J. Perawatan
Lansia di Berbagai Setting
1.
Perawatan di komunitas
Asuhan keperawatan lansia di komunitas dilakukan
terutama oleh perawat diwilayah keperawatan dan melibatkan sebagian besar
displin ilmu lain selain keperawatan. Tim yang terlibat dalam perawatan
kesehatan utama terdiri dari para praktisi umum, petugas kunjungan kesehatan ,
perawat di wilayah perawatan dan asisten perawat dan juga ahli seperti
penasihat kontinensia dan perawat stoma. Selai itu perawatan lansia di
komunitas dan tim kesehatan mental komunitas ( Community Mental Health Team).
Oleh karena itu area perawatan lansia harus diperhatikan karena didalamnya
mengandung persoalan klinis yang berbeda dan juga adanya aturan pemerintah yang
mendorong penggunaan sebagian besar komunitas dalam perawatan lansia (Watson,
2003).
Adapun prinsip pengkajian lansia komunitas, yaitu :
a.
Pengkajian didasarkan pada kebutuhan si
pemberi perawatan yang mewakili kebutuhan klien
b.
Pengkajian dimulai dari masalah pemberi
perawatan atau kien
c.
Mengakses informasi dari lembaga
profesional lain
d.
Memerlukan pengkajian multidispliner
e.
Pengkajian berdasarkan pengakuan
intuitif dan subjektif
Adapun pada saat melakukan pengkajian dirumah
terdapat petunjuk yang berisi pertanyaan perawat wilayah mengenai aktivitas
normal sehari-hari dan tingkat kemampuan klien untuk mempertahankan
kemandirian. Contohnya, dengan skala yang disebut Petunjuk Kapasitas Fungsional
Shanas, seperti pada tabel di bawah (Watson,2003) :
Petunjuk
Kapasitas Fungsional Shanaas
|
Dapatkah
klien :
1.
Keluar rumah ?
2.
Naik dan turun tangga ?
3.
Berjalan disekitar rumah ?
4.
Mencuci dan mandi sendiri ?
5.
Memakai baju dan sepatu sendiri ?
6.
Memotong kuku sendiri ?
Apakah klien melakukan aktivitas ini :
1.
Tanpa kesulitan dan tanpa bantuan
2.
Dengan beberapa kesulitan, tapi
tanpa bantuan orang lain ?
3.
Dengan kesulitan dan hanya dengan
bantuan orang lain ?
|
Perawat yang melaksanakan kunjungan kerumah klien
bertujuan untuk meningkatkan kemandirian klien. Perawat harus mempunyai pengetahuan
yang baik terhadap situasi keluarga dan lansia yang dirawat. Hal ini bertujuan
mengetahui akankah keluarga mampu mengambil alih perawatan. Departemen sosial
dapat mengambil alih tugasataupun organisasi sukarela setempat. Dalam hal ini,
perawat wilayah dapat memberikan saran kepada lansia atau menghubungi
organisasi lain (Watson, 2003).
2.
Perawatan lansia di institusi
a.
Perawatan sehari dirumah sakit
Perawatan sehari dirumah sakit sering dilakukan oleh
rumah sakit setempat yang biasanya menugaskan perawat untuk bekerja hanya
selama 24 jam dalam seminggu. Perawatan sehari dirumah sakit diberikan agar
perawat dapat mengunjungi lansia yang sangat membutuhkan perawatan tingkat
tinggi, sekali dalam seminggu. Beberapa kemunduran kondisi umum kien dapat
dikaji. Perawatan sehari dirumah sakit juga merupakan kesempatan ideal yang
dimanfaatkan oleh ahli fisioterapi dan ahli terapi okupasi untuk melakukan
pengkajian dan terapi. Selain itu moment ini merupakan kesempatan yang baik
bagi ahli geriatrik memeriksa klien.
b.
Perawatan lansia di panti
Adapun tujuan pembinaan kesehatan lansia dipanti
yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia melalui
peningkatan kesadaran dan kemampuan lansia untuk memelihara kesehatan diri
sendiri, dan meningkatkan peran serta keluarga
dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan lansia (Maryam, 2008).
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya
promotif, preventif dan rehabilitative.
Upaya
pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia di
lakukan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
1)
Upaya
promotif yaitu untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat
kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun
masyarakat. Kegiatan tersebut dapat berupa:
a)
Penyuluhan,
demonstrasi dan pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini :
(1)
Masalah
gizi dan diet
(a)
Cara
mengukur keadaan gizi lansia
(b)
Cara
memilih bahan makanan yang bergizi bai lansaia
(c)
Cara
menyusun menu sehat dan diet khusus
(d)Cara menghitung kabutuhan makanan dip anti
(e)
Cara
menyelengarakan penyediaan dip anti
(f)
Cara
mengawasi keadaan gizi lansia
(2)
Perawatan
dasar kesehatann
(a)
Perawatan
kesehatan dasar lansia yang masih aktif
(b)
Perawatan
kesehatan dasar bagi lansia yang pasif
(c)
Perawatan
khusus lansia yang mengalami gangguan
(d)Perawatan dasar lingkungan panti, baikdi dalam
maupundi luar panti
(3) Keperawatan kasus darurat
(a)
Mengenal
kasus darurat
(b)
Tindakan
pertolongan pertama kasus darurat
(4)
Mengenal
kasus gangguan jiwa
(a)
Tanda dan
gejala .gangguan jiwa pada lansia
(b)
Cara
mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia
(5)
Olahraga
(a)
Maksud dan
tujuan olah raga bagi lansia
(b)
Macam-macam
olah raga yang tepat bagi lansia
(c)
Cara-cara
melakukan olahraga yang benar
(6)
Teknik-teknik
berkomunikasi
(7)
Bimbingan
rohani
b)
Pembinaan
mental dan ceramah keagamaan.
c)
Pembinaan
dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti
d)
Rekreasi
e)
Kegiatan
lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti
f)
Penyebarluasan
informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui
berbagai macam media.
2)
Upaya
preventif yaitu pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit
yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatanya dapat berupa
kegiatan berikut ini:
a)
Pemeriksaan
berkala yang dapat dilakukan dip anti oleh petugas kesehatan yang datang ke
panti secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
b)
Penjaringan
penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas
panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c)
Pemantauan
kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan
buku catatan pribadi.
d)
Melakukan
olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
e)
Mengelola
diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya
masing-masing.
f)
Meningkatkan
ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g)
Mengembangkan
kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
h)
Melakukan
orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya
agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap
waktu, tempat, dan orang secara optimal.
3)
Upaya
kuratif yaitu pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti
terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
a)
Pelayanan
kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah
dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
b)
Pengobatan
jalan di puskesmas.
c)
Perawatan
dietetic.
d)
Perawatan
kesehatan jiwa.
e)
Perawatan
kesehatan gigi dan mulut.
f)
Perawatan
kesehatan mata.
g)
Perawatan
kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
h)
Rujukan ke
rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.
4)
Upaya
rehabilitative yaitu untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal
mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional
(keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan oleh
petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada dalam pengawasan
dokter, atau ahlinya (perawat). Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A.
menjelaskan bahwa para lansia yang dititipkan dip anti pada dasarnya memiliki
sisi negative dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat
memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki
tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat
mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Akan tetapi, jauh di lubuk hati
mereka merasa nyaman berada di dekat keluarganya. Negara Indonesia yang masih
menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal dipanti merupakan sesuatu hal yang
tidak natural lagi, apapun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik
daripada dipanti. Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka
muncul perasaan tidak berguna (usless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah
tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat
mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka
sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua
orang.
Sepuluh kebutuhan lansia (10 needs of theelderly)
menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut :
a.
Makanan
cukup dan sehat (healty food)
b.
Pakaian dan
kelengkapannya (cloth and common accessories)
c.
Perumahan/tempat
tinggal/tempat berteduh (home, place to stay)
d.
Perawatan
dan pengawasan kesehatan (health care and facilities
e.
Bantuan
teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (technical, judicial assistance)
f.
Transportasi
umum (facilities for public transportations)
g.
Kunjungan/teman
bicara/informasi (visits, companies, informations
h.
Rekreasi
dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic)
i.
Rasa aman
dan tentram (safety feeling)
j.
Bantuan
alat-alat pancaindra (other assistance/aids).
b.
Panti Sosial Tresna Werdha
Panti sosial tresna wendra (PSTW) adalah
institusi yang memberi pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial, dan
perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia agar dapat memiliki kehidupan
secara wajar. PSTW (versi depsos RI) Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang
pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia memberi pelayanan kesejahteraan
sosial bagi lanjut usia berupa pemberian:
1)
Penampungan
2)
Jaminan hidup (makan dan pakaian)
3)
Pemeliharaan kesehatan
4)
Pengisian waktu luang termasuk rekreasi
5)
Bimbingan sosial, mental, dan spiritual.
Dengan demikian, para lanjut usia yang tinggal di
PSTW dapat menikmati hari tuanya dengan ketentraman lahir dan batin. Pelayanan
yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
1)
Kegiatan rutin (harus terjadwal dari
senin sampai sabtu)
a)
Pemenuhan kebutuhan makan 3 kali/hari
dan kudapan 2 kali/hari.
b)
Senam lansia: senam pernapasan, senam
jantung, senam relaksasi otot dan panca indera, senam osteoporosis, senam
diabetes melitus, senam dan gerak latih otak.
c)
Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan
agama/kepercayaan lanjut usia.
d)
Kerajinan tangan: menjahit, membordir,
menyulam, merenda, dan membuat kartu ucapan.
e)
Menyalurkan hobi: bermain angklung,
menyanyi diiringi organ, karaoke, berkebun dan melukis.
2)
Kegiatan waktu luang:
a)
Bermain (scrabble, congklak, halma, catur,
pingpong, poco-poco)
b)
Berpantun/baca puisi
c)
Menonton film film (video, TV)
d)
Membaca (koran)
e)
Olahraga (berenang, tenis lapangan, dll)
f)
Menerjemah artikel (dari bahasa asing ke
bahasa indonesia)
3.
Perawatan lansia non panti
a.
Perumahan bagi lanjut usia sehat
Perumahan bagi lanjut usia sehat merupakan kompleks
bagi para lanjut usia yang masih mandiri. Rumah ini telah dibangun, dibentuk,
dan di atur sedemikian rupa, sehingga ukuran, perabotan rumah tangga, dan
peralatan telah disediakan dan disesuaikan dengan kebutuhan lanjut usia, (mis.,
lantai tidak licin, penerangan cukup, ukuran kursi, meja, tempat tidur,
peralatan dapur, tangga, dan alat pegangan, dll). Biasanya tempat semacam ini
ditujukan untuk warga lanjut usia yang masih mandiri, tetapi anak-anaknya sudah
berkeluarga dan hidup terpisah (Nugroho,2008, hal.208 - 209).
b.
Service Flat
Rumah susun mewah lengkap dengan mini-supermarkrt,
salon, dan
sarana olahraga. Setiap lanjut usia menghuni satu apartemen lengkap dengan
ruang tamu, ruang makan, dapur,dsb. Makanan disediakan dan pakaian dicucikan.
Lokasinya dekat dengan panti rawat werdha (nursing home), agar dapat memakai
sarana kesehatannya dan membina kontak dengan sesama lanjut usia (Nugroho,
2008, hal.209).
c.
Rumah lanjut usia di dekat panti
Lanjut usia yang telah mulai sakit-sakitan atau
invalid, tetapi masih ingin hidup mandiri, mendapat rumah di dekat panti rawat
werdha (nursing home). Makanan dapat dipesan dari catering dan dapat
mendatangkan orang untuk membersihkan rumahnya sekalai dalam satu minggu (Nugroho,
2008, hal.209).
d.
Pemukiman berkelompok
Beberapa warga lanjut usia tinggal di flat dengan
ruang tamu dan dapur secara bersama. Setiap lanjut usia menghuni kamar
terpisah, tetapi setiap hari mereka dapat bertemu. Mereka membuat sendiri
aturan dalam kelompok tersebut.
e.
Perawatan lansia di rumah
Perawat atau
pemberi asuhan mendatangi rumah lansia untuk membantu memberi asuhan
keperawatan (memandikan, pemberian obat-obatan, merawat kebersihan pribadinya,
memesak, membersihkan rumah lansia, dan lain sebagainya). Kegiatan ini
koordinasi di tingkat kecamatan (nugroho, 2009).
1)
Pelayanan kesehatan di rumah
Di sini lansia yang mengalami sakit dapat meminta
bantuan dari petugas kesehatan atau perawat untuk datang kerumahnya memberi
obat-obat yang diperlukan. Perawat juga dapat menyewakan alat-alat bantu agar
lansia tetap dapat mandiri. Pelayanan ini dilakukan oleh pemerintah da swasta
(nugroho, 2009).
2)
Pelayanan sosial di keluarga sendiri
Home care service adalah bentuk pelayanan sosial
bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah sendiri atau di dalam lingkungan
keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga
mengatasi dan memecahkan masalah lanjut usia, sekaligus memberi kesempatan
kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dalam lingkungan keluarga. Sasaran
pelayanannya adalah lanjut usia yang
mengalami masalah mobilitas, kesehatan, dan lain-lain, sehingga membutuhkan
pelayanan dan pihak lain. Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a)
Perseorangan: perawat, pemberi asuhan,
pramulansia
b)
Keluarga
c)
Kelompok
d)
Lembaga/ organisasi/ yayasan
e)
Dunia usaha dan pemerintah
Jenis
pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan (menyiapkan dan memberi
makanan), bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan
perawatan kesehatan, penyuluhan gizi dan kesehatan, pendampinan rekreasi,
bimbingan mental dan keagamaan, konseling, dan rujukan. Pelayanan diberikan
secara kontinu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, selama lanjut usia
atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela atau atas dasar
kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersifat komersil/ balas jasa.
Perawatan
lanjut usia di rumah sendiri oleh keluarga. Hal ini berarti keluarga harus
melaksanakan fungsi afektif. Penekanan pada:
a)
Asah: penyuluhan
b)
Asih: kasih sayang/ kehangatan/ saling
menerima
c)
Asuh: saling mendukung/ merawat/
mengasuh
Keluarga
harus terlibat aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan
lanjut usia perlu kerja sama dengan perawat dalam mengenal ddari menyelesaikan
masalah kesehatan.
Perawatan
di rumah memberi manfaat bagi lanjut usia yang masih mandiri dan mau tetap
tinggal di rumah bagi lanjut usia lingkungan rumah lebih dikenal dan lebih
nyaman, kemandirian dapat dibentuk lebih cepat pendekatan yang diberikan
bersifat individu, dan lebih bersifat pribadi. Di rumah ia akan mendapatkan
suasana hangat karena dekat dengan anak, cucu, teman, dan dapat melakukan
hobinya.
Beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain:
1)
Perhitungan sumber dana (terutama untuk
alat-alat)
2)
Adaptasi di rumah
a)
Jalan keluar/ masuk rumah dan kamar
dibuat bebas hambatan
b)
Hindari lantai licin, barang berserakan
dan lampu redup
c)
Letakkan alat komunikasi pada tempat
yang mudah di jangkau (telepon, interkom, bel dan lain-lain).
f. Foster
Care Service
Foster care service atau pelayanan sosial
lanjut usia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan
yang diberikan kepada lanjut usia diluar keluarga sendiri dan diluarg lembaga.
Lanjut usia diluar keluarga sendiri dan diluar lembaga. Lanjut usia tinggal bersama
keluarga lain/pengganti karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang
dibutuhkannya atau berada dalam kondisi terlantar. Pelayanan ini diberikan
terutama oleh keluarga pengganti yang bersedia memberi pelayanan.
Tujuan pelayanan ini
adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lanjut
usia dan keluarganya. Sasaran pelayanan adalah lanjut usia terlantar atau
lanjut usia yang karena satu dan lain hal, tidak dapat dilayani oleh keluarga
sendiri, termasuk lanjut usia yang diterlantarkan.
Jenis bantuan yang diberika dapat
berupa:
1)
Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan
memberi makanan.
2)
Peningkatan gizi.
3)
Bantuan aktivitas sehari-hari.
4)
Bantuan kebersihan dan perawatan
kesehatan.
5)
Pedampingan rekreasi.
6)
Konseling.
7)
Olahraga/senam lanjut usia.
8)
Pelayanan mental spiritual.
9)
Rujukan
10)
Memberi informasi dan melatih anggota
keluarga tentang cara memberi
pelayanan
lanjut usia.
Pelayanan
diberika secara kontinu/berkala bisa setiap hari, setiap minggu, setiap bulan,
sepanjang lanjut usia/keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat
sukarela (atas dasar kemanusiaan dan keagamaan), dapat juga bersifat
komersial/balas jasa.
g. Pusat
Santunan Keluarga (Pusaka)
Pusaka
dulu disebut home care, yang berubah pada tahun 1987. Pelayanan kepada warga
lanjut usia ini diberikan di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal lanjut
usia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu kelurga/lanjut usia dalam mengatasi
permasalahan, untuk memenuhi kebutuhan memecahkan masalah lanjut usia,
sekaligus memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal
dilingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan
adalah lanjut usia yang berada dalam lingkungan keluarga sendiri atau keluarga
pengganti. Lanjut usia masih berpotensi, sehat dan mandiri, tetapi mengalami
keterbatasan ekonomi.
Jenis pelayanan yang diberiakan
1)
Kegiatan pemeriksaan kesehatan
2)
Olahraga bersama
3)
Pengadaan dan pengiriman makanan
4)
Upaya pendalaman keagamaan
7.
Prinsip pelayanan
Dalam
memberi asuhan pada lanjut usia, seyogianya dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa
prinsip, antara lain:
a.
Tidak memberi stigma (destigmansia) pada
dasarnya proses menua disertai masalah seperti kesepian, kurang pendengaran,
kurang penglihatan dan lemah fisik. Hal tersebut merupakan proses alamiah dan
akan terjadi pada semua orang. Kesulitan yang dihadapi terasa cukup berat bagi
lanjut usia, apalagi bila ditambahkan label “lanjut usia tidak berguna lagi”.
b.
Tidak mengucilkan
c.
Lanjut usia sangat membutuhkan perhatian
dan kasih sayang. Oleh karena itu, jangan dikucilkan dari pergaulan sosialnya
d.
Menghindari sikap sensitif
e.
Pemenuhan kebutuhan secara cepat
f.
Pelayanan secara komfrehensif
g.
Menghindari sikap belas kasihan
h.
Pelayanan yang cepat dan tepat
i.
Pelayanan yang bermutu
j.
Pelayanan yang efektif dan efesien
k.
Pelayanan yang akuntabel.
Dalam memberi asuhan
keperawatan, perawat di PSTW harus dapat berfungsi sebagai pengganti keluarga
yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial.
Pemberian asuhan kepada
usia lanjut harus mengacu pada fungsi keluarga, yaitu fungsi afektif (saling
asah,asih, asuh, cinta kasih, menerima, dan menghargai) dengan mempertahankan
iklim yang positif. Fungsi sosialisasi harus selalu menciptakan interaksi yang
harmonis sehingga mampu berperan di PSTW. PSTW mempunyai fungsi sebagai:
Pusat pelayaan kesejahteraan sosial
dengan kegiatan yang mencakup:
a.
Pemenuhan kebutuhan hidup berupa papan,
pangan dan sandang
b.
Pemeliharaan kesehatan dan perawatan
c.
Pelaksaan kegiatan dalam rangka mengisi
waktu luang dengan kegiatan bermanfaat, termasuk kegiatan rekreasi.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat