google adsense

Thursday, August 3, 2017

KONSEP IMUNISASI

Imunisasi
1.      Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan. Sasaran imunisasi adalah bayi (di bawah 1 tahun), wanita usia subur(WUS) adalah wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil(Bumil) dan calon pengantin(Catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar. (Depkes RI,2005).
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa di cegah dengan imunisasi, misalnya penyakit TBC, diphtheria ,tetanus, pertusis, polio, campak dan hepatitis B. bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin MMR untuk mencegah measles(campak),mumps(parotitis),dan rubela(campak jerman). Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka kita harapkan dapat dicegah timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian. (soetjiningsih,1995,p 135)

2.      Jenis-jenis imunisasi
a.       Kuman hidup yang dilemahkan
1)      Kuman pathogen diberikan zat-zat kimia atau panas untuk mengurangi virulensinya,tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
2)      Contoh-contoh dari imunisasi ini antara lain vaksin campak, gondong, rubella(MMR, measles, mumps, rubella) dan vaksin virus polio oral
b.      Kuman terinaktivasi
1)      Toksoid,misalnya tetanus,difteri, merupakan bakteri eksotoksin yang telah dilumpuhkan dengan formalin atau panas sehingga membentuk agen nontoksik terinaktivasi tapi masih tetap anti gen
2)      Toksin virus terinktivasi,misalnya virus polio terinaktivasi, pertusis, Hib,HB, dipakai untuk membunuh organisme virus atau bagian-bagian organisme untuk menghasilkan kekebalan.
c.       Imunoglobin
1)      Imuglobin(IG) atau imunoglobin intravena (IVIG, intravenous immune globulin) merupaka larutan yang mengandung antibody dari kumpulan besar plasma darah manusia. Imunoglobin terutama digunakan untuk mempertahankan kekebalan individu yang mengalami difisiensi imun dan untuk imunitas pasif melawan campak dan  hepatitis A.
2)      Imunoglobin spesifik merupakan preparat khusus yang diperoleh dari praseleksi kumpulan donor dengan kandungan tinggi antibody untuk melawan antigen spesifik. Sebagai contoh termasuk imunoglobin varisela-zoster, imuglobin hepatitis B, imunoglobin tetanus, dan imunoglobin virus sinsitial pernafasan,
3)      Kontraindikasi penggunaan meliputi hipersensitivitas belum ada kepastian aman bagi kehamilan.
4)      Efek sampingnya termasuk nyeri, nyeri tekan, kekakuan otot pada satu sisi, dan kemungkinan reaksi sistemik seperti sakit kepala nyeri dada, pusing, seperti mau pingsan,mual urtikaria,dan artralgia. (muscari, Mery E, 2005,p 172).


3.        Jadwal imunisasi
Anak-anak harus sudah dapat imunisasi yang lengkap sesuia jadwal pada mereka masuk sekolah dasar.

Umur
vaksin
Keterangan
Saat lahir
Hepatitis B-1
·         BH harus diberikan dalam waktu 12 jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 sampai 6 bulan. Apabila status  HbsAg-B ibu positif dalam waktu 12 jam setelah lahir diberikan  HBlg 0,5 ml bersama dengan vaksin  HB-1. Apabila semua status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan selanjutnya diketahui  bahwa ibu HbsAg positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
Polio
·         Polio-o diberikan saat kunjungan pertama. Untuk bayi yang baru lahir  di RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan ( untuk menghindari tranmisi virus vaksin ke pada bayi lain )
1 bulan
Hepatitis-B2
·         Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan, interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan
0-2 bulan
BCG
·         BCG dapat diberika sejak lahir . apabila BCG akan diberikan pada umur  > 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan BCG diberikan apabila uji tuberculin negative.
2 bulan
DTP-1
·         DTP-1 diberika pada anak berumur lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan dengan kombinasi Hib-1 ( PRP-T)
Hip
·         Hip-1 diberika mulai umur 2 bulan secara interval selama 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau kombinasi dengan DTP-1
Polio
·         Polio-1 dapat diberikan secara bersama dengan DTP-1
4 Bulan
DTP-2
·         DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hip-2 ( PRP-T )
Hip-2
·         Hip -2 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan DTP-2
Polio-2
·         Polio-2 diberikan bersama dengan DTP-2

6 Bulan
DTP-3
·         DTP-3 dapat diberikan terpisah atau dikombinasikan dengan Hip ( PRP-T)
Hip
·         Apabila mempergunakan Hip-OMP, Hip-3npada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
Polio-3
·         Polio-3diberikan sam dengan DTP-3
Hepatitis B-3
·         HB-3 diberikan umur 6 bulan, untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2 bulan terbaik 5 bulan.
9 bulan
Campak-1
·         Campak-1 diberikan pada umur 9 bulan, campak-2 merupaka program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila telah dapat MMR pada umur 15 bulam, campak-2 tidak diperlukan lagi.
15-18 bulan
MMR
·         Apabila umur 12 bulan belum mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
Hip-4
·         Hip-4 diberikan pada 15 bulan  ( PRP-T dan PRP-OMP
18 bulan
DTP-4
·         DTP-4 ( DTwp atau DTap ) diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
Polio-4
·         Polio-4 diberikan bersamaan dengan DTP-4
2 tahun
Hepatitis A
·         Vepatitis HepA derekomendasikan pada umur > 2 tahun diberikan 2 kali sehari dengan interval 6-12 bulan.
2-3 tahun
tifiod
·         Vaksin tifoid polisakarida injeksi direkomendasiakan  untuk umur >2 tahun . imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3 tahun
5 tahun
DTP-5
·         DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun ( DTwp / DTap)
Polio-5
·         Polio-5 diberika bersama dengan DTP-5
6 tahun
MMR
·         Diberikan untuk cath-up immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1
10 tahun
Dt/TT
·         Menjelang puberitas vaksin tetanus ke 5 ( dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan immunitas selama 25 tahun .
Varisela
·         Vaksin varisela diberika pada umur 10 tahun

4.      Imunisasi rutin yang direkomendasikan
a.       Difteri
1)      DPT pelindungan penyakit difteri ( infeksi tenggorokan), pertusi( batuk rejan), dan tetanus.
2)      jalur pemberian injeksi intramuskular & subkutan
3)      Secara umum diberikan dengan tetanus( pada anak-anak usia<7 tahun  sebagai dT) atau dengan tetanus dan pertusis(pada anak usia >7 tahun sebagai DaPT)
4)      Kontraindikasi jika mengalami anafilaksi mendadak atau ensefalopati dalam 7 hari sebelumnya. Tidak di kontraindikasikan selama kehamilan, tetapi wanita harus menunggu sampai trisimester kedua.
5)      Relative tidak terdapat efek samping.
b.      Pertusis
1)      jalur pemberian injeksi intramuskular
2)      Bentuk aselular yang di gunakan terdiri dari satu atau lebih imunogen turunan dari Bordetella pertussis. Bentuk ini dikaitkan dengan efek samping yang timbul baik local maupun sistemik lebih sedikkit. Bentuk terbaru yang terdaftar antara lain Acel-Immune, Tripedia,dan Infantrix(diphtheria,acellular pertussis conjugate,and tetanus toxoid,DaPT)
3)      Kontraindikasi adalah masalah neuronlogis dan reaksi berat sebelumnya seperti gangguan  kejang yang tidak terkontrol atau ditangani secara buruk.
4)      Efek samaping dapat bersifat local, ringan, atau parah
a)      Efek samping local antara lain warna kemerahan, nyeri tekan dan pembengkakan pada sisi yang sakit.
b)      Efek samping ringan meliputi demam ( suhu > 400 ), menangis, dan peka terhadap rangsangan.
c)      Efek samping berat meliputi tangisan yang melengking kuat, demam ( suhu 40o C), kejang, hipotonia, dan ensefalopati dengan kerusakan otak dan kematian.
c.       Tetanus
1)      alur pemberian injeksi intramuskular & subkutan
2)      Toksoid digunakan untuk imunisasi  rutin.imunoglobin tetanus memberikan imunitias pasif dan di gunakan dalam penatalaksaan luka.
3)      Kontaindikasi pada reaksi yang berat atau anafilaksasi sebelumnya.
4)      Efek samping berupa nyeri pada sisi injeksi anafilaksasi ( jarang ).
d.      Polio
Polio berupa vaksin oral atau pun injeksi merupakan bentuk trivalent ( mengandung ketiga bentuk virus polio ).
1)      Vaksin polio terinaktivasi ( IPV) misalnya, salk
a)      IPV saat ini digunakan untuk imunisasi primer pada bayi sehat berusia 2,4,6 bulan dan untuk anak-anak dengan gangguan imunodefisiensi yang kontak dekat penderita polio. Saat ini OPV digunakan untuk boosters p[sds usia 12 samapai 8 bulan, dan usia 4 sampai 6 tahun.
b)      Kontrakindikasi terhadap individu yang mengalami reaksi anafilaktik terhadap steptomisin)
2)      Vaksin polio oral ( OPV )
a)      Vaksin dari kuman yang hidup yang lemahkan terlebih efektif dibandingkan dengan IPV.
b)      Kontraindikasi antara lain pada penyakit imunnodefisiensi kongetal, AIDS, gangguan respon imun ( steroid, leukemia atau kemotrapi), anggota keluarga dengan salah satu diantaranya menderita gangguan-gangguan di atas  ( OPV dapat ditemukan dalam feses dan dapat ditularkan ke orang lain ) dan kehamilan.
c)      Efek samping nya sedikit bila ada , namun anak yang mendapat vaksin dengan resiko OPV berkembang ke kondisi paralisis polio terkait vaksin  ( VAPP-vaccine associated polio paralysis ) yang jarang terjadi.
e.       MMR ( meales, mumps, rubella ). Vaksin MMR ( campak, cacar, rubella) harus diberikan setelah usia 12 bulan ketika keefektivitas antibody maternal telah menghilang.
1)      Perlindungan penyakit campak dan campak jerman . jalur pemberian injeksi intramuskular subkutan & oral
2)      Kontraindikasi termask imunosupsi ( kecuali HIV), kehamilan dan alergi terhadap telur dan neomisin.
3)      Efek samping antara lain ruam, pruritus, deman derjat rendah dan artalgia serta artitis transien dari rubella ( terutama pada orang dewasa) , vaksin campak dapat menyebabkan hasil negative palsu yang tajam ( pada uji tuberculosis)
f.       Hemofilus influenza tipe-B ( Hip)
1)      Imunisasi ini melindungi terhadap beberapa penyakit serius byang disebabkan oleh Hip, mencakup meningitis, epiglotitis, pneumonia, sepsis dan arthritis septic.
2)      Jenis –jenis vaksin Hib yang terdaftar antara lain :
a)      Vaksin Hip konjugat oligosakarida ( HbOC; HipTITER ) diberikan dalam jadwal 4 dosis dengan 3 kali injeksi primer ditambah satu kali booster pada usia 15 bulan.
b)      Kojugat protein meningokokal vaksin konjugat hemofilus b ( PRP-OMP,PedvaxHIP ) diberikan dalam jadwal 3 kali dengan dosis dua injeksi primer ditambah satu kali booster pada usia 12 bulan.
c)      Kojugat toksoid fosfat – tetanus poliribosilribitol ( PRP-T, AvtHib, OmniHob ) tidak diperbolehkan untuk anak0anak usia dibawah umur 12 bulan.
d)     Com Vax, suatu preparat kombinasi antara vaksin hepatitis dan Hib untuk menurunkan jumlah injeksi yang diterima bayi.
3)      Tidak terdapat kontraindikasi dan efek samping yang timbul tergolong ringan ( mis, kemungkinan rasa tidak nyaman dan demam derajat rendah ). (Muscari, Mery E, 2005, p175)
Deskripsi vaksin influenza
Memberikan perlindungan terhadap strain influenza direkomendasikan untuk anak-anakn usia 6 bulan atau lebih dengan gangguan kronis sistem kardiovaskular atau pulmonal, termasuk asma yang sangat menuntut perawatan medis regular atau hospitalisasi selama tahun-tahun sebelunya: anak yang memenuhi syarat termasuk mereka dengan diabetes militus, disfungsi ginjal, anemia, imunosupresi, infeksi HIV, atau mereka yang menggunakan terapi aspirin jangka panjang(karena resiko terjadinya sindrom Reye setelah infeksi influenza)
Pemberian atau kewaspadaan
Diberikan pada musim gugur, terutama November: diulang setiap tahun. Injeksi intramuscular: 2 dosis vaksin spilit sedikitnya 4 minggu untuk anak-anak usia 12 tahun atau kurang: 1 dosis split atau vaksin keseluruhan untuk anak-anak lebih dari 12 tahun. Dikontraindikasikan pada individu dengan hipersensitivitas anafilaktik terhadap telur dapat diberikan secara bersamaan dengan imunisasi lain tetapi pada sisi berbeda. (wong,Donnal L, 2004.p 237).
g.      Vaksin virus Hepatitis A (HAVRIX)
      Memberikan perlindungan terhadap virus hepatitis A. dianjurkan untuk anak-anak berusia 2 tahun atau lebih yang beresiko tinggi terhadap hepatitis A, pelaku perjalanan pada area endemik pada hepatitis A, anggota militer, populasi etnik dan geografik dengan epidemic siklus hepatitis A, seperti orang Amerika asli dan komunitas Alaska, homoseksual, penggunaan obat IV dan penggunaan obat terlarang bukan injeksi, pasien penyakit hati kronis, individu dengan resiko pekerjaan terhadap pemajanan, seperti perawatan anak dan pekerja intitusional, serta pemelihara binatang primata, dan pekerja laboratorium yang menangani virus Hepatitis A hidup. Hepatitis A  perlindungan dari penyakit hati ( Deman, malaise, anoreksia,mual, rasa tidak nyaman di perut,urien pekat dan jaundis) .Jalur pemberian injeksi intramuskular
Pemberian atau kewaspadaan
Injeksi insttramuskular, 2 dosis, satu bulan, kapan saja antara usia 2 dan 18 tahun, dosis booster diberikan 6 sampai 12 bulan setelah dosis kedua. (wong,Donnal L, 2004.p 237).
h.      Hepatitis B (HB)
1)      Perlindungan penyakit sirosis hati
2)      jalur pemberian injeksi intramuskular
3)      Direkomendasikan sebagai imunisasi universal yang mulai diberikan pada saat baru lahir dan selanjutnya sebagai berikut:
a)      Bayi yang lahir dari ibu dengan antigen permukaan hepatitis B (HbsAg, hepatitis B surface antigen) negative, menerima vaksin HB dosis kedua paling lambat 1 bulan setelah vaksin HB pertama. Dosis ketiga diberikan paling lama 4 bulan setelah di berikan dosis pertama, 2 bulan setelah pemberian dosis kedua, dan tidak diberikan sebelum usia anak mencapai 6 bulan.
b)      Bayi yang lahir dari ibu HbsAg positif menerima vaksin hepatitis dan 0,5 mL imunoglobin hepatitis B (HBIG, hepatitis B immunoglobin) 12 jam setelah lahir pada tempat injeksi yang terpisah. Dosis keduan dianjurkan pada usia 1 sampai 2 bulan, dosis ketiga di anjurkan pada usia 6 bulan.
c)      Bayi yang lahir dari ibu dari status HbsAg tidak diketahui harus menerima vaksin hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir. Darah meternal yang keluar pada saat melahirkan digunakan untuk menentukan status. Apabila HbsAg ibu positif, bayi harus menerima HBIG secepatnya (usia bayi tidak lebih dari 1 minggu).
4)      Anak-anak dan remaja yang belum mendapat imunisasi hepatitis B dapat memulai serangkaian imunisasi ini setip saat. Ketiga dosis tersebut dianjurkan diberikan dalam interval 0-1, 6 bulan.
5)      Efek samping antara lain kemerahan dan nyeri tekan pada sisi injeksi (jarang).
i.        Varisela
1)      Perlindungan penyakit cacar air
2)      Jalur pemberian Injeksi subkutan
3)      Vaksin varisela-zoster (VZS, varicella-zoster vaccine) merupakan vaksin kuman hidup yang diberikan setelah usia 12 bulan. Anak-anak yang tidak mendapat imunisasi diatas 13 tahun dan tidak mengidap penyakit tersebut memerlukan 2 dosis, pada 4 sampai 8 minggu secara terpisah.
4)      Tindakan pencegahan sama dengan pencegahan pada MMR.

5.      Kontraindikasi umum,tindakan pencegahan,dan hal yang direkomendasikan.
a.       Jangan berikan imunisasi selama terjadi dpenyakit demam berat.
b.      Hindari pemberian imunisasi dengn virus hidup pada anak-anak yang mengalami gangguan sistem imun(pengecuali untuk MMR pada anak dengan penyakit HIV) dan untuk anak-anak yang tinggal dissekitar imunosupresi.
c.       Tunda imunisasi dengan virus hidup selam 3-7 bulan pada anak=anak yang baru saja menerima kekebalan pasif melalui tranfusi darah, immunoglobulin, atau antibody maternal.
d.      Hindari pemberian imunisasi dengan virus hidup selama kehamila dan pada wanita yang kemungkinan akan hamil dalam waktu 3 bulan.
e.       Jangan berikan vaksin jika anak elergi terhadap vaksin atau setiap bagian dari komponen vaksin tersebut.
f.       Jumlah disis dari vaksin hidup harus di pisahkan dengan jarak minimal 30 hari, tetapi lebih dari 1 dosis vaksin hidup dapat diberikan pada hari yang sama. Interval yang lebih cepat membatasi anti bodi untuk berespon dan menyebabkan dosis kedua tidak efektif
g.      Bayi-bayi premature diimunisasi pada usia kronoligis yang sesuai dengan berat badan.

6.      Imunisasi nonmandatori(tambahan)
a.       Vaksin virus influenza
1)      Vaksin memberikan perlindungan terhadap srain influenza
2)      Dianjurka pada anak berusia lebih dari 6 bulan, yang memiliki penyakit kronis(seperti gangguan pernafasan atau jantung, penyakit ginjal, dan diabetes militus), penyakit HIV, dan anak-anak yang menerima terapi aspirin jangka panjang(resiko terhadap sindrom Reye)
3)      Vaksin diberikan pada saat musim gugur dan harus diulangi setiap tahun: 2 dosis dibderikan 4 minggu secara terpisah untuk anak berusia 12 tahun, 1 dosis untuk semua anak yang berusia diatas 12 tahun
4)      Dikontraindikasikan pada anak-anak yang elergi terhadap telur.
5)      Vaksin dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi anak lainya.
b.      Vaksin peneumokokus
1)      Vaksin memberikan perlindungan terhadap beberpa strai streptococcus pneumonia.
2)      Vaksin dianjurkan untuk anak-anak usia 2 tahun atau lebih yang menderita anemia sel sabit, asplenia,HIV,dan limfoma Hodgkin.
3)      Vaksin dapat diberikan melalu jalur subkutan(SQ) atau intramuscular(IM) vaksinasi ulang tidak dianjurkan
4)      Vaksin harus ditunda pada kehamilan.
c.       Vaksin meningokokus
1)      Vaksin memberikan perlindungan terhadap Neisseria meningitides
2)      Dianjurka bagi anak usia 2 tahun atau lebih yang menderita defisiensi komplomen terminal dan asplemia anatomic atau fungsional.
4)      Durasi perlindungan tidak diketahui: keaman bagi kehamilan belum dipastikan. (Muscari, Mery E, 2005, p 177).



7.      Kemungkinan efek samping dari imunisasi anak yang direkomendasikan dan tanggung jawab keperawatan
imunisasi
reaksi
Tanggung jawab keperawatan
Virus hepatitis B
Ditoleransi dengan baik,efek samping sedikit
Jelaskan pada orang tua alas an untuk imunisasi ini. Pertimbangkan bahwa biaya untuk 3 injeksi mungkin dapat berpengaruh.
Difteria
Biasanya demam dalam 24 sampai 48 jam sakit, kemerahan, dan bengkak pada sisi injeksi. Perubahan perilaku: mengantuk,rewel, anoreksia, menangis lama atau tidak biasa.
Tanggung jawab keperawatan untuk pemberian DTP sama dengan pada imunisasi difteria. Tetanus dan pertusis. Intruksi untuk DTP: beri tahu orang tua tentang kemungkinan efek samping.
Tetanus
Sama dengan difteria tatapi dapat mencakup urtikaria dan malaise. Semua mempunyai awitan lambat dan berakhir beberapa hari. Benjolan pada sisi injeksi dapat hilang selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tetapi hialang secara bertahap.
Penggunaan profilaktik asetaminofen yang direkomendasikan pada waktu imunisasi DTP dan setiap 4 sampai 6 janm untuk total dosis 3. Anjurkan orang tua untuk member tahu praktisi dengan segera tentang efek samping yang tidak biasanya, seperti yang disebutkan pada difteria. Tetanus, pertusis atau pertusisnaselular( DTP/ DTaP)
Pertusis
Sama dengan tetanus tetapi dapat mencakup kehilangan kesadaran, kejang, episode menangis yang sulit diam dan persisten, tanda neurologis umum atau fokal, demam ( suhu diatas 40,5°C), reaksi alergi sistemik.
Sebelum pemberian dosis DTP selanjutnya, ketahui tentang reaksi-reaksi, khususnya yang terdapat pada difteria, tetanus,pertusis aseluler.
Haemophilus influenza tipe B
Reaksi local ringan (eritema,nyeri) pada sisi injeksi, demam ringan.
Beri tahu orang tua tentang kemungkinan efek samping ringan.
Virus polia (OPV)
Secara esensial tidak ada efek samping yang segera. Paralisis karena vaksin jarang terjadi dalam 2 bulan imunisasi (risiko diperkirakan 1:7,8 juta dosis), lebih cenderung terjadi pada kontak erat dari pada resipien OPV.
Kaji adanya anggota keluarga beresiko akibat OPV trivalent karena status difisiensi imun.
Measles (campak)
Anoreksia, malaise, ruam, dan demam dapat terjadi 7 sampai 10 hari setelah imunisasi. Jarang(risiko diperkirakan 1:1 juta dosis) ensefalitis dapat terjadi.
Beri tahu orang tua tentang efek samping umum dan penggunaan antipiretik untuk demam. Bila demam menetap dengan tanda samar lainnya, anjurkan mereka untuk member tahu dokter dengan segera.
Mumps (gondongan)
Secara esensial tidak ada efek samping lain selain demam ringan yang singkat.
Lihat keterangan umum untuk orang tua
Rubela

Demam, limfadenopati, atau ruang ringan yang berakhir 1 atau 2 hari dalam beberapa hari setelah imunisasi. Artralgia, arthritis, atau parestesia tangan dan jari dapat terjadi kira-kira 2 minggu setelah vaksinasi dan lebih umumnya pada anak yang lebih besar dan orang dewasa.
Beri tahu orang tua tentang efek samping, khususnya pelambatan waktu sebelum pembengkakan sendi dan nyeri, yakinkan mereka bahwa gejala ini akan menghilang. Dapat dianjurka pengguanan asetaminofen untuk nyeri.
Virus varisela zoester (VZV)
Minimal, khususnya sebelum remaja. Remaja: nyeri, nyeri tekan, kemerahan pada sis injeksi makopapular atau variselaformis karena vaksin ringan pada sisi injeksi atau tempat lain.
Lihat keterangan umum untuk orang tua.
(wong,Donnal L, 2004.p 241).

Referensi
Wong,D.L.2004. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Muscari, Mary E.2005. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat