Imunisasi
1.
Definisi
Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan atau
meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga
bila kelak ia terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit
ringan. Sasaran imunisasi adalah bayi (di bawah 1 tahun), wanita usia
subur(WUS) adalah wanita berusia 15-39 tahun termasuk ibu hamil(Bumil) dan
calon pengantin(Catin) serta anak usia sekolah tingkat dasar. (Depkes RI,2005).
Pemberian imunisasi pada anak adalah penting untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas terhadap penyakit-penyakit yang bisa di
cegah dengan imunisasi, misalnya penyakit TBC, diphtheria ,tetanus, pertusis,
polio, campak dan hepatitis B. bahkan sekarang telah masuk ke Indonesia vaksin
MMR untuk mencegah measles(campak),mumps(parotitis),dan rubela(campak jerman).
Dengan melaksanakan imunisasi yang lengkap maka kita harapkan dapat dicegah
timbulnya penyakit-penyakit yang menimbulkan cacat dan kematian. (soetjiningsih,1995,p
135)
2.
Jenis-jenis
imunisasi
a. Kuman
hidup yang dilemahkan
1) Kuman
pathogen diberikan zat-zat kimia atau panas untuk mengurangi
virulensinya,tetapi tidak membunuh organisme tersebut.
2) Contoh-contoh
dari imunisasi ini antara lain vaksin campak, gondong, rubella(MMR, measles,
mumps, rubella) dan vaksin virus polio oral
b. Kuman
terinaktivasi
1)
Toksoid,misalnya tetanus,difteri,
merupakan bakteri eksotoksin yang telah dilumpuhkan dengan formalin atau panas
sehingga membentuk agen nontoksik terinaktivasi tapi masih tetap anti gen
2) Toksin
virus terinktivasi,misalnya virus polio terinaktivasi, pertusis, Hib,HB,
dipakai untuk membunuh organisme virus atau bagian-bagian organisme untuk
menghasilkan kekebalan.
c. Imunoglobin
1) Imuglobin(IG)
atau imunoglobin intravena (IVIG, intravenous immune globulin) merupaka larutan
yang mengandung antibody dari kumpulan besar plasma darah manusia. Imunoglobin
terutama digunakan untuk mempertahankan kekebalan individu yang mengalami
difisiensi imun dan untuk imunitas pasif melawan campak dan hepatitis A.
2) Imunoglobin
spesifik merupakan preparat khusus yang diperoleh dari praseleksi kumpulan
donor dengan kandungan tinggi antibody untuk melawan antigen spesifik. Sebagai
contoh termasuk imunoglobin varisela-zoster, imuglobin hepatitis B, imunoglobin
tetanus, dan imunoglobin virus sinsitial pernafasan,
3) Kontraindikasi
penggunaan meliputi hipersensitivitas belum ada kepastian aman bagi kehamilan.
4) Efek
sampingnya termasuk nyeri, nyeri tekan, kekakuan otot pada satu sisi, dan
kemungkinan reaksi sistemik seperti sakit kepala nyeri dada, pusing, seperti
mau pingsan,mual urtikaria,dan artralgia. (muscari, Mery E, 2005,p 172).
3.
Jadwal imunisasi
Anak-anak
harus sudah dapat imunisasi yang lengkap sesuia jadwal pada mereka masuk
sekolah dasar.
Umur
|
vaksin
|
Keterangan
|
Saat
lahir
|
Hepatitis
B-1
|
·
BH harus diberikan dalam waktu 12
jam setelah lahir, dilanjutkan pada umur 1 sampai 6 bulan. Apabila
status HbsAg-B ibu positif dalam waktu
12 jam setelah lahir diberikan HBlg 0,5
ml bersama dengan vaksin HB-1. Apabila
semua status HbsAg ibu tidak diketahui dan ternyata dalam perjalanan
selanjutnya diketahui bahwa ibu HbsAg
positif maka masih dapat diberikan HBlg 0,5 ml sebelum bayi berumur 7 hari.
|
Polio
|
·
Polio-o diberikan saat kunjungan
pertama. Untuk bayi yang baru lahir di
RB/RS polio oral diberikan saat bayi dipulangkan ( untuk menghindari tranmisi
virus vaksin ke pada bayi lain )
|
|
1
bulan
|
Hepatitis-B2
|
·
Hb-2 diberikan pada umur 1 bulan,
interval HB-1 dan HB-2 adalah 1 bulan
|
0-2
bulan
|
BCG
|
·
BCG dapat diberika sejak lahir .
apabila BCG akan diberikan pada umur
> 3 bulan sebaiknya dilakukan uji tuberculin terlebih dahulu dan
BCG diberikan apabila uji tuberculin negative.
|
2
bulan
|
DTP-1
|
·
DTP-1 diberika pada anak berumur
lebih dari 6 minggu, dapat dipergunakan DTwp atau DTap. DTP-1 diberikan
dengan kombinasi Hib-1 ( PRP-T)
|
Hip
|
·
Hip-1 diberika mulai umur 2 bulan
secara interval selama 2 bulan. Hib-1 dapat diberikan secara terpisah atau
kombinasi dengan DTP-1
|
|
Polio
|
·
Polio-1 dapat diberikan secara
bersama dengan DTP-1
|
|
4
Bulan
|
DTP-2
|
·
DTP-2 (DTwp atau DTap) dapat
diberikan secara terpisah atau dikombinasikan dengan Hip-2 ( PRP-T )
|
Hip-2
|
·
Hip -2 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan DTP-2
|
|
Polio-2
|
·
Polio-2 diberikan bersama dengan
DTP-2
|
|
6
Bulan
|
DTP-3
|
·
DTP-3 dapat diberikan terpisah
atau dikombinasikan dengan Hip ( PRP-T)
|
Hip
|
·
Apabila mempergunakan Hip-OMP,
Hip-3npada umur 6 bulan tidak perlu diberikan.
|
|
Polio-3
|
·
Polio-3diberikan sam dengan DTP-3
|
|
Hepatitis
B-3
|
·
HB-3 diberikan umur 6 bulan,
untuk mendapatkan respons imun optimal, interval HB-2 dan HB-3 minimal 2
bulan terbaik 5 bulan.
|
|
9
bulan
|
Campak-1
|
·
Campak-1 diberikan pada umur 9
bulan, campak-2 merupaka program BIAS pada SD kelas 1, umur 6 tahun. Apabila
telah dapat MMR pada umur 15 bulam, campak-2 tidak diperlukan lagi.
|
15-18
bulan
|
MMR
|
·
Apabila umur 12 bulan belum
mendapatkan imunisasi campak, MMR dapat diberikan pada umur 12 bulan.
|
Hip-4
|
·
Hip-4 diberikan pada 15
bulan ( PRP-T dan PRP-OMP
|
|
18
bulan
|
DTP-4
|
·
DTP-4 ( DTwp atau DTap )
diberikan 1 tahun setelah DTP-3.
|
Polio-4
|
·
Polio-4 diberikan bersamaan
dengan DTP-4
|
|
2
tahun
|
Hepatitis
A
|
·
Vepatitis HepA derekomendasikan
pada umur > 2 tahun diberikan 2 kali sehari dengan interval 6-12 bulan.
|
2-3
tahun
|
tifiod
|
·
Vaksin tifoid polisakarida
injeksi direkomendasiakan untuk umur
>2 tahun . imunisasi tifoid polisakarida injeksi perlu diulang setiap 3
tahun
|
5
tahun
|
DTP-5
|
·
DTP-5 diberikan pada umur 5 tahun
( DTwp / DTap)
|
Polio-5
|
·
Polio-5 diberika bersama dengan
DTP-5
|
|
6
tahun
|
MMR
|
·
Diberikan untuk cath-up
immunization pada anak yang belum mendapatkan MMR-1
|
10
tahun
|
Dt/TT
|
·
Menjelang puberitas vaksin
tetanus ke 5 ( dT atau TT) diberikan untuk mendapatkan immunitas selama 25
tahun .
|
Varisela
|
·
Vaksin varisela diberika pada umur
10 tahun
|
4.
Imunisasi
rutin yang direkomendasikan
a. Difteri
1) DPT
pelindungan penyakit difteri ( infeksi tenggorokan), pertusi( batuk rejan), dan
tetanus.
2) jalur
pemberian injeksi intramuskular & subkutan
3) Secara
umum diberikan dengan tetanus( pada anak-anak usia<7 tahun sebagai dT) atau dengan tetanus dan
pertusis(pada anak usia >7 tahun sebagai DaPT)
4) Kontraindikasi
jika mengalami anafilaksi mendadak atau ensefalopati dalam 7 hari sebelumnya.
Tidak di kontraindikasikan selama kehamilan, tetapi wanita harus menunggu
sampai trisimester kedua.
5) Relative
tidak terdapat efek samping.
b. Pertusis
1) jalur
pemberian injeksi intramuskular
2) Bentuk
aselular yang di gunakan terdiri dari satu atau lebih imunogen turunan dari
Bordetella pertussis. Bentuk ini dikaitkan dengan efek samping yang timbul baik
local maupun sistemik lebih sedikkit. Bentuk terbaru yang terdaftar antara lain
Acel-Immune, Tripedia,dan Infantrix(diphtheria,acellular pertussis
conjugate,and tetanus toxoid,DaPT)
3) Kontraindikasi
adalah masalah neuronlogis dan reaksi berat sebelumnya seperti gangguan kejang yang tidak terkontrol atau ditangani
secara buruk.
4) Efek
samaping dapat bersifat local, ringan, atau parah
a) Efek
samping local antara lain warna kemerahan, nyeri tekan dan pembengkakan pada
sisi yang sakit.
b) Efek
samping ringan meliputi demam ( suhu > 400 ), menangis, dan peka
terhadap rangsangan.
c) Efek
samping berat meliputi tangisan yang melengking kuat, demam ( suhu 40o
C), kejang, hipotonia, dan ensefalopati dengan kerusakan otak dan kematian.
c. Tetanus
1) alur
pemberian injeksi intramuskular & subkutan
2) Toksoid
digunakan untuk imunisasi
rutin.imunoglobin tetanus memberikan imunitias pasif dan di gunakan
dalam penatalaksaan luka.
3) Kontaindikasi
pada reaksi yang berat atau anafilaksasi sebelumnya.
4) Efek
samping berupa nyeri pada sisi injeksi anafilaksasi ( jarang ).
d. Polio
Polio berupa vaksin
oral atau pun injeksi merupakan bentuk trivalent ( mengandung ketiga bentuk
virus polio ).
1) Vaksin
polio terinaktivasi ( IPV) misalnya, salk
a) IPV
saat ini digunakan untuk imunisasi primer pada bayi sehat berusia 2,4,6 bulan
dan untuk anak-anak dengan gangguan imunodefisiensi yang kontak dekat penderita
polio. Saat ini OPV digunakan untuk boosters p[sds usia 12 samapai 8 bulan, dan
usia 4 sampai 6 tahun.
b) Kontrakindikasi
terhadap individu yang mengalami reaksi anafilaktik terhadap steptomisin)
2) Vaksin
polio oral ( OPV )
a) Vaksin
dari kuman yang hidup yang lemahkan terlebih efektif dibandingkan dengan IPV.
b) Kontraindikasi
antara lain pada penyakit imunnodefisiensi kongetal, AIDS, gangguan respon imun
( steroid, leukemia atau kemotrapi), anggota keluarga dengan salah satu
diantaranya menderita gangguan-gangguan di atas
( OPV dapat ditemukan dalam feses dan dapat ditularkan ke orang lain )
dan kehamilan.
c) Efek
samping nya sedikit bila ada , namun anak yang mendapat vaksin dengan resiko
OPV berkembang ke kondisi paralisis polio terkait vaksin ( VAPP-vaccine associated polio paralysis )
yang jarang terjadi.
e. MMR
( meales, mumps, rubella ). Vaksin MMR ( campak, cacar, rubella) harus
diberikan setelah usia 12 bulan ketika keefektivitas antibody maternal telah
menghilang.
1) Perlindungan
penyakit campak dan campak jerman . jalur pemberian injeksi intramuskular
subkutan & oral
2) Kontraindikasi
termask imunosupsi ( kecuali HIV), kehamilan dan alergi terhadap telur dan
neomisin.
3) Efek
samping antara lain ruam, pruritus, deman derjat rendah dan artalgia serta
artitis transien dari rubella ( terutama pada orang dewasa) , vaksin campak
dapat menyebabkan hasil negative palsu yang tajam ( pada uji tuberculosis)
f. Hemofilus
influenza tipe-B ( Hip)
1) Imunisasi
ini melindungi terhadap beberapa penyakit serius byang disebabkan oleh Hip,
mencakup meningitis, epiglotitis, pneumonia, sepsis dan arthritis septic.
2) Jenis
–jenis vaksin Hib yang terdaftar antara lain :
a) Vaksin
Hip konjugat oligosakarida ( HbOC; HipTITER ) diberikan dalam jadwal 4 dosis
dengan 3 kali injeksi primer ditambah satu kali booster pada usia 15 bulan.
b) Kojugat
protein meningokokal vaksin konjugat hemofilus b ( PRP-OMP,PedvaxHIP )
diberikan dalam jadwal 3 kali dengan dosis dua injeksi primer ditambah satu
kali booster pada usia 12 bulan.
c) Kojugat
toksoid fosfat – tetanus poliribosilribitol ( PRP-T, AvtHib, OmniHob ) tidak
diperbolehkan untuk anak0anak usia dibawah umur 12 bulan.
d) Com
Vax, suatu preparat kombinasi antara vaksin hepatitis dan Hib untuk menurunkan
jumlah injeksi yang diterima bayi.
3) Tidak
terdapat kontraindikasi dan efek samping yang timbul tergolong ringan ( mis,
kemungkinan rasa tidak nyaman dan demam derajat rendah ). (Muscari, Mery E,
2005, p175)
Deskripsi
vaksin influenza
Memberikan perlindungan terhadap strain
influenza direkomendasikan untuk anak-anakn usia 6 bulan atau lebih dengan
gangguan kronis sistem kardiovaskular atau pulmonal, termasuk asma yang sangat
menuntut perawatan medis regular atau hospitalisasi selama tahun-tahun
sebelunya: anak yang memenuhi syarat termasuk mereka dengan diabetes militus,
disfungsi ginjal, anemia, imunosupresi, infeksi HIV, atau mereka yang
menggunakan terapi aspirin jangka panjang(karena resiko terjadinya sindrom Reye
setelah infeksi influenza)
Pemberian
atau kewaspadaan
Diberikan pada musim gugur, terutama
November: diulang setiap tahun. Injeksi intramuscular: 2 dosis vaksin spilit
sedikitnya 4 minggu untuk anak-anak usia 12 tahun atau kurang: 1 dosis split
atau vaksin keseluruhan untuk anak-anak lebih dari 12 tahun.
Dikontraindikasikan pada individu dengan hipersensitivitas anafilaktik terhadap
telur dapat diberikan secara bersamaan dengan imunisasi lain tetapi pada sisi
berbeda. (wong,Donnal L, 2004.p 237).
g. Vaksin
virus Hepatitis A (HAVRIX)
• Memberikan
perlindungan terhadap virus hepatitis A. dianjurkan untuk anak-anak berusia 2
tahun atau lebih yang beresiko tinggi terhadap hepatitis A, pelaku perjalanan
pada area endemik pada hepatitis A, anggota militer, populasi etnik dan
geografik dengan epidemic siklus hepatitis A, seperti orang Amerika asli dan
komunitas Alaska, homoseksual, penggunaan obat IV dan penggunaan obat terlarang
bukan injeksi, pasien penyakit hati kronis, individu dengan resiko pekerjaan
terhadap pemajanan, seperti perawatan anak dan pekerja intitusional, serta
pemelihara binatang primata, dan pekerja laboratorium yang menangani virus
Hepatitis A hidup. Hepatitis
A perlindungan dari penyakit hati (
Deman, malaise, anoreksia,mual, rasa tidak nyaman di perut,urien pekat dan
jaundis) .Jalur pemberian injeksi intramuskular
Pemberian
atau kewaspadaan
Injeksi insttramuskular, 2 dosis, satu
bulan, kapan saja antara usia 2 dan 18 tahun, dosis booster diberikan 6 sampai
12 bulan setelah dosis kedua. (wong,Donnal L, 2004.p 237).
h. Hepatitis
B (HB)
1) Perlindungan
penyakit sirosis hati
2) jalur
pemberian injeksi intramuskular
3) Direkomendasikan
sebagai imunisasi universal yang mulai diberikan pada saat baru lahir dan
selanjutnya sebagai berikut:
a) Bayi
yang lahir dari ibu dengan antigen permukaan hepatitis B (HbsAg, hepatitis B
surface antigen) negative, menerima vaksin HB dosis kedua paling lambat 1 bulan
setelah vaksin HB pertama. Dosis ketiga diberikan paling lama 4 bulan setelah
di berikan dosis pertama, 2 bulan setelah pemberian dosis kedua, dan tidak
diberikan sebelum usia anak mencapai 6 bulan.
b) Bayi
yang lahir dari ibu HbsAg positif menerima vaksin hepatitis dan 0,5 mL
imunoglobin hepatitis B (HBIG, hepatitis B immunoglobin) 12 jam setelah lahir
pada tempat injeksi yang terpisah. Dosis keduan dianjurkan pada usia 1 sampai 2
bulan, dosis ketiga di anjurkan pada usia 6 bulan.
c) Bayi
yang lahir dari ibu dari status HbsAg tidak diketahui harus menerima vaksin
hepatitis B dalam 12 jam setelah lahir. Darah meternal yang keluar pada saat
melahirkan digunakan untuk menentukan status. Apabila HbsAg ibu positif, bayi
harus menerima HBIG secepatnya (usia bayi tidak lebih dari 1 minggu).
4) Anak-anak
dan remaja yang belum mendapat imunisasi hepatitis B dapat memulai serangkaian
imunisasi ini setip saat. Ketiga dosis tersebut dianjurkan diberikan dalam
interval 0-1, 6 bulan.
5) Efek
samping antara lain kemerahan dan nyeri tekan pada sisi injeksi (jarang).
i.
Varisela
1) Perlindungan
penyakit cacar air
2) Jalur
pemberian Injeksi subkutan
3) Vaksin
varisela-zoster (VZS, varicella-zoster vaccine) merupakan vaksin kuman hidup
yang diberikan setelah usia 12 bulan. Anak-anak yang tidak mendapat imunisasi
diatas 13 tahun dan tidak mengidap penyakit tersebut memerlukan 2 dosis, pada 4
sampai 8 minggu secara terpisah.
4) Tindakan
pencegahan sama dengan pencegahan pada MMR.
5.
Kontraindikasi
umum,tindakan pencegahan,dan hal yang direkomendasikan.
a. Jangan
berikan imunisasi selama terjadi dpenyakit demam berat.
b. Hindari
pemberian imunisasi dengn virus hidup pada anak-anak yang mengalami gangguan
sistem imun(pengecuali untuk MMR pada anak dengan penyakit HIV) dan untuk
anak-anak yang tinggal dissekitar imunosupresi.
c. Tunda
imunisasi dengan virus hidup selam 3-7 bulan pada anak=anak yang baru saja
menerima kekebalan pasif melalui tranfusi darah, immunoglobulin, atau antibody
maternal.
d. Hindari
pemberian imunisasi dengan virus hidup selama kehamila dan pada wanita yang
kemungkinan akan hamil dalam waktu 3 bulan.
e. Jangan
berikan vaksin jika anak elergi terhadap vaksin atau setiap bagian dari
komponen vaksin tersebut.
f. Jumlah
disis dari vaksin hidup harus di pisahkan dengan jarak minimal 30 hari, tetapi
lebih dari 1 dosis vaksin hidup dapat diberikan pada hari yang sama. Interval
yang lebih cepat membatasi anti bodi untuk berespon dan menyebabkan dosis kedua
tidak efektif
g. Bayi-bayi
premature diimunisasi pada usia kronoligis yang sesuai dengan berat badan.
6.
Imunisasi
nonmandatori(tambahan)
a. Vaksin
virus influenza
1) Vaksin
memberikan perlindungan terhadap srain influenza
2) Dianjurka
pada anak berusia lebih dari 6 bulan, yang memiliki penyakit kronis(seperti
gangguan pernafasan atau jantung, penyakit ginjal, dan diabetes militus),
penyakit HIV, dan anak-anak yang menerima terapi aspirin jangka panjang(resiko
terhadap sindrom Reye)
3) Vaksin
diberikan pada saat musim gugur dan harus diulangi setiap tahun: 2 dosis
dibderikan 4 minggu secara terpisah untuk anak berusia 12 tahun, 1 dosis untuk
semua anak yang berusia diatas 12 tahun
4) Dikontraindikasikan
pada anak-anak yang elergi terhadap telur.
5) Vaksin
dapat diberikan bersamaan dengan imunisasi anak lainya.
b. Vaksin
peneumokokus
1) Vaksin
memberikan perlindungan terhadap beberpa strai streptococcus pneumonia.
2) Vaksin
dianjurkan untuk anak-anak usia 2 tahun atau lebih yang menderita anemia sel
sabit, asplenia,HIV,dan limfoma Hodgkin.
3) Vaksin
dapat diberikan melalu jalur subkutan(SQ) atau intramuscular(IM) vaksinasi
ulang tidak dianjurkan
4) Vaksin
harus ditunda pada kehamilan.
c. Vaksin
meningokokus
1) Vaksin
memberikan perlindungan terhadap Neisseria meningitides
2) Dianjurka
bagi anak usia 2 tahun atau lebih yang menderita defisiensi komplomen terminal
dan asplemia anatomic atau fungsional.
4) Durasi
perlindungan tidak diketahui: keaman bagi kehamilan belum dipastikan. (Muscari,
Mery E, 2005, p 177).
7.
Kemungkinan
efek samping dari imunisasi anak yang direkomendasikan dan tanggung jawab
keperawatan
imunisasi
|
reaksi
|
Tanggung
jawab keperawatan
|
Virus
hepatitis B
|
Ditoleransi
dengan baik,efek samping sedikit
|
Jelaskan
pada orang tua alas an untuk imunisasi ini. Pertimbangkan bahwa biaya untuk 3
injeksi mungkin dapat berpengaruh.
|
Difteria
|
Biasanya
demam dalam 24 sampai 48 jam sakit, kemerahan, dan bengkak pada sisi injeksi.
Perubahan perilaku: mengantuk,rewel, anoreksia, menangis lama atau tidak
biasa.
|
Tanggung
jawab keperawatan untuk pemberian DTP sama dengan pada imunisasi difteria.
Tetanus dan pertusis. Intruksi untuk DTP: beri tahu orang tua tentang
kemungkinan efek samping.
|
Tetanus
|
Sama
dengan difteria tatapi dapat mencakup urtikaria dan malaise. Semua mempunyai
awitan lambat dan berakhir beberapa hari. Benjolan pada sisi injeksi dapat
hilang selama berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan tetapi hialang secara
bertahap.
|
Penggunaan
profilaktik asetaminofen yang direkomendasikan pada waktu imunisasi DTP dan
setiap 4 sampai 6 janm untuk total dosis 3. Anjurkan orang tua untuk member
tahu praktisi dengan segera tentang efek samping yang tidak biasanya, seperti
yang disebutkan pada difteria. Tetanus, pertusis atau pertusisnaselular( DTP/
DTaP)
|
Pertusis
|
Sama
dengan tetanus tetapi dapat mencakup kehilangan kesadaran, kejang, episode
menangis yang sulit diam dan persisten, tanda neurologis umum atau fokal,
demam ( suhu diatas 40,5°C), reaksi alergi sistemik.
|
Sebelum
pemberian dosis DTP selanjutnya, ketahui tentang reaksi-reaksi, khususnya
yang terdapat pada difteria, tetanus,pertusis aseluler.
|
Haemophilus
influenza tipe B
|
Reaksi
local ringan (eritema,nyeri) pada sisi injeksi, demam ringan.
|
Beri
tahu orang tua tentang kemungkinan efek samping ringan.
|
Virus
polia (OPV)
|
Secara
esensial tidak ada efek samping yang segera. Paralisis karena vaksin jarang
terjadi dalam 2 bulan imunisasi (risiko diperkirakan 1:7,8 juta dosis), lebih
cenderung terjadi pada kontak erat dari pada resipien OPV.
|
Kaji
adanya anggota keluarga beresiko akibat OPV trivalent karena status
difisiensi imun.
|
Measles
(campak)
|
Anoreksia,
malaise, ruam, dan demam dapat terjadi 7 sampai 10 hari setelah imunisasi.
Jarang(risiko diperkirakan 1:1 juta dosis) ensefalitis dapat terjadi.
|
Beri
tahu orang tua tentang efek samping umum dan penggunaan antipiretik untuk
demam. Bila demam menetap dengan tanda samar lainnya, anjurkan mereka untuk
member tahu dokter dengan segera.
|
Mumps
(gondongan)
|
Secara
esensial tidak ada efek samping lain selain demam ringan yang singkat.
|
Lihat
keterangan umum untuk orang tua
|
Rubela
|
Demam,
limfadenopati, atau ruang ringan yang berakhir 1 atau 2 hari dalam beberapa
hari setelah imunisasi. Artralgia, arthritis, atau parestesia tangan dan jari
dapat terjadi kira-kira 2 minggu setelah vaksinasi dan lebih umumnya pada
anak yang lebih besar dan orang dewasa.
|
Beri
tahu orang tua tentang efek samping, khususnya pelambatan waktu sebelum
pembengkakan sendi dan nyeri, yakinkan mereka bahwa gejala ini akan
menghilang. Dapat dianjurka pengguanan asetaminofen untuk nyeri.
|
Virus
varisela zoester (VZV)
|
Minimal,
khususnya sebelum remaja. Remaja: nyeri, nyeri tekan, kemerahan pada sis
injeksi makopapular atau variselaformis karena vaksin ringan pada sisi
injeksi atau tempat lain.
|
Lihat
keterangan umum untuk orang tua.
|
(wong,Donnal
L, 2004.p 241).
Referensi
Wong,D.L.2004.
Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Edisi 4. Jakarta : EGC
Muscari,
Mary E.2005. Keperawatan Pediatrik. Edisi 3. Jakarta : EGC
Soetjiningsih.
1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat