A.
Konsep
Dasar Keperawatan Kesehatan Jiwa
Orang dianggap sehat jika mereka
mampu memainkan peran dalam masyarakat dan perilaku mereka pantas dan adaptif.
Sebaliknya, seseorang dianggap sakit jika gagal memainkan peran dan memikul
tanggung jawab atau perilakunya tidak pantas (Videbeck, 2008).
Sedangkan menurut Stuart (2006)
berpendapat bahwa sehat-sakit dan adaptasi-maladaptasi merupakan konsep yang
berbeda. Tiap konsep berada pada rentang yang terpisah. Rentang sehat-sakit berasal dari sudut pandang medis. Rentang
adaptasi-maladaptasi berasal dari sudut pandang keperawatan. Jadi,
seseorang yang mengalami sakit baik fisik maupun jiwa dapat beradaptasi
terhadap keadaan sakitnya. Sebaliknya, seseorang yang tidak didiagnosis sakit
mungkin memiliki respons koping maladaptif. Kedua rentang ini menggambarkan
model praktik keperawatan dan medis yang melengkapi.
Kesehatan jiwa adalah status
kinerja fungsi kejiwaan yang baik yang memberikan hasil berupa aktivitas yang
produktif, penjalinan hubungan dengan orang lain, dan suatu kemampuan untuk
beradaptasi terhadap perubahan dan dapat mengatasi permasalahan yang ada
(McKenzie, 2006).
Karakteristik dari orang yang
memiliki kesehatan jiwa yang baik mencakup pemilikan citra tubuh yang baik,
tidak berpikiran buruk tentang orang lain, dan mampu memenuhi kebutuhan
sehari-hari.
Kesehatan jiwa merupakan kondisi
jiwa seseorang yang terus tumbuh berkembang dan mempertahankan keselarasan
dalam pengadilan diri serta terbebas dari stres yang serius (Rosdahl, 1999
dalam Yosep, 2010).
Hal-hal berikut ini telah
diidentifikasi sebagai kriteria kesehatan jiwa, yaitu:
1. Sikap
yang positif terhadap diri sendiri
2. Pertumbuhan,
perberkembangan, dan aktualisasi diri
3. Integrasi
dan ketanggapan emosional
4. Otonomi
dan kemantapan diri
5. Persepsi
realita yang akurat
6. Penguasaan
lingkungan dan kompetensi sosial
(Stuart,
2006)
Kesehatan jiwa bukan hanya tidak
ada gangguan jiwa melainkan mengandung berbagai karakteristik yang positif yang
menggambarkan keselarasan dan keseimbangan kejiwaan yang mencerminkan
kedewasaan kepribadian seseorang. Kondisi sehat jiwa pada individu dapat diukur
berdasarkan rentang respon yang telah ditentukan.
1.
Rentang
Respon Kesehatan Jiwa
Rentang respon kesehatan jiwa
merupakan kondisi yang di mulai dari keadaan sehat optimal – mati, bervarisasi
pada tiap individu yang menggambarkan
kemampuan adaptasi dan berfungsi secara efektif (Yosep, 2010).
a. Kriteria
Sehat Jiwa Menurut Yahoda
1) Sikap
positif terhadap diri sendiri
2) Tumbuh
kembang dan aktualisasi diri
3) Integrasi
(keseimbangan/keutuhan)
4) Otonomi
5) Presefsi
realitas
6) Environmental Mastery
(kecakapan dalam adaptasi dengan lingkungan)
b. Rentang
Sehat Jiwa
1) Dinamis
bukan titik statis
2) Rentang
dimulai dari sehat optimal-mati
3) Ada
tahap-tahap
4) Adanya
variasi tiap individu
5) Menggambarkan
kemampuan adaptasi
6) Berfungsi
secara efektif: sehat
Sehat
optimal
|
Sakit
kronis - mati
|
Respon
adaptif Respon
Maldaptif
Sehat Jiwa
|
Masalah Psikososial
|
Ganggauan Jiwa
|
a.
Pikiran
logis
|
a.
Pikiran
kadang menyimpang
|
a. Waham
|
b.
Presepi
akurat
|
b. Ilusi
|
b.
Halusinasi
|
c.
Emosi
konsisten
|
c. Reaksi
emosiaonal
|
c.Ketidakmampuan mengendalikan emosi
|
d.
Prilaku
sesuai
|
d. Perilaku
kadang tidak sesuai
|
d. Kakacauan perilaku
|
e.
Hubungan
sosial memuaskan
|
e. Menarik
diri
|
e. Isolasi social
|
Berdasarkan rentang respon diatas, maka akan
diuraikan tiga kondisi tersebut:
a.
Sehat
jiwa
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO)
dalam Videbeck (2008) mendefinisikan kesehatan sebagai keadaan sehat fisik,
mental dan sosial, bukan semata-mata keadaan tanpa penyakit atau kelemahan.
Orang yang memiliki kesejahteraan emosional, fisik dan sosial dapat memenuhi
tanggung jawab kehidupan, berfungsi dengan efektif dalam kehidupan sehari-hari, dan puas dengan
hubungan interpersonal dan diri mereka sendiri. Tidak ada satu pun definisi
universal kesehatan jiwa, tetapi dapat disimpulkan kesehatan jiwa seseorang dari
perilakunya. Karena perilaku seseorang dapat dilihat atau ditafsirkan berbeda
oleh orang lain, yang bergantung kepada nilai dan keyakinan.
Kesehatan jiwa adalah suatu kondisi
sehat emosional, psikologis, dan sosila yang terlihat dari hubungan interpersonal
yang memuaskan, perilaku dan koping yang efektif, konsep diri yang positif, dan
kestabilan emosional (Videbeck, 2008).
Kesehatn jiwa memiliki banyak
komponen dan dipengaruhi oleh berbagai faktor (Johson, 1997 dalam Videbeck,
2008), yaitu:
1) Otonomi
dan kemandirian
Individu dapat
melihat ke dalam dirinya untuk menemukan nilai dan tujuan hidup. Opini dan
harapan orang lain dipertimbangkan, tetapi ridak mengatur keputusan dan
perilaku individu tersebut. Individu yang otonom dan mandiri dapat bekerja
secara interdependen atau kooperatif dengan orang lain tanpa kehilangan
otonominya.
2) Memaksimalkan
potensi diri
Individu
memiliki orientasi pada pertumbuhan dan aktualisasi diri. Ia tidak puas dengan
status quo dan secara kontinu berusaha tumbuh sebagai individu.
3) Menoleransi
ketidakpastian hidup
Individu dapat
menghadapi tantangan hidup sehari-hari dengan harapan dan pandangan positif
walaupun tidak mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
4) Harga
diri
Individu
memiliki kesadaran yang realistis akan kemampuan dan keterbatasannya.
5) Menguasai
lingkungan
Individu
dapat menghadapi dan mempengaruhi lingkungan dengan cara yang kreatif,
kompeten, dan sesuai kemampuan.
6) Orientasi
realitas
Individu
dapat membedakan dunia nyata dari dunia impian, fakta dari khayalan, dan bertindak
secara tepat.
7) Manajemen
stress
Individu dapat
menoleransi stres kehidupan, merasa cemas atau berduka sesuai keadaan, dan
mengalami kegagalan tanpa merasa hancur. Ia menggunakan dukungan dari keluarga
dan tempat untuk mengatasi krisis karena mengetahui bahwa stres tidak akan
berlangsung selamanya.
Ada suatu interaksi konstan diantara faktor
tersebut; dengan demikian, kesehatan jiwa seseorang merupakan suatu keadaan
yang dinamik atau selalu berubaha.
Faktor yang mempengaruhi kesehatan jiwa seseorang
dapat dikategorikan sebagai berikut:
1) Faktor
individual meliputi struktur biologis, memiliki keharmonisan hidup, vitalitas,
menemukan arti hidup, kegembiraan atau daya tahan emosional, spiritualitas, dan
memiliki identitas yang positif (Seaward, 1997 dalam Videbeck, 2008).
2) Faktor
interpersonal meliputi komunikasi yang efektif, membantu orang lain, keintiman,
dan mempertahankan keseimbangan antara perbedaan dan kesamaan.
3) Faktor
sosial/budaya meliputi keinginan untuk bermasyarakat, memiliki penghasilan yang
cukup, tidak menoleransi kekerasan, dan mendukung keragaman individu.
b.
Masalah
psikososial
Psikososial adalah setiap perubahan dalam kehidupan
individu, baik yang bersifat psikologik maupun sosial yang mempunyai pengaruh
timbal balik.
Masalah-masalah psikososial adalah masalah kejiwaan
dan kemasyarakatan yang mempunyai pengaruh timbal balik, sebagai akibat
terjadinya perubahan sosial dan atau gejolak sosial dalam masyarakat yang dapat
menimbulkan gangguan jiwa. Contoh-contoh masalah psikosial antara lain :
1) Psikotik
Gelandangan
2) Pemasungan
Penderita Gangguan Jiwa
3) Masalah
Anak : Anak Jalanan, Penganiayaan Anak
4) Masalah
Anak Remaja : Tawuran, Kenakalan
5) Penyalahgunaan
Narkotika Dan Psikotropika
6) Masalah
Seksual : Penyimpangan Seksual, Pelecehan Seksual, Eksploitasi Seksual
7) Tindak
Kekerasan Sosial
8) Stress
Pasca Trauma
9) Pengungsi/Migrasi
10)
Masalah Usia Lanjut
Yang Terisolir.
11)
Masalah Kesehatan Kerja
: Kesehatan Jiwa di Tempat Kesrja,Penurunan Produktifitas,Stres di Tempat
Kerja.
c.
Gangguan
jiwa
1)
Pengertian
American
psychiatric association (1994) mendefinisikan gangguan jiwa sebagai “suatu
sindrom atau pola psikologis atau perilaku yang penting secara klinis yang
terjadi pada seseorang dan dikaitkan dengan adanya distress (mis. gejala nyeri) atau disabilitas (kerusakan
pada satu atau lebih area fungsi yang penting) atau disertai peningkatan resiko
kematian yang menyakitkan, nyeri, disabilitas, atau sangat kehilangan
kebebasan”.
Kaplan
dan sadock (2007) berpendapat bahwa gangguan jiwa merupakan gejala yang
dimanifestasikan melalui perubahan karakteristik utama dari kerusakan fungsi
perilaku atau psikologis yang secara umum diukur dari beberapa konsep norma,
dihubungkan dengan distress atau penyakit, tidak hanya dari respon yang
diharapkan pada kejadian tertentu atau keterbatasan hubungan antara individu
dan lingkungan sekitarnya.
2) Penyebab Umum Gangguan Jiwa
Sumber
penyebab gangguan jiwa dipengaruhi oleh faktor-faktor pada ketiga unsur yang
terus menerus saling mempengaruhi, yaitu:
a)
Faktor-faktor somatik
(somatogenik)
(1)
Neroanatomi
(2)
Nerofisiologi
(3)
Nerokimia
(4)
tingkat kematangan dan
perkembangan organik
(5)
faktor-faktor pre dan
peri - natal
b)
Faktor-faktor
psikologik ( psikogenik) :
(1)
Interaksi ibu –anak :
normal (rasa percaya dan rasa aman) atau abnormal berdasarkan kekurangan,
distorsi dan keadaan yang terputus (perasaan tak percaya dan kebimbangan)
(2)
Peranan ayah
(3)
Persaingan antara
saudara kandung
(4)
Inteligensi
(5)
hubungan dalam
keluarga, pekerjaan, permainan dan masyarakat
(6)
kehilangan yang
mengakibatkan kecemasan, depresi, rasa malu atau rasa salah
(7)
Konsep dini :
pengertian identitas diri sendiri lawan peranan yang tidak menentu
(8)
Keterampilan, bakat dan
kreativitas
(9)
Pola adaptasi dan
pembelaan sebagai reaksi terhadap bahaya
(10)
Tingkat perkembangan
emosi
c)
Faktor-faktor
sosio-budaya (sosiogenik)
(1)
Kestabilan keluarga
(2)
Pola mengasuh anak
(3)
Tingkat ekonomi
(4)
Perumahan : perkotaan
lawan pedesaan
(5)
Masalah kelompok
minoritas yang meliputi prasangka dan fasilitas kesehatan, pendidikan dan
kesejahteraan yang tidak memadai
(6)
Pengaruh rasial dan
keagamaan
(7)
Nilai-nilai
DAFTAR PUSTAKA
AIPNI
(2010). Kurikulum pendidikan ners.
Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi.
(2008). Teknik Prosedural Keperawatan:
konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L.,
Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar
Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito,
L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa
keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin,
Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk
Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari,
D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan
Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak,
Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis;
Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.
Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan
Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier,
B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee,
Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima,
N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek,
Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan
Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi
Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo,
Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi
Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart,
G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku
Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati
dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan
kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S.
Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories
of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto
& Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck,
Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat