sehingga sering
menimbulkan gagal napas.
4) Patofisiologi
(Muttaqin, 2008; 138)
5) Manifestasi
klinis
Gejala-gejala yang
sering muncul adalah (FKUI, 2006; 1064):
a) Sesak
napas yang didapatkan pada 80 – 100% pasien
b) Nyeri
dada yang didapatkan pada 75 – 90% pasien
c) Batuk-batuk
yang didapatkan pada 25 – 35% pasien
d) Tidak
menunjukkan gejala (silent) yang terdapat sekitar 5 – 10% dan biasanya pada
pneumotoraks spontan primer.
Dan Oman (2008; 263), juga menambahkan
gejala-gejala pneumotoraks adalah:
a) Auskultasi
paru biasanya mendengarkan suara pernapasan yang berkurang di daerah paru yang
terkena
b) Perkusi
biasanya menunjukkan hiperresonansi
c) Dispnea
ringan atau akut.
6) Penatalaksanaan
Menurut
Eliastam (1998, p. 90) ada beberapa tindakan pelaksanaan yang dapat dilakukan
pada pasien pneumothoraks, antara lain:
a) Observasi
mungkin sudah merupakan terapi yang cukup untuk pneumothoraks yang kecil
(<10%) dan spontan dimana tanpa disertai dengan gejala-gejala yang bermakna.
b) Insersi
ke dalam dinding dada suatu alat berkatup satu arah (unidireksional) bisa digunakan sebagai drain
pada pneumotoraks yang kecil.
c) Torakostomi
pipa dengan penghisapan terus menerus dianjurkan untuk semua pneumothoraks
kecuali pneumothoraks traumatik yang paling kecil. Dianjurkan pula untuk
pneumothoraks spontan yang berukuran sedang sampai besar.
d) Teknik
dalam melakukan torakostomi pipa :
(1) Sela
iga kedua, garis midklavikulasi dapat dipakai dalam pneumotoraks spontan.
(2) Sela
iga ke empat dan ke enam pada garis midaksilaris, dapat digunakan pada trauma
untuk drainase yang lebih baik terhadap kemungkinan adanya hemotoraks. Lokasi
ini akan meninggalkan jaringan parut yang kurang begitu jelas dan oleh karena
itu dianjurkan untuk pneumotoraks spontan pada wanita muda.
(3) Perkusi
selama ekpirasi penuh untuk meyakinkan bahwa tempat tersebut tidak berada di
atas hepar aatu lien.
(4) Garis
midaksilaris yang berada setingkat dengan ujung skapula sering merupakan tempat
yang baik.
(5) Sesudah
menyiapkan kulit, lakukan infiltrasi secara seksama dengan lidokain (Xylocaine)
ke dalam periosteum dan permukaan pleura.
(6) Buatlah
insisi kecil kedalam ke arah iga
(7) Pakailah
hemostat, bebaskan secara tumpul pada tepi superior dari iga, dengan demikian
dihindari terkenanya bundel neurovaskular jikalauy melalui tepi bawah iga.
(8) Memasuki
pleura, sebarkan hemostat untuk memperbesar lubang pada pleura.
(9) Masukkan
jari bersarung tangan ke dalam ruang pleura untuk meyakini bahwa ruang sudah
dimasuki dan tidak ada perlekatan yang akan mengganggu perletakan pipa.
(10) Pakailah
klem untuk memegang pipa tersebut dan masukkan ke arah posterior apabila
terdapat kemungkinan hemotoraks.
(11) Yakinkan
bahwa semua sisi lubang dari pipa berada dalam ruang pleura.
(12) Kemudian
pipa dihubungkan denagan suatu penampungan water seal dan penghisapan terus
menerus pada -20 cm.
(13) Tabung
difiksasi pada dinding dada dengan jahitan matras horizontal dan ditutup dengan
kasa petrolatum yang kedap udara.
(14) Pemakaian
suatu trokar masih kontroversial tetapi pasti berbahaya jika pneumothoraksnya
kecil
(15) Untuk
pasien-pasien dengan trauma, gunakan pipa dengan bor besar (36 French). Untuk
pneumothoraks spontan dapat digunakan pipa yang lebih kecil (10-20 french).
e) Pneumotoraks
tension
(1) Udara
dalam keadaan tegang harus dikeluarkan secepatnya
(2) Jarum
berukuran besar (lebih disukai yang menempel pada spuit yang berisi larutan
garam fisiologis harus dipakai untuk menghilangkan ketegangan tersebut)
(3) Hal
ini dapat dikerjakan secara aman melalui sela iga kedua pada garis
midklavikularis
(4) Suatu
pipa dada diinsersikan dan dihubungkan dengan water seal dan penghisapan.
f) Pneumotoraks
terbuka
(1) Luka
yang menghisap harus segera ditutup dengan segala macam alat yang tersedia
(2) Sarung
tangan pemeriksa dapat dipakai pada permulaan, kemudian secepat mungkin diganti
dengan kasa yang mengandung petrolatum
(3) Drainase
pipa dari toraks harus dimulai sesegera mungkin melalui suatu insisi yang
terpisah
(4) Kemudian
pasien dibawa ke ruang operasi, apabila diperlukan untuk mendapatkan perbaikan
dinding dada
(5) Bilamana
penutupan dari luka yang menghisap ini tidak segera diikuti dengan torakostomi
pipa, terutama jika intubasi dan ventilasi bantuan diperlukan, pneumotoraks
tension kadang-kadang dapat terjadi. Apabila ini timbul, angkatlah kasa penutup
untuk memudahkan udara keluar melalui defek dinding dada.
Kak minta tolong masukin daftar pustakanya dong yg dari buku sama dri internet juga bisa
ReplyDelete