Konsep
Stroke
1. Definisi
Stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri
dari tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal maupun global
yang berkembang cepat. Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau
menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008 p.89). Smeltzer & Bare (2001
p.2131) mendefinisikan stroke atau cedera serebrovaskular merupakan
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian
otak sehingga otak kehilangan fungsinya.
Pada stroke dapat terjadi hipoksia
serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak
akibat stroke terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam
24-72 jam pertama setelah kematian neuron (Corwin, 2000 p.181).
2. Etiologi
Stroke
Stroke terjadi ketika ada iskemia
(aliran darah tidak memadai) ke suatu bagian dari otak atau perdarahan ke dalam
otak yang menyebabkan kematian sel-sel otak. Fungsi seperti gerakan, sensasi,
atau emosi, yang dikendalikan oleh area yang terdapat di otak akan terganggu
atau hilang. Keparahan dari hilangnya fungsi ini beragram sesuai dengan lokasi
terjadinya gangguan (Lewis, 2004 p.1525).
Salah satu dari empat
penyebab stroke yaitu: (1) Trombosis
(bekuan darah di dalam pembuluh darah otak dan leher), (2) Embolisme serebral
(bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang
lain, (3) Iskemia (penurunan aliran darah ke otak ) dan (4) hemoragi serebral
(pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau
ruang sekitar otak). Akibatnya masalah terhentinya suplai darah ke otak, yang
menyebabkan kehilangan gerakan, berfikir, memori, bicara atau sensasi baik
sementara atau permanen (Smeltzer dan Bare, 2001 p.2131-2132).
3.
Patofisiologi Stroke
a.
Stroke hemoragik
1)
Perdarahan intraserebral
Perdarahan
intraserebral merupakan pecahnya pembuluh darah terutama karena
hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk
massa yang menekan jaringan otak dan
menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan intrakranial
yang terjadi cepat, dapat megakibatkan kematian mendadak
karena herniasi otak (Muttaqin,
2008 p.196).
2)
Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan
subarakhnoid merupakan perdarahan yang
berasal dari pecahnya aneurisma berry atau
AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan cabang-cabangnya
yang
terdapat
di
luar parenkim otak. Pecahnya
arteri dan keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak
dan vasospasme pembuluh darah
serebri yang berakibat
disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan
kesadaran) maupun fokal (hemiparese,gangguan hemisensorik, afasia, dan lainnya) (Muttaqin, 2008 p.198).
b.
Stroke iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau
cepat) pada gangguan lokal (trombus,
emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau
karena gangguan umum
(hipoksia karena gangguan
paru dan jantung) (Muttaqin, 2008 p.199). Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam
waktu yang singkat kurang dari
10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit
permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi
dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark
pada otak (Batticaca, 2008).
Aterosklerosis sering kali
merupakan faktor penting untuk otak, trombus
dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area
stenosis. Trombus dapat pecah dari dinding
pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah (Muttaqin,
2008 p. 201).
4. Klasifikasi
Stroke
Klasifikasi stroke didasarkan pada
masalah mendasar yang terjadi di dalam arteri pada otak atau suplai darah ke
otak. Stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke iskemik dan stroke
hemoragik (Hickey, 2003 p.560) sebagai berikut :
a. Stroke
iskemik
Kejadian
stroke paling banyak adalah stroke iskemik yaitu sekitar 80%-85% dari angka
serangan. Stroke iskemik terjadi akibat adanya obstruksi atau bekuan pada satu
atau lebih arteri besar di serebrum(Price & Wilson, 2005 p.1117).
b. Stroke
hemoragik
Stroke
hemoragik terjadi sekitar 15% sampai 20% dari semua serangan stroke. Stroke
hemoragik terjadi apabila terdapat lesi vaskular intraserebrum yang mengalami
ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau ke dalam
jaringan otak. Stroke hemoragik terbagi menjadi dua yaitu subarachnoid hemorhage dan intracerebral hemorhage (Price &
Wilson, 2005 p.1119).
5. Faktor-Faktor
Risiko Stroke
Menurut Junaidi (2011 p.71) Faktor
risiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang rentan
terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke umumnya dibagi menjadi dua
kelompok besar sebagai berikut:
a. Faktor
yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat dilakukan intervensi,
karena sudah merupakan
karakteristik dari
seseorang dari awal mula kehidupannya. Berikut ini merupakan faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi.
1) Usia
Insiden stroke meningkat seiring dengan
bertambahnya usia. Setelah usia 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat dua kali lipat, dan pada usia 70-79 tahun banyak
menderita pendarahan intrakranial (Junaidi, 2011 p. 71). Perubahan-perubahan
pada yang diakibat oleh usia juga dipengaruhi oleh masalah genetik serta
diperberat oleh berkurangnya aktifitas fisik, dan berbagai penyakit degeneratif
seperti diabetes, hipertensi yang tidak terkendali dan kebiasaan merokok
(Soeharto, 2004 p.157)
2) Jenis
kelamin
Pada
jenis kelamin, laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tinggi angka
kejadian faktor risiko
stroke (misalnya hipertensi) pada
laki-laki (Pinzon & Asanti, 2010 p.95). Lain hal nya pada wanita. Setelah
menopause, insidensi stroke pada wanita meningkat dengan cepat dan sebanding
dengan insidensi pada laki-laki. Pada masa premenopouse, estrogen medapat
mencegah timbulnya plak pada arteri dengan menaikkan kadar HDL dan menurunkan
kadar LDL. Setelah menopause, tingkat kadar estrogen pada wanita menurun. Karena
itu, wanita postmenopause memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan
premenopause (Soeharto, 2004 p.165).
3) Riwayat
keluarga
Riwayat
keluarga menjadi faktor resiko daripada kejadian stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke
lebih cenderung menderita
diabetes dan hipertensi yang
merupakan faktor dari kejadian stroke juga. Hal ini mendukung
hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat
diturunkannya faktor risiko
stroke (Pinzon & Asanti,
2010 p.95).
b. Faktor
yang dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat
dimodifikasi adalah faktor
risiko yang dapat dilakukan
intervensi untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko ini
bukan merupakan suatu
karakteristik mutlak dari seseorang, yang biasanya dipengaruhi
oleh banyak hal, terutama perilaku. Faktor risiko stroke yang dapat
dikendalikan terdiri dari hal-hal berikut ini:
1) Hipertensi
Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan
dalam kejadian stroke.
Tekanan darah yang tinggi atau lebih sering dikenal dengan istilah hipertensi
merupakan faktor risiko utama, baik pada stroke
iskemik maupun stroke hemoragik. Hal ini disebabkan oleh
hipertensi memicu proses aterosklerosis oleh karena tekanan yang tinggi dapat
mendorong Low
Density Lipoprotein (LDL) kolesterol untuk lebih mudah masuk ke
dalam lapisan intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas dari
pembuluh darah tersebut. (Lumongga, 2007). Hipertensi mempercepat pengerasan dinding
pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot
polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Hipertensi berperan dalam
proses aterosklerosis melalui efel penekanan pada sel endotel/lapisan dalam
dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat.
Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya 140/90
mmHg atau lebih (Junaidi 2011 p.73).
2) Diabetes Melitus
Diabetes melitus menyebabkan kadar lemak darah meningkat karena
konversi lemak tubuh yang terganggu. Bagi penderita diabetes peningkatan kadar
lemak darah sangat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Diabetes
mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil
(mikroangiopati) maupun di pembuluh darah besar (makroangiopati) di seluruh
pembuluh darah termasuk pembuluh darak otak dan jantung. Kadar glukosa darah
yang tinggi pada stroke akan memperbesar meluasnya area infark (sel mati)
karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa yang dilakukan
secara anaerob (oksigen sedikit) yang merusak jaringan otak. Peningkatan risiko
stroke pada pasien diabetes karena hiperinsulinemia, peningkatan kadar
triglerisida total, kolesterol HDL turun, hipertensi dan gangguan toleransi
glukosa, serta berkurangnya fungsi vasodilatasi arteriol serebral.
Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan
saluran arteri, meningkatkan pembentukan trombosis, dan menyebabkan glikolisis
protein pada dinding arteri (Junaidi,
2011 p.75).
Walaupun belum diketahui dengan pasti apakah gula darah yang
terkontrol dengan baik, mengurangi risiko berulangnya penyakit pada penderita
diabetes dengan stroke atau penyakit ateroskleretik lainnya tetapi kontrol gula
darah akan berpengaruh baik pada penderita diabetes dengan gangguan
mikrovaskuler dan komplikasi diabetes lainnya (Junaidi, 2011 p.77).
3) Hiperkolesterol
Kolesterol adalah komponen alamiah dari
makanan seperti daging sapi, kambing, ayam, ikan , dan telur, karena kolesterol
ini merupakan bagian normal dari binatang. Kolesterol yang berada dalam zat
makanan yang kita makan, akan meningkatkan kadar kolesterol yang berada dalam
darah (Soeharto, 2004 p.65).
Kolesterol
ditransportasikan dalam darah dalam bentuk lipoprotein yaitu HDL-kolesterol (high density lipoprotein) yang disebut
dengan kolesterol baik, dan LDL-kolesterol (low
density lipoprotein) yang sering disebut dengan kolesterol jahat. HDL
disebut kolesterol baik karena tugasnya membersihkan kolesterol dari pembuluh
darah yang kemudian dikirim ke hati. LDL disebut kolesterol jahat karena
kerjanya menumpuk kolesterol di pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah
menjadi sempit (Santoso, 2008 p.266).
Kolesterol
yang berlebihan di dalam darah akan bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap
di dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang
dikenal sebagai aterosklerotis atau plak. Apabila penyempitan dan pengerasan
ini terjadi cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke organ vital
seperti jantung dan otak tidak cukup jumlahnya (Soeharto, 2004 p.104)
4)
Obesitas
Obesitas atau kegemukan
adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh (body fat) yang melebihi batas normal. Jumlah lemak laki-laki dewasa
rata-rata berkisar antara 15-20%
dari berat badan total dan perempuan sekitar 20-25%. Jumlah lemak pada tubuh
seseorang umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama karena
metabolisme semakin melambat dan aktivitas fisik semakin berkurang (Soeharto,
2004 p.104)
Terdapat
saling keterkaitan antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan
kolesterol darah, diabetes melitus tidak tergantung insulin, dan tingkat
aktivitas fisik rendah (Gray et al, 2002, p. 109) kurangnya aktivitas terkait
erat dengan kegemukan dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan dibanding
masukan, sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan dan tertumpuk dalam
tubuh sebagai lemak (Soeharto, 2004 p.104).
5)
Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam
kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan,
minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai penyakit termasuk penyakit
jantung dan juga stroke (Bustan,
2007 p.120).
Dariyo
(2004) menyebutkan bahwa tipe perokok dibedakan menjadi dua, yaitu; (1) perokok
aktif, ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok, dan (2)
perokok pasif, yaitu individu yang tak memiliki kebiasaan merokok namun
terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain yang kebetulan
di dekatnya. Baik perokok aktif maupun pasif, sama-sama memiliki risiko terkena
stroke (Dariyo, 2004 p.39-40).
6)
Konsumsi alkohol
Alkohol merupakan salah satu golongan narkoba (narkotik, alkohol,
dan obat-obatan) yang berbahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dari
segi medis, pengguna alkohol yang telah mengalami kecanduan, dalam jangka
panjang akan memiliki kondisi gangguan kesehatan, misalnya terserang penyakit
kanker, stroke, gagal jantung, impotensi, gangguan sistem saraf pusat. Dari
segi kinerja kognitif individu terjadi penurunan daya ingat, konsentrasi dan
prestasi belajar/kerjanya (Dariyo, 2004 p.25).
7) Stress
Menurut
Hans Seyle (1956) yang dikutip dalam Rasmun (2004 p.221), stres adalah respon
tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu
fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat
dihindari, setiap orang mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada
individu yaitu terhadap fisik, psikologik, inteletual, sosial, dan spiritual,
stress juga dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stres
dan perilaku tertentu diyakini dapat mempengaruhi patogenesis stroke, pada masa
sekarang, lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres, dan terdapat
hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalitas metabolisme lipid
(Gray et al, 2002 p.110).
6.
Pola Hidup
Masyarakat Aceh Berhubungan Dengan Resiko Stroke
Masyarakat Aceh memiliki Tradisi, Nilai dan Budaya
yang kental dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang resiko akan suatu
penyakit tentu akan mempengaruhi kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. “Meugang”
merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang ada di aceh, tradisi
meugang biasanya dilakukan pada satu hari sebelum memasuki bulan Ramadan dan
Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Kolesterol yang tinggi merupakan salah
satu faktor resiko dari tekanan darah tinggi yang merupakan penyebab yang
paling sering pada kejadian stroke. Dalam tradisi meugang biasanya masyarakat
aceh memasak daging sapi, kerbau, kambing dan ayam yang tentunya dapat
mempengaruhi kadar kolestrol dalam darah jika dalam pengolahannya tidak baik
dan konsumsinya berlebihan. Tentunya hal ini dipengaruhi lagi oleh pengetahuan
masyarakat akan masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh makanan tersebut.
Peran tenaga kesehatan khususnya perawat sangatlah berperan penting disini guna
untuk mencegah meningkatnya angka kejadian stroke melalui penyuluhan kesehatan
tentang faktor resiko stoke.
DAFTAR
PUSTAKA
American
Heart Association. (2011). Understanding
Blood Pressure Readings. Available from : http://www.heart.org
American
Heart Association. (2012). Heart Disease
and Stroke Statistics. Circulation 2012. Available from:
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI.
Available from: www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf
Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan
Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI. Available
from:
Batticaca, F.B.
(2008). Asuhan keperawatan pada Klien dengan gangguan sistem
persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Bustan,
M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak
Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta.
Corwin,
E.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta:
EGC.
Christensen, H., Meden, P., Overgaard, K., Boysen, G., 2002. The Course of
Blood Pressure in Acute Stroke is Related
to
the
Severity of
the Neurological Deficits.
UK: Blackwell Munksgaard. (3):142-7.
Agustina,
E.E.R. (2009). Prevalensi Stroke iskemik
pada pasien rawat inap di RSUP Fatmawati Jakarta
Selatan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah
Dariyo,
Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan
Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.
Ginsberg,
L. (2008). Lecture Notes : Neurologi. Ed.8.
Jakarta: Erlangga
Guyton,
A.C dan Hall, J.E.(2008). Buku Ajar
Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC
Gray,
H.H, Dawkins, K.D, Morgan, J.M, & Simpson, L.A. (2002). Lecture Notes : Kardiologi, Fourth Edition.
Jakarta : Erlangga
Hickey,
J.V. (2003). The Clinical Practice Of
Neurological and Neurosurgical Nursing. Fifth Edition. Lippincott Williams
& Wilkins.
Ignatavicius, D. D. & Workman,
M. L. (2006). Medical
surgical nursing.
Fifth Edition. Philadelphia. Elsivier, Inc.
Junaidi,
Iskandar. (2011).Stroke, Waspadai
Ancamannya. Yogyakarta: ANDI
Kabi,
G.
Y.
C.
R.,
Tumewah,
R.,
&
Kembuan, M. A. H. N. (2013).
Gambaran faktor risiko pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap Neurologi
RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2012-Juni
2013. 3
(01). 457-462
Kristiyawati, S. P., Irawaty, D., & Hariyati, R. T. S. (2009). Faktor risiko yang
berhubungan dengan kejadian stroke
di Rumah Sakit Panti Wilasa
Citarum Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) 1(1). 1-
7. ISSN 2086-6550.
Kowalski,
Robert E, 2010. Terapi hipertensi :
program 8 minggu menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko serangan
jantung dan stroke secara alami (Rani S. Ekawati & Rahmani Astuti, penerjemah ) Bandung : Qanita
Lewis,
Heitkemper & Dirksen. (2004). Medical
Surgical Nursing: Assesment and management of Clinical Problems. (Sixth
edition). Missouri Mosby.Inc
Macwalter, R. S.
& Fraser , H.
W. (2003).
Stroke
explained. England:
Altman.
Makino, Y., Kawano, Y., Minami, J., Yamaguchi, T., Takishita, S., (2000). Risk of Stroke in Relation to Level of Blood Pressure and Other Risk Factors in
Treated Hypertensive
Patients. Texas: American
Heart Association. (1): 48-52.
Muttaqin, A. (2008).
Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.
Norvving B.
(2014). Oxford
Textbook
of
Stroke and Cerebrovascular
Disease.
Oxford
Press
Pinzon, R. & Asanti, L., 2010. AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan Pencegahan. Yogyakarta: ANDI, 5-14.
Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Vol. 2. Ed. 7. Jakarta: EGC.
Price
& Wilson. (2005). Patofisiologi:
Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Volume 1 , Edisi 6). Jakarta: EGC.
Ramadhini,
A. Z., Angliadi. L. S., & Angliadi, E. (2011). Gambaran angka
kejadian stroke
akibat hipertensi di instalasi rehabilitasi medik BLU RSUP Prof. Dr. R. D. Kandau
Manado Periode
Januari-Desember 2011.
Naskah Publikasi. Universitas
Sam Ratulangi Manado [cited in 2015 June 25]. Available from: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107446&val=1001
Rasmun.
(2004).
Stress Koping dan Adaptasi. Jakarta:
CV.Sagung Seto.
Sengsempurno, T. (2012). Hubungan antara stroke iskemik dengan infark
miokard di RSUD Dr, Moewardi. Naskah Publikasi. Universitas
Muhammadiyah Sukarta. . [cited in 2015 July 7]. Available from: http://eprints.ums.ac.id/32390/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf
Smeltzer & Suzanne C. (2001), Buku
Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, vol. 2, (Edisi 9). Jakarta: EGC
Soeharto,Iman.
(2004).
Jantung
Koroner dan Serangan Jantung.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
Sutrisno, Dr. Alfred Sp. BS. (2007). Stroke??? Sebaiknya Anda Tahu sebelum Anda Terserang Stroke . Jakarta:
PT Gramedia Pustaka Utama
World Health
Organization, (2010) Global Burden of
Stroke. Available from: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf
Willmot, M., Jo leonardi-Bee, Philip M.W. Bath
(2004) : High blood pressire in acute
stroke and subsequent outcome a systematic review. Nottingham : Institute
of Neuroscience
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat