A.
Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera
A.
Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera
1.
Pengertian
jatuh dan kaitannya dengan cedera
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang
dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh
lebih besar dialami klien lansia. Selain lansia, riwayat jatuh terdahulu,
masalah pada sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan
sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih dan beberapa kategori diagnose
medis tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskular, neurologi dan
serebrovaskuler dapat meningkatkan resiko ini.
Jatuh dan cedera terkait telah memiliki beberapa
definisi (close, elise & hooper,1999; masud,2001). Jatuh dapat dipicu oleh 2 faktor utama yaitu
intrinsic dan ekstrinsik. Factor intrinsic adalah mereka yang memiliki asal
usul fisiologis, dan factor ekstrinsik adalah mereka berasal dari bahaya
lingkungan atau lainnya. Kegunaan dalam membedakan antara kedua factor risiko
tersebut akan memudahkan untuk mengidenfikasi strategi pencegahannya. Menurut
tinetti, speechly, dang inter (tinetti, speechley & ginter, 1998).mjatuh
pada populasi geriatric yang tidak dirawat didefinisikan sebagai “sebuah
peristiwa yang menngakibatkan mereka jatuh atau terbaring di atas tanah atau
lantai yang bukan di sebabkan oleh factor intrinsic seperti stroke. Sedangkan
“Agostini, Barker, dan Bogardus (2001) mengdopsi definisi bagi pasien yang
dirawat pada pelayanan kesehatan akut dan kronik dan mengidentifikasikan jayuh
sebagai hal yang terjadi tanpa di sengaja terjatuh atau terbaring di tanah,
lantai, atau tingkat rendah lainnya, tetapi bukan sebagai akibatdari factor
eksternal.
2.
Penyebab
jatuh sebagai kesalahan medis
Jatuh sangat berkaitan dengan kesalahan medis:
“kegagalan tindakan yang direncanakan (yaitu, kesalahan penatalaksaan) atau
“penggunaan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya” (yaitu, kesalahan
perencanaan), kesalahan penatalaksanaan merupakan kegagalan dalam melakukan
tindakan yang sudah direncanakan seperti penempatan bell panggilan yang jauh
dari pasien (committee on Data Standards for Patient safety, 2003; Committee on
quality of healt care in America, 1999).
3.
Dampak
cedera yang diakibatkan dari jatuh
Dari hasil
laporan kecelakaan pada pelayanan keperawatan akut yang digunakan oleh American
Nurses Association, Dational Database of Nursing Quality Indikators
(ANA-NDNQI), cedera yang diakibatkan oleh jatuh dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. None; tidak adanya cedera sekunder akibat
jatuh
b. Minor; mengindikasikan cedera tersebut
memerlukan intervensi sederhana.
c. Moderate; menunjukkan luka yang
membutuhkan jahitan atau balutan.
d. Major; cedera yang memerlukan operasi dan
pemeriksaan lebih lanjut (misalnya; untuk cedera neurologis)
e. Dead; mengacu pada hasil cedera
berkelanjutan akibat jatuh (American Nurses Assosiation).
4.
Pencegahan
Jatuh Dan Cedera
Untuk mencegah dan mengurangi resiko jatuh dan
cidera di rumah sakit, maka perawat bisa memaksimalkan penggunaan penyangga
tempat tidur dan restrain.
a. Penyangga tempat tidur
Gambar 2.7
Tempat tidur pasien bayi/anak.
|
b. Restrain
Restrain adalah salah satu dari sekian banyak peralatan
yang digunakan untuk membatasi mobilisasi klien. Penggunaan dan pemasngan
restrain memiliki lima kriteria:
1)
Restrain
membatasi gerakan klien seminimal mungkin.
2)
Restrain
tidak mengganggu pengobatan atau memperberat masalah kesehatan klien.
3)
Restrain
mudah diganti atau dilepas
4)
Restrain
tidak perlu mencolok
Ada beberapa jenis restrain. Restrain yang paling
banyak digunakan adalah:
1)
Restrain
jaket (restrain rompi)
Gambar 2.8
contoh restrain jaket/restrain rompi
|
2)
Restrain
sabuk (Restrain tali tubuh)
Gambar 2.9
contoh restrain sabuk
|
3)
Restrain
sarung tangan atau Restrain tapak tangan
Gambar 2.10
contoh restrain sarung tangan
|
4)
Restrain
ekstremitas
Gambar 2.11
contoh restrain ekstremitas
|
5)
Kursi
“geriatri” dan kursi roda yang digunakan untuk membatasi aktivitas klien juga
dapat di anggap sebagai restrain
Gambar 2.12
contoh restrain kursi geriatri
|
6)
Restrain
mumi
Gambar 2.13
contoh restrain mumi
|
7)
Restrain
siku
Gambar 2.14 contoh restrain siku
|
5.
Proses
keperawatan pada pasien jatuh dan cedera
a. Pengkajian
1) Riwayat keperawatan
2) Pengkajian fisik
a) Perubahan muskuloskeletal:
(1) Kekuatan dan fungsi otot menurun
(2) Sendi menjadi kurang dapat digerakkan
(3) Postur tubuh, umumnya menjadi kifosis
(4) Rentang gerak terbatas
b) Penurunan sistem saraf:
(1) Seluruh reflek volunter menjadi lebih
lamban.
(2) Penurunan kemampuan berespon terhadap
stimulus dalam jumlah yg banyak.
(3) Panca indra menjadi kurang efesien.
c) Perubahan sensorik:
(1) Penglihatan perifer dan akomodasi lensa
menurun
(2) Lensa berubah menjadi opasitas
(3) Ambang stimulus terhadp cahaya dan nyeri
meningkat
(4) Gangguan pendengaran karena nada frekuensi
tinggi kurang dapat dipersepsi.
d) Genitauria
(1) Peningkatan nokturia
(2) Peningkatan terjadinya inkontinensia
Tabel 2.5 Faktor
resiko cedera
Faktor resiko
|
Tindakan
pencegahan
|
Penglihatan buruk
|
Pastikan bahwa kacamata klien berfungsi dengan baik
Pastikan pencahayaan tepat
Tandai jalan ke arah pintu dan tepi anak tangga jika
perlu
Pertahankan keteraturan lingkungan
|
Disfungsi kognitif (bingung, disorientasi, gangguan
daya ingat atau hambatan pembuatan keputusan)
|
Buat batasan aktivitas yang aman
Singkirkan benda yang membahayakan
|
Gangguan gaya berjalan atau keseimbangan atau kesulitan
berjalan karena disfungsi ekstremitas bawah
|
Gunakan sandal atau sepatu yang pas di kaki dengan sol
antiselip
Gunakan alat bantu ambulasi jika perlu (tongkat, kruk,
walker, rungkup/ penompang kursi roda)
Dorong olahraga dan aktivitas sesuai toleransi untuk
mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan keseimbangan
Pastikan kerapian lingkungan dengan kerapian karpet
yang terpasang baik
|
Kesulitan untuk berdiri dan duduk di kursi atau bangkit
dari tempat tidur
|
Dorong klien untuk meminta bantuan
Pertahankan posisi tempat tidur dalam posisi yang
rendah
Lengkapi kamar mandi dengan susur tangan
Naikkan dudukan toilet
|
Hipotensi ortostatik
|
Minta klien untuk berdiri secara perlahan dari posisi
berbaring ke posisi duduk, kemudian ke posisi berdiri, diam di tempat selama
beberapa detik sebelum mulai bejalan
|
Sering berkemih atau menggunakan dieretic
|
Sediakan kursi buang air di tempat tidur
Bantu pasien berkemih secara teratur dan terjadwal
|
Kelemahan akibat proses penyakit atau terapi
|
Dorong klien untuk meminta bantuan
Pantau toleransi aktivitas klien
|
Regimen pengobatan saat ini yg meliputi penggunaan
sedative, hipnotik, obat penenang, narkotik, analgesik dan diuretic
|
Naikkan penyangga tempat tidur pertahankan penyangga
tempat tidur tetap terpasang walaupun posisi tempat tidur rendah
Pantau orientasi dan status kewaspadaan
Diskusikan bagaimana alkohol dapat menyebabkan cedera
jatuh
Dorong peninjauan terhadap semua obat resep setiap
tahun atau lebih sering
|
e) Mengevaluasi Lingkungan Rumah Klien
(1) Eksterior rumah
(a) Apakah trotoar tidak rata?
(b) Apakah anak tangga dalam kondisi baik?
(c) Apakah pencahayaan adekuat?
(d) Apakah anak tangga mempunyai pegangan
tangan dipinggir tangannya?
(2) Kamar tidur
(a) Apakah ketinggian tempat tidur dapat
dijangkau dengan mudah?
(b) Apakah cahaya untuk siang hari & malam
hari sudah adekuat?
(3) Bahaya akibat listrik dan kebakaran
(a) Apakah kabel listrik berada dalam kondisi
baik?
(b) Apakah alat-alat listrik berada jauh dari
tempat cuci, bak/pancuran?
(c) Apakah bahan-bahan hasil pembakaran telah
dibuang dengan tepat?
(4) Interior rumah
(a) Apakah ada lampu yang dinyalakan pada
malam hari?
(b) Apakah lantai tidak licin?
(c) Apakah funitur cukup kuat untuk diduduki?
(5) Dapur
(a) Apakah tersedia fasilitas untuk mencuci tangan?
(b) Apakah tempat yang bersih untuk menyimpan
makanan?
(c) Apakah cairan pembersih yang tersimpan
tidak terjangkau oleh anak?
b. Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1) Dx1: Resiko cedera yang berhubungan dengan
pencahayaan yang buruk dan lingkungan rumah yang kacau.
Tabel 2.6 Intervensi untuk diagnosa I pada pasien risiko cedera
Intervensi
|
Rasional
|
Berikan sesi pengajaran ketiga
selama 20 menit tentang mengidentifikasi dan menghindari bahaya atau jatuh
dan cedera, dan meningkatkan keamanan
|
Konseling dan pengajaran
meningkatkan kewaspadaan klien terhadap bahaya
|
Minta klien untuk melengkapi
daftar keamanan di rumah untuk mengidentifikasi adanya potensi resiko
terhadap keamanan
|
Pemeriksaan yang menyeluruh
terhadap potensial terjadinya bahaya dapat meningkatkan pengetahuan
pencegahan resiko
|
Tempatkan sedikitnya lampu
sebesar 75 watt pada seluruh ruangan
|
Pencahayaan yang baik akan
mengurangi bahaya pada lingkungan dan mengurangi resiko jatuh.
|
Amankan pegangan pada bak
mandi dari area pencuran
|
Pegangan dan permukaan yang
tidak licin mengurangi resiko jatuh
|
2) Dx2: Resiko cedera berhubungan dgn
hambatan mobilitas fisik.
Tabel 2.7 Intervensi untuk diagnosa II pada pasien risiko cedera
Intervensi
|
Rasional
|
Kaji secara teratur fungsi
motorik (jika timbuk suatu keadaan syok spinal/edema yang berubah) dengan
mengintruksikan pasien untuk melakukan gerakan seperti mengangkat bahu, merenggangkan
jari-jari, menggenggam tangan pemeriksaan atau melepas genggaman pemeriksa
|
Mengevaluasi keadaan secara
khusus (gangguan sensorik-motorik dapat bermacam-macam dan tidak jelas). Pada
beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi
|
Berikan suatu alat agar
pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil
|
Membuat pasien memiliki rasa
aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena di tinggal sendiri
|
Tempatkan pasien pada tempat
tidur kinetik jika diperlukan
|
Imobilisasi yang efektif
kolumna spinal dapat menstabilkan kolumna spinal dan meningkatkan sirkulasi
sistemik, yang dapat mengurangi komplikasi karena imobilisasi
|
Konsultasi dengan ahli terapi
fisik/terapi kerja dari tim rehabilitasi
|
Membantu dalam merencanakan
dan melaksanakan latihan secara individual dan mengidentifikasi/mengembangkan
alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian
pasien.
|
c. Evaluasi
1) Membandingkan kriteria hasil dengan tujuan
yang ditetapkan selama tahap yg di harapkan.
2) Jika tujuan telah trcapai maka intervensi
keperawatan dianggap efektif dan tetap.
3) Jika tidak tercapai, maka perawat harus
menentukan apakah ada risiko baru yg berkembang pd klien/apakah resiko
sebelumnya tetap ada.
4) Klien dan keluarga harus berpartisipasi
untuk menentukan cara permanen untuk mengurangi risiko yang mengancam keamanan.
5) Perawat mengkaji kebutuhan klien dan
keluarga secara terus menerus untuk menentukan pelayanan dukungan tambahan
seperti perawat di rumah, terapi fisik.
6) Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan
fisik yang aman, pengetahuan klien tentang faktor-faktor yang menjunjung
keamanan dan tindakan pencegahan,dan klien terbatas dari cedera.
REFERENSI
Corwin, E. J. 2000. Buku
saku patofisiologi. (Brahm U. Pendit, et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi
manusia dan mekanisme penyakit. (Petrus Andrianto, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip
ilmu penyakit dalam. (Ahmad H. Asdie, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Kozier, B. et al. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.
Vol.2. (Pamilih Eko K., et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Potter, A. Patricia, Perry, A. Griffin. 2005. Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Ed.4 Vol.2. (Renata Komalasari, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Price, S. A. 2005. Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. (Brahm U. Pendit, et. al.,
Penerjemah). Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. (Agung
Waluyo, et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat