A. Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Menjelang Ajal
1. Pengertian
Sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien
lanjut usia tidak dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh.
Pengertian kematian/mati adalah apabila seseorang tidak dapat lagi teraba
denyut nadinya, tidak bernafas selama beberapa
menit, dan tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan
otak.
2. Penyebab Kematian
a.
Keganasan (Karsinoma hati, paru, mammae)
b.
Penyakit kronis, misalnya:
1)
CVD (cerebrovascular diseases)
2)
CRF (chronic renal failure (gagal
ginjal)
3)
Diabetes melitus (gangguan endokrin)
4)
MCI (myocard infarct (gangguan
kardiovaskular)
5)
COPD (chronic obstruction ppulmonary
diseases)
c.
Kecelakaan
3. Ciri-ciri/ tanda klien lanjut usia menjelang
kematian
a.
Gerakan dan penginderaan menghilang
secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khusus kaki dan
ujung kaki.
b.
Gerakan peristaltik usus menurun
c.
Tubuh klien lanjut usia tampak
mengembung
d.
Badan dingin dan lembap, terutama pada
kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
e.
Kulit tampak pucat, berwarna
kebiruan/kelabu.
f.
Denyut nadi mulai tidak teratur
g.
Nafas mendengkur berbunyi keras
(stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernafasan yang tidak
dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
h.
Tekanan darah menurun
i.
Terjadi gangguan kesadaran (ingatan
menjadi kabur).
4. Tahapan
Kematian
Tahap –tahap untuk itu tidak selamanya berurutan
secara tetap tetapi dapat saling tindih kadang-kadang seorang klien lanjut usia
melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke tahap itu. Lamanya
setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan, Aapbila
suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa ;timbul kesan seolah-olah
klien lanjut usia melompati satu tahap jika perawat memperhatikan secara
seksama dan cermat.
a. Tahap
pertama (tahap penolakan)
Tahap ini adalah kejutan
dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai dengan komentar : Saya? tidak
mungkin. selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut
menimpa semua orang kecuali dia. klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh
penolaknnya sehingga ia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang
dijelaskan kepadanya oleh perawat. ia malahan dapat menekan apa yang telah ia
dengar atau mungkin akan minta pertolongan dari berbagai macam sumber
profesional dan non professional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan
bahwa maut sudah ada di ambang pintu.
b. Tahap
kedua (tahap marah)
Tahap
ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan. klien lanjut
usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali klin lanjut usia akan selalu
mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah marah terhadap perawat dan
petugas –petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan. pada
tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada kutukan .
kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri klin lanjut usia . akan
tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan.
Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberikan penilaian
dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi uyang
terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
c. Tahap
ketiga (tahap tawar-menawar)
Pada
tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar, Aku, tetapi,…
Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan kesana sudah
dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan sendirinya . akan tetapi, pada
tahap tawar-menawar inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan
rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan hal-hal seperti
membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang –orang tercinta yang
ditinggalkan.
Selama
tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi
karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai dan harus
dibereskan sebelum mati. misalnya klien lanjut usia mempunyai satu permintaan
terakhir untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang kerabat,
melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan sebagainya. perawat
dianjurkan memenuhi permohonan itu
karena tawar menawae membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap
berikutnya.
d. Tahap
keempat (tahap sedih)
Tahap
ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : “ya, benar aku”, ini biasanya
merupakan saat-saat yang sedih, karena klien lanjut usia sedang dalam suasana
berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan
sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan itu harus harus
meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya . selama tahap
ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak banyak bicara dan sering menangis.
saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia
yang sedang melalui masa sedihnya sebelum mati.
e. Tahap
kelima (tahap akhir/tahap menerima)
tahap
ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien Lanjut Usia
telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin
berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya. tawar-menawar
sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan. seseorang mungkin saja
berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi bukanlah tahap pasrah yang
berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak berarti menerima
maut.
5. Hak asasi klien menjelang kematian
Lanjut usia berhak unutk diperlakukan sebagai manusia
yang hidup sampai ia mati. Adapun hak-hak lansia dalam Nugroho (2008) adalah:
a.
Berhak untuk tetap merasa mempunyai
harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah.
b.
Berhak untuk dirawat oleh mereka yang
dapat mnehidupkan terus harapan, walaupun dapat berubah.
c.
Berhak untuk merasakan perasaan dan
emosi mengenai kematian yang sudah dekat dengan caranya sendiri.
d.
Berhak untuk berpartisipasi dalam
pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
e.
Berhak untuk mengharapkan terus
mendapatkan perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus
diubah menjadi tujuan memberi rasa nyaman.
f.
Berhak untuk tidak mati dalam kesepian
g.
Berkah untuk bebas dalam rasa nyeri
h.
Berhak untuk memproleh jawaban yang
jujur atas pertanyaan
i.
Berhak untuk tidak ditipu
j.
Berhak untuk mendapatkan bantuan dari
dan untuk keluarganya dalam menerima kematian
k.
Berhak untuk mati dengan tenang dan
terhormat
l.
Berhak untuk mempertahankan
individualitas dan tidak dihakimi atas keputusan yang mungkin saja bertentangan
dengan orang lain.
m. Membicarakan
dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian
n.
Berhak untuk mengaharapkan bahwa
kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
6.
Proses keperawatan
a.
Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang
terus menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan
merencanakan asuhan keperawatannya secara perseorangan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya unutk mengenal
pasien dan keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan
membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan? Tindakan
pengobatan apa saja yang telah diberikan? Adakah dilaksanakan? Adakah bukti
mengenai pengetahuannya, prognosisnya, dan pada tahap proses kematian yang mana
pasien berada? Apakah menderita rasa nyeri? Apakah pasien menyadari keadaanya?
1)
Perasaan takut
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap nyeri yang
tidak terkendali yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit
terminal, terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang
ganas.perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehta apabila sedang merawat
orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara
yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap
nyeri, walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat
penghilang rasa nyeri, seperti aspirin, dehidrokodein, dan dektromoramid.
Semua
orang akan mengalami kematian tersebut.dalam mengahdapi kematian ni, pada
umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian
ini dapat membuat pasien tegang dan stres.
2)
Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang
kematian, antara lain mencela dan mudah
marah.
3)
Tanda Vital
Perubahan fungsi tubuh seringkali tercermin pada
suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologi
yang mengatur berkaitan satu sama lain. Setipa perubahan yang berlainan dengan
keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali
keadaan kesehatan seseorang.
4)
Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai
awas waspada, yang merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar,
dialami, dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, tekan, dan
sikap, bersikap adekuat, yaitu tepat dan sesuai. (Mahar Mardjono & P.
Sidharta, 1981).
Tingkat
Kesadaran
Tingkat Kesadaran
|
||
1
|
Komposmentis
|
Sadar sempurna
|
2
|
Apatis
|
Tidak ada perasaan/kesadaran menurun (masa bodoh)
|
3
|
Somnolen
|
Kelelahan (mengantuk berat)
|
4
|
Soporus
|
Tidur lelap patologis (tidur pulas)
|
5
|
Subkoma
|
Keadaan tidak sadar/hampir koma
|
6
|
Koma
|
Keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan
daya reaksi (keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak
dapat disadarkan).
|
5)
Fungsi Tubuh
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ.
Setiap organ mempunyai fungsi khusus. Perawat mengkaji penurunan fungsi tubuh
klien lansia menjelang ajal.
b.
Diagnosis keperawatan
1)
Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen
yang berhubungan dengan adanya penyumbatan jalan nafas
2)
Keterbatasan pergerakan yang berhubungan
dengan tirah baring lama.
3)
Cemas berhubungan dengan memikirkan
penyakitnya dan keluarga.
c.
Intervensi
Diagnosis
|
Tujuan
|
Intervensi
|
Evaluasi
|
|
Gangguan kebutuhan oksigen
|
Kebutuhan oksiegn terpenuhi
|
§ Menciptakan
lingkungan yang sehat
§ Mengamati
keadaan pernafasan klien
§ Melatih
klien untuk bernafas
|
Kebutuhan oksigenasi terpenuhi.
|
|
Keterbatasan pergerakan
|
Kebutuhan pergerakan
(sendi dan otot) terpenuhi
|
a.
Melatih range of motion
b.
Mengubah posisi setiap 2 jam
sekali.
|
Kebutuhan pergerakan dapat terpenuhi
|
|
Kecemasan
|
Rasa cemas hilang/berkurang
|
Menciptakan lingkungan yang terapeutik:
a.
Memodifikasi lingkungan sesuai
keinginan klien lansia.
b.
Mempertahankan suhu ruang yang
sesuai.
c.
Memberikan pencahayaan yang
cukup.
d.
Luangkan waktu untuk klien lansia
dan keluarga untuk mendiskusikan perasaan dan emosinya.
|
Rasa cemas dapat hilang/berkurang
|
d.
Perawatan paliatif pada lanjut usia
menjelang ajal
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif unutk
meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan.
Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis,
sosial , dan spiritual (Nugroho, 2008).
Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus
berpijak pada pola dasar yang digariskan oleh WHO dalam Nugroho (2008), yaitu:
1)
Meningkatkan kualitas hidup dan
menganggap kematian sebagai proses normal.
2)
Tidak mempercepat dan menunda kematian
lanjut usia
3)
Menghilangkan nyeri dan keluhan lain
yang mengganggu
4)
Menjaga keseimbangan psikologis dan
spiritual
5)
Berusaha agar lanjut usia yang sakit
tetap aktif sampai akhir hayatnya.
6)
Berusaha membantu mengatasi suasan duka
cita keluarga klien lanjut usia.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat