google adsense

Thursday, August 3, 2017

KONSEP STROKE

Konsep Stroke
1.      Definisi Stroke
Stroke adalah sindrom yang terdiri dari tanda dan gejala hilangnya fungsi sistem saraf pusat fokal maupun global yang berkembang cepat. Gejala-gejala ini berlangsung lebih dari 24 jam atau menyebabkan kematian (Ginsberg, 2008 p.89). Smeltzer & Bare (2001 p.2131) mendefinisikan stroke atau cedera serebrovaskular merupakan kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sehingga otak kehilangan fungsinya.
Pada stroke dapat terjadi hipoksia serebrum yang menyebabkan cedera dan kematian sel-sel neuron. Kerusakan otak akibat stroke terjadi sebagai akibat pembengkakan dan edema yang timbul dalam 24-72 jam pertama setelah kematian neuron (Corwin, 2000 p.181).

2.      Etiologi Stroke
Stroke terjadi ketika ada iskemia (aliran darah tidak memadai) ke suatu bagian dari otak atau perdarahan ke dalam otak yang menyebabkan kematian sel-sel otak. Fungsi seperti gerakan, sensasi, atau emosi, yang dikendalikan oleh area yang terdapat di otak akan terganggu atau hilang. Keparahan dari hilangnya fungsi ini beragram sesuai dengan lokasi terjadinya gangguan (Lewis, 2004 p.1525).
Salah satu dari empat penyebab stroke yaitu:  (1) Trombosis (bekuan darah di dalam pembuluh darah otak dan leher), (2) Embolisme serebral (bekuan darah atau material lain yang dibawa ke otak dari bagian tubuh yang lain, (3) Iskemia (penurunan aliran darah ke otak ) dan (4) hemoragi serebral (pecahnya pembuluh darah serebral dengan perdarahan ke dalam jaringan otak atau ruang sekitar otak). Akibatnya masalah terhentinya suplai darah ke otak, yang menyebabkan kehilangan gerakan, berfikir, memori, bicara atau sensasi baik sementara atau permanen (Smeltzer dan Bare, 2001 p.2131-2132).








3.      Patofisiologi Stroke
a.       Stroke hemoragik
1)        Perdarahan intraserebral
Perdarahan intraserebral merupakan pecahnya pembuluh darah terutama karena hipertensi yang mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa yang menekan jaringan otak dan menimbulkan edema otak. Peningkatan tekanan intrakranial yang   terjadi cepat, dapat megakibatkan kematian mendadak karena herniasi otak (Muttaqin, 2008 p.196).
2)      Perdarahan subarakhnoid
Perdarahan subarakhnoid merupakan  perdarahan yang berasal dari pecahnya aneurisma berry atau AVM. Aneurisma yang pecah ini berasal dari pembuluh darah sirkulasi Willisi dan  cabang-cabangnya  yang  terdapat  di  luar  parenkim  otak.  Pecahnya arteri dan keluarnya ke ruang subarakhnoid menyebabkan TIK meningkat mendadak dan vasospasme pembuluh darah serebri yang berakibat disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese,gangguan  hemisensorik,  afasia,  dan  lainnya)  (Muttaqin, 2008 p.198).
b.      Stroke iskemik
Stroke iskemik disebabkan oleh suplai darah ke otak dapat berubah (makin lambat atau cepat) pada gangguan lokal (trombus, emboli, perdarahan, dan spasme vaskular) atau karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung) (Muttaqin, 2008 p.199). Hipoksia yang berlangsung lama dapat menyebabkan iskemik otak. Iskemik yang terjadi dalam waktu yang singkat kurang dari 10-15 menit dapat menyebabkan defisit sementara dan bukan defisit permanen. Sedangkan iskemik yang terjadi dalam waktu lama dapat menyebabkan sel mati permanen dan mengakibatkan infark pada otak (Batticaca, 2008).
Aterosklerosis sering kali merupakan faktor penting untuk otak, trombus dapat berasal dari plak arterosklerosis, atau darah dapat beku pada area stenosis. Trombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah dan terbawa sebagai emboli dalam aliran darah (Muttaqin, 2008 p. 201).

4.      Klasifikasi Stroke
Klasifikasi stroke didasarkan pada masalah mendasar yang terjadi di dalam arteri pada otak atau suplai darah ke otak. Stroke dibagi menjadi dua kategori yaitu stroke iskemik dan stroke hemoragik (Hickey, 2003 p.560) sebagai berikut :
a.       Stroke iskemik
Kejadian stroke paling banyak adalah stroke iskemik yaitu sekitar 80%-85% dari angka serangan. Stroke iskemik terjadi akibat adanya obstruksi atau bekuan pada satu atau lebih arteri besar di serebrum(Price & Wilson, 2005 p.1117).
b.      Stroke hemoragik
Stroke hemoragik terjadi sekitar 15% sampai 20% dari semua serangan stroke. Stroke hemoragik terjadi apabila terdapat lesi vaskular intraserebrum yang mengalami ruptur sehingga terjadi perdarahan ke dalam ruang subarachnoid atau ke dalam jaringan otak. Stroke hemoragik terbagi menjadi dua yaitu subarachnoid hemorhage dan  intracerebral hemorhage (Price & Wilson, 2005 p.1119).

5.      Faktor-Faktor Risiko Stroke
Menurut Junaidi (2011 p.71) Faktor risiko adalah suatu faktor atau kondisi tertentu yang membuat seseorang rentan terhadap serangan stroke. Faktor risiko stroke umumnya dibagi menjadi dua kelompok besar sebagai berikut:
a.    Faktor yang tidak dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang tidak dapat dilakukan intervensi, karena sudah merupakan karakteristik dari seseorang dari awal mula kehidupannya. Berikut ini merupakan faktor risiko stroke yang tidak dapat dimodifikasi.
1)      Usia
Insiden stroke meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Setelah usia 55 tahun risiko stroke iskemik meningkat dua kali lipat, dan pada usia 70-79 tahun banyak menderita pendarahan intrakranial (Junaidi, 2011 p. 71). Perubahan-perubahan pada yang diakibat oleh usia juga dipengaruhi oleh masalah genetik serta diperberat oleh berkurangnya aktifitas fisik, dan berbagai penyakit degeneratif seperti diabetes, hipertensi yang tidak terkendali dan kebiasaan merokok (Soeharto, 2004 p.157)
2)      Jenis kelamin
Pada jenis kelamin, laki-laki lebih mudah terkena stroke. Hal ini dikarenakan lebih tinggi angka kejadian faktor risiko stroke (misalnya hipertensi) pada laki-laki (Pinzon & Asanti, 2010 p.95). Lain hal nya pada wanita. Setelah menopause, insidensi stroke pada wanita meningkat dengan cepat dan sebanding dengan insidensi pada laki-laki. Pada masa premenopouse, estrogen medapat mencegah timbulnya plak pada arteri dengan menaikkan kadar HDL dan menurunkan kadar LDL. Setelah menopause, tingkat kadar estrogen pada wanita menurun. Karena itu, wanita postmenopause memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan premenopause (Soeharto, 2004 p.165).

3)      Riwayat keluarga
Riwayat keluarga menjadi faktor resiko daripada kejadian stroke. Seseorang dengan riwayat keluarga stroke lebih cenderung menderita diabetes dan hipertensi yang merupakan faktor dari kejadian stroke juga. Hal ini mendukung hipotesis bahwa peningkatan kejadian stroke pada keluarga penyandang stroke adalah akibat diturunkannya faktor risiko stroke (Pinzon & Asanti, 2010 p.95).
b.      Faktor yang dapat dimodifikasi
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi adalah faktor risiko yang dapat dilakukan intervensi untuk mencegah terjadinya suatu penyakit. Faktor risiko ini bukan merupakan suatu karakteristik mutlak dari seseorang, yang biasanya dipengaruhi oleh banyak hal, terutama perilaku. Faktor risiko stroke yang dapat dikendalikan terdiri dari hal-hal berikut ini:
1)      Hipertensi
Tekanan darah merupakan salah satu faktor yang harus diperhatikan dalam kejadian stroke. Tekanan darah yang tinggi atau lebih sering dikenal dengan istilah hipertensi merupakan faktor risiko utama, baik pada stroke iskemik maupun stroke hemoragik. Hal ini disebabkan oleh hipertensi memicu proses aterosklerosis oleh karena tekanan yang tinggi dapat mendorong Low Density Lipoprotein (LDL) kolesterol untuk lebih mudah masuk ke dalam lapisan intima lumen pembuluh darah dan menurunkan elastisitas dari pembuluh darah tersebut. (Lumongga, 2007). Hipertensi mempercepat pengerasan dinding pembuluh darah arteri sehingga mengakibatkan penghancuran lemak pada sel otot polos sehingga mempercepat proses aterosklerosis. Hipertensi berperan dalam proses aterosklerosis melalui efel penekanan pada sel endotel/lapisan dalam dinding arteri yang berakibat pembentukan plak pembuluh darah semakin cepat. Seseorang dikatakan hipertensi bila tekanan darahnya 140/90 mmHg atau lebih (Junaidi 2011 p.73).
2)      Diabetes Melitus
Diabetes melitus menyebabkan kadar lemak darah meningkat karena konversi lemak tubuh yang terganggu. Bagi penderita diabetes peningkatan kadar lemak darah sangat meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Diabetes mempercepat terjadinya aterosklerosis baik pada pembuluh darah kecil (mikroangiopati) maupun di pembuluh darah besar (makroangiopati) di seluruh pembuluh darah termasuk pembuluh darak otak dan jantung. Kadar glukosa darah yang tinggi pada stroke akan memperbesar meluasnya area infark (sel mati) karena terbentuknya asam laktat akibat metabolisme glukosa yang dilakukan secara anaerob (oksigen sedikit) yang merusak jaringan otak. Peningkatan risiko stroke pada pasien diabetes karena hiperinsulinemia, peningkatan kadar triglerisida total, kolesterol HDL turun, hipertensi dan gangguan toleransi glukosa, serta berkurangnya         fungsi vasodilatasi arteriol serebral. Hiperglikemia dapat menurunkan sintesis prostasiklin yang berfungsi melebarkan saluran arteri, meningkatkan pembentukan trombosis, dan menyebabkan glikolisis protein pada dinding arteri (Junaidi, 2011 p.75).
Walaupun belum diketahui dengan pasti apakah gula darah yang terkontrol dengan baik, mengurangi risiko berulangnya penyakit pada penderita diabetes dengan stroke atau penyakit ateroskleretik lainnya tetapi kontrol gula darah akan berpengaruh baik pada penderita diabetes dengan gangguan mikrovaskuler dan komplikasi diabetes lainnya (Junaidi, 2011 p.77).
3)      Hiperkolesterol
Kolesterol adalah komponen alamiah dari makanan seperti daging sapi, kambing, ayam, ikan , dan telur, karena kolesterol ini merupakan bagian normal dari binatang. Kolesterol yang berada dalam zat makanan yang kita makan, akan meningkatkan kadar kolesterol yang berada dalam darah (Soeharto, 2004 p.65).
Kolesterol ditransportasikan dalam darah dalam bentuk lipoprotein yaitu HDL-kolesterol (high density lipoprotein) yang disebut dengan kolesterol baik, dan LDL-kolesterol (low density lipoprotein) yang sering disebut dengan kolesterol jahat. HDL disebut kolesterol baik karena tugasnya membersihkan kolesterol dari pembuluh darah yang kemudian dikirim ke hati. LDL disebut kolesterol jahat karena kerjanya menumpuk kolesterol di pembuluh darah yang menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit (Santoso, 2008 p.266).
Kolesterol yang berlebihan di dalam darah akan bereaksi dengan zat-zat lain dan mengendap di dalam pembuluh darah arteri yang menyebabkan penyempitan dan pengerasan yang dikenal sebagai aterosklerotis atau plak. Apabila penyempitan dan pengerasan ini terjadi cukup berat, sehingga menyebabkan suplai darah ke organ vital seperti jantung dan otak tidak cukup jumlahnya (Soeharto, 2004 p.104)

4)      Obesitas
Obesitas atau kegemukan adalah kata yang digunakan untuk menunjukkan adanya penumpukan lemak tubuh (body fat) yang melebihi batas normal. Jumlah lemak laki-laki dewasa rata-rata berkisar antara 15-20% dari berat badan total dan perempuan sekitar 20-25%. Jumlah lemak pada tubuh seseorang umumnya meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama karena metabolisme semakin melambat dan aktivitas fisik semakin berkurang (Soeharto, 2004 p.104)
Terdapat saling keterkaitan antara berat badan, peningkatan tekanan darah, peningkatan kolesterol darah, diabetes melitus tidak tergantung insulin, dan tingkat aktivitas fisik rendah (Gray et al, 2002, p. 109) kurangnya aktivitas terkait erat dengan kegemukan dalam arti kurangnya tenaga yang dikeluarkan dibanding masukan, sehingga zat makanan yang dimakan akan tersimpan dan tertumpuk dalam tubuh sebagai lemak (Soeharto, 2004 p.104).
5)      Merokok
Merokok merupakan salah satu kebiasaan yang lazim ditemui dalam kehidupan sehari-hari. Gaya hidup ini menarik sebagai suatu masalah kesehatan, minimal dianggap sebagai faktor risiko dari berbagai penyakit termasuk penyakit jantung dan juga stroke (Bustan, 2007 p.120).
Dariyo (2004) menyebutkan bahwa tipe perokok dibedakan menjadi dua, yaitu; (1) perokok aktif, ialah individu yang benar-benar memiliki kebiasaan merokok, dan (2) perokok pasif, yaitu individu yang tak memiliki kebiasaan merokok namun terpaksa harus menghisap asap rokok yang dihembuskan orang lain yang kebetulan di dekatnya. Baik perokok aktif maupun pasif, sama-sama memiliki risiko terkena stroke (Dariyo, 2004 p.39-40).
6)      Konsumsi alkohol
Alkohol merupakan salah satu golongan narkoba (narkotik, alkohol, dan obat-obatan) yang berbahaya baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Dari segi medis, pengguna alkohol yang telah mengalami kecanduan, dalam jangka panjang akan memiliki kondisi gangguan kesehatan, misalnya terserang penyakit kanker, stroke, gagal jantung, impotensi, gangguan sistem saraf pusat. Dari segi kinerja kognitif individu terjadi penurunan daya ingat, konsentrasi dan prestasi belajar/kerjanya (Dariyo, 2004 p.25).
7)      Stress
Menurut Hans Seyle (1956) yang dikutip dalam Rasmun (2004 p.221), stres adalah respon tubuh yang tidak spesifik terhadap setiap kebutuhan tubuh yang terganggu, suatu fenomena universal yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan tidak dapat dihindari, setiap orang mengalaminya. Stres memberi dampak secara total pada individu yaitu terhadap fisik, psikologik, inteletual, sosial, dan spiritual, stress juga dapat mengancam keseimbangan fisiologis.
Stres dan perilaku tertentu diyakini dapat mempengaruhi patogenesis stroke, pada masa sekarang, lingkungan kerja telah menjadi penyebab utama stres, dan terdapat hubungan yang saling berkaitan antara stres dan abnormalitas metabolisme lipid (Gray et al, 2002 p.110).
6.      Pola Hidup Masyarakat Aceh Berhubungan Dengan Resiko Stroke

Masyarakat Aceh memiliki Tradisi, Nilai dan Budaya yang kental dalam kehidupan sehari-hari. Pengetahuan tentang resiko akan suatu penyakit tentu akan mempengaruhi kesehatan yang dimiliki oleh masyarakat Aceh. “Meugang” merupakan salah satu dari sekian banyak tradisi yang ada di aceh, tradisi meugang biasanya dilakukan pada satu hari sebelum memasuki bulan Ramadan dan Hari Raya Idul Fitri maupun Idul Adha. Kolesterol yang tinggi merupakan salah satu faktor resiko dari tekanan darah tinggi yang merupakan penyebab yang paling sering pada kejadian stroke. Dalam tradisi meugang biasanya masyarakat aceh memasak daging sapi, kerbau, kambing dan ayam yang tentunya dapat mempengaruhi kadar kolestrol dalam darah jika dalam pengolahannya tidak baik dan konsumsinya berlebihan. Tentunya hal ini dipengaruhi lagi oleh pengetahuan masyarakat akan masalah kesehatan yang dapat ditimbulkan oleh makanan tersebut. Peran tenaga kesehatan khususnya perawat sangatlah berperan penting disini guna untuk mencegah meningkatnya angka kejadian stroke melalui penyuluhan kesehatan tentang faktor resiko stoke.  


DAFTAR PUSTAKA



American Heart Association. (2011). Understanding Blood Pressure Readings. Available from : http://www.heart.org

American Heart Association. (2012). Heart Disease and Stroke Statistics. Circulation 2012.  Available from:

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2013). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Kementrian Kesehatan RI. Available from:  www.depkes.go.id/resources/download/general/Hasil%20Riskesdas%202013.pdf

Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (2008). Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2007. Jakarta: Depkes RI. Available from: 

Batticaca, F.B. (2008). Asuhan keperawatan pada Klien dengan gangguan  sistem persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Bustan, M.N. (2007). Epidemiologi Penyakit Tidak Menular. Cetakan 2. Jakarta: Rineka Cipta.

Corwin, E.J. (2000). Buku Saku Patofisiologi. Jakarta: EGC.

Christensen, H., Meden, P., Overgaard, K., Boysen, G., 2002. The Course of Blood  Pressure  in  Acute  Stroke  is  Related  to  the  Severity  of  the Neurological Deficits. UK: Blackwell Munksgaard. (3):142-7.

Agustina, E.E.R. (2009). Prevalensi Stroke iskemik pada pasien rawat inap di RSUP Fatmawati  Jakarta Selatan. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah

Dariyo, Agoes. (2004). Psikologi Perkembangan Remaja. Bogor: Ghalia Indonesia.

Ginsberg, L. (2008). Lecture Notes : Neurologi. Ed.8. Jakarta: Erlangga

Guyton, A.C dan Hall, J.E.(2008). Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 11. Jakarta: EGC

Gray, H.H, Dawkins, K.D, Morgan, J.M, & Simpson, L.A. (2002). Lecture Notes : Kardiologi, Fourth Edition. Jakarta : Erlangga

Hickey, J.V. (2003). The Clinical Practice Of Neurological and Neurosurgical Nursing. Fifth Edition. Lippincott Williams & Wilkins.
Ignatavicius, D. D. & Workman, M. L. (2006). Medical surgical nursing.
Fifth Edition. Philadelphia. Elsivier, Inc.

Junaidi, Iskandar. (2011).Stroke, Waspadai Ancamannya. Yogyakarta: ANDI
Kabi,  G.  Y.  C.  R.,  Tumewah,  R.,  &  Kembuan,  M.  A.  H.  N.  (2013).
Gambaran faktor risiko pada penderita stroke iskemik yang dirawat inap Neurologi RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado periode Juli 2012-Juni 2013. 3 (01). 457-462

Kristiyawati, S. P., Irawaty, D., & Hariyati, R. T. S. (2009). Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian stroke di Rumah Sakit Panti Wilasa Citarum Semarang. Jurnal Keperawatan dan Kebidanan (JIKK) 1(1). 1-
7. ISSN 2086-6550.

Kowalski, Robert E, 2010. Terapi hipertensi : program 8 minggu menurunkan tekanan darah tinggi dan mengurangi resiko serangan jantung dan stroke secara alami (Rani S. Ekawati & Rahmani Astuti,  penerjemah ) Bandung : Qanita

Lewis, Heitkemper & Dirksen. (2004). Medical Surgical Nursing: Assesment and management of Clinical Problems. (Sixth edition). Missouri Mosby.Inc
Macwalter,  R.  S.  Fraser  ,  H.  W.  (2003).  Stroke  explained.  England: Altman.

Makino, Y., Kawano, Y., Minami, J., Yamaguchi, T., Takishita, S., (2000). Risk of Stroke in Relation to Level of Blood Pressure and Other Risk Factors in Treated   Hypertensive   Patients.   Texas:   American   Hear Association. (1): 48-52.

Muttaqin, A. (2008). Asuhan  Keperawatan  Klien  dengan  Gangguan  Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Norvving  B.  (2014).  Oxford  Textbook  of  Stroke  and  Cerebrovascular
Disease. Oxford Press

Pinzon, R. & Asanti, L., 2010. AWAS STROKE! Pengertian, Gejala, Tindakan, Perawatan, dan Pencegahan. Yogyakarta: ANDI, 5-14.

Potter & Perry. (2010). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, dan Praktik. Vol. 2. Ed. 7. Jakarta: EGC.
Price & Wilson. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit (Volume 1 , Edisi 6). Jakarta: EGC.
Ramadhini, A. Z., Angliadi. L. S., & Angliadi, E. (2011). Gambaran angka kejadian stroke akibat hipertensi di instalasi rehabilitasi medik BLU RSUP  Prof.  Dr.  R.  D. Kandau  Manado  Periode  Januari-Desember 2011. Naskah Publikasi. Universitas Sam Ratulangi Manado [cited in 2015 June   25].      Available   from: http://download.portalgaruda.org/article.php?article=107446&val=1001

Rasmun. (2004). Stress Koping dan Adaptasi. Jakarta: CV.Sagung Seto.
Sengsempurno, T. (2012). Hubungan antara stroke iskemik dengan infark miokard di RSUD Dr, Moewardi. Naskah Publikasi. Universitas Muhammadiyah Sukarta. . [cited in 2015 July 7]. Available from: http://eprints.ums.ac.id/32390/16/NASKAH%20PUBLIKASI.pdf

Smeltzer & Suzanne C. (2001), Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, vol. 2, (Edisi 9). Jakarta: EGC

Soeharto,Iman. (2004). Jantung Koroner dan Serangan Jantung. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

Sutrisno, Dr. Alfred Sp. BS. (2007). Stroke??? Sebaiknya Anda Tahu sebelum Anda Terserang Stroke . Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama

World Health Organization, (2010)  Global Burden of Stroke. Available from: http://www.who.int/cardiovascular_diseases/en/cvd_atlas_15_burden_stroke.pdf

Willmot, M., Jo leonardi-Bee, Philip M.W. Bath (2004) : High blood pressire in acute stroke and subsequent outcome a systematic review. Nottingham : Institute of  Neuroscience

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat