google adsense

Thursday, August 3, 2017

FAMILY CENTERED CARE

A.    Perspektif Keperawatan Pediatrik
1.    Asuhan berpusat pada keluarga (Family Centered Care)
a.    Pengertian
Family Centered Care (asuhan berpusat pada keluarga) Filosofi Family Centered Care keluarga bersifat konstan dalam hidup anak. Sistem pelayanan dan personel harus mendukung, menghargai, mendorong, dan meningkatkan kekuatan dan kompetensi keluarga melalui pemberdayaan pendekatan dan pemberian bantuan efektif (Duns & Trivette, 1996).
Dua konsep dasar dalam family centered care adalah:
1)   Memampukan keluarga dengan menciptakan kesempatan dan cara bagi semua anggota  keluarga untuk menunjukkan kemampuan dan kompetensi terbaru mereka dan untuk mendapatkan kemampuan dan kompetensi baru yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
2)   Pemberdayaan menggambarkan interaksi profesional dengan keluarga dalam cara tertentu sehingga keluarga mempertahankan dan mendapat kontrol atas kehidupan mereka sendiri dan membuat perubahan positif yang dihasilkan dari perilaku membantu yang mengembangkan kekuatan, kemampuan, dan tindakan mereka sendiri (Duns & Trivette, 1996).
Kemitraan orang tua profesional adalah mekanisme yang sangat kuat unutk memampukan dan memberdayakan keluarga. Orang tua berhak dihargai seperti halnya profesional dan mereka mempunyai hak unutk memutuskan apa yang penting bagi mereka sendiri dan keluarganya. Peran profesional adalah mendukung dan menguatkan kemampuan keluarga untuk mengasuh dan meningkatkan perkembangan anggota dalam cara yang memampukan dan memberdayakan. Profesional harus juga bekerja sama sebagai suatu tim demi keuntungan anak dan keluarga mereka (Patterson, 1996).
a.         Manfaat Family Centered Care

Model asuhan family centered care, memberikan manfaat, seperti:
1)   Keluarga memiliki kepercayaan dan kemampuan yang lebih besar dan tekanan yang lebih kecil dalam merawat anak-anak mereka.
2)   Ketergantungan keluarga pada pemberi keperawatan profesional berkurang.
3)   Biaya perawatan berkurang.
4)   Para profesional mengalammi kepuasan kerja yang lebih besar.
5)   Kedua orang tua dan petugas kesehatan diberdayakan untuk mengembangkan keahlian dan keterampilan yang baru.

b.         Elemen Penting Family Centered Care, yaitu:
1)    Keluarga bersifat konstan
2)    Kolaborasi keluarga/profesional
3)    Saling bertukar informasi yang lengkap dan jelas
4)   Penghormatan terhadap keanekaragaman budaya, suku, ras, sosial, ekonomi, dll
5)   Metode koping yang berbeda
6)   Kerja sama keluarga-keluarga
7)   Rumah, rumah sakit, pelayanan masyarakat dan sistem pendukung fleksibel, dapat diakses, komprehensif
8)   Menghargai keluarga sebagai keluarga, anak sebagai anak.

b.    Asuhan Atraumatic (Atraumatic Care)

a.         Pengertian
Asuhan atraumatik adalah penyediaan asuhan terapeutik dalam lingkungan, oleh personel, dan melalui penggunaan intervensi yang mneghapuskan atau memperkecil distres psikologis dan fisik yang diderita oleh anak-anak dan keluarga mereka dalam pelayanan kesehatan (Donna L. Wong, 2008).
Asuhan atraumatik mencakup pencegahan, diagnosis, penanganan, atau penyembuhan kondisi akut atau kronis. Lingkungan mengacu pada setiap tempat yang memberikan perlindungan seperti rumah, rumah sakit, atau disetiap tempat pemberian pelayanan kesehatan.personal meliputi orang yang secara langsung terlibat dalam memberikan asuhan terapeutik. Intervensi berkisar dari pendekatan psikologis, sepertika menyiapkan anak-anak untuk prosedur pemeriksaan, sampai pada intervensi fisik, seperti menyediakan ruang untuk orang tua tinggal bersama anak dalam satu kamar (Donna L. Wong, 2008).

b.        Tanda-tanda Trauma/ Distress psikologis dan fisik (Donna L. Wong, 2008).

Trauma/ Distress psikologis, meliputi:
1)    Kecemasan
2)    ketakutan,
3)    kemarahan,
4)    kekecewaan
5)    kesedihan
6)    malu
7)    atau rasa bersalah.
Trauma/ Distress fisik, meliputi:
1)    Kesulitan tidur
2)   Imobilisasi sampai pengalaman stimulas sensori yang mengganggu seperti rasa sakit, temperatur ekstrem, cahaya yang menyilaukan atau kegelapan (Donna L. Wong, 2008).

c.         Tujuan utama perawatan atraumatik adalah:
1)    Mencegah atau meminimalkan pemisahan anak dari keluarga
2)    Meningkatkan rasa kendali
3)    Mencegah atau meminimalkan nyeri dan cedera bagi tubuh

d.        Contoh pemberian asuhan atraumatik meliputi:
1)   Pengembangan hubungan orang tua-anak selama dirawat di rumah sakit.
2)   Menyiapkan anak sebelum pelaksanaan terapi dan prosedur yang tidak dikenalinya.
3)   Mengendalikan perasaan sakit.
4)   Memberikan privasi pada anak.
5)   Memberikan kativitas bermain untuk mengungkapkan ketakutan dan permusuhan.
6)   Menyediakan pilihan untuk anak-anak.
7)   Menghormati perbedaan budaya.

Walaupun kemajuan yang luar biasa telah dicapai dalam keperawatan anak, banyak perubahan yang telah menyembuhkan penyakit dan memperpanjang kehidupan merupakan hal yang bersifat traumatis, menyakitkan, merepotkan, dan menakutkan. Sayangnya, upaya memperkecil trauma akibat intervensi medis tidak mengiringi kemajuan teknologi dengan mengetahui stresor yang dihadapi oleh anak sakit dan keluarganya dan dengan intervensi yang efektif dan aman dalam menghilangkan dan mengurangi ini, para profesional kesehatan harus mengarahkan perhatian mereka untuk memberikan pelayanan atraumatik.

B.     Peran Perawat Pediatrik
1.      Hubungan terapeutik
Penetapan hubungan terapeutik merupakan pondasi penting untuk memberikan asuhan keperawatan yang berkualitas. Perawat anak perlu berhubungan dengan anak-anak dan keluarganya dan harus dapat memisahkan antara perasaan dan kebutuhan mereka. Dalam hubungan terapeutik, caring, batasan yang didefinisikan dengan baik, memisahkan perawat dari anak dan keluarga. Batasan ini bersifat positif dan profesional dan akan meningkatkan kendali keluarga atas perawatan kesehatan anak (Rushton, McEnhill dan Amstrong, 1996, Barnsteiner dan Gillis Donovans, 1990 dalam Wong, 2008, p. 14). Keduanya, baik perawat maupun keluarga diberdayakan, dan komunikasi yang terbuka dipertahankan. Dalam hubungan yang tidak terapeutik, batasan ini tidak terlihat dengan jelas, dan banyak tindakan perawat yang dapat memenuhi kebutuhan pribadi, seperti kebutuhan untuk dilibatkan dan merasa diperlukan, dibandingkan hanya memenuhi kebutuhan keluarga (Wong, 2008, p. 14).
               Walaupun relavan dalam semua tatanan, pendekatan asuhan berpusat-keluarga dalam praktik perawatan paling jelas dilakukan pada perawatan di rumah (home-care). Bagaimanapun, tatanan perawatan di rumah memberikan tantangan terbesar bagi perawat dalam menentukan batasan hubungan kolaboratif dengan keluarga dan menjadi bagian dalam sistem keluarga. Beberapa faktor menghambat pemeliharaan batasan yang jelas tentang: lingkungan rumah yang bersifat informal, percakapan sosial yang bisa terjadi antara anggota keluarga sepanjang hari, keikutsertaan anggota keluarga dalam perawatan anak, dan upaya beberapa keluarga untuk mengurangi stres karena kehadiran orang asing di rumah dengan memasukkan perawat sebagai anggota keluarga (Wong, 2008, p. 14).
2.      Advokasi/ Caring Keluarga
Walaupun perawat bertanggung jawab terhadap diri sendiri, profesi, dan institusi tempat bekerja, tanggung jawab utama mereka adalah memberikan asuhan keperawatan kepada konsumen yaitu anak dan keluarganya. Perawat harus bekerja sama dengan anggota keluarga, mengidentifikasi tujuan dan kebutuhan mereka, dan merencanakan intervensi yang paling dapat mengatasi masalah. Sebagai advokat (pembela), perawat membantu anak-anak dan keluarga mereka dalam menentukan berbagai pilihan yang diberitahukan dan bertindak dalam memberikan yang terbaik kepada anak. Advokasi itu meliputi jaminan bahwa keluarga akan mengetahui semua pelayanan kesehatan yang tersedia, diinformasikan secara tepat tentang pengobatan dan prosedurnya, dilibatkan dalam perawatan anak, dan didorong untuk berubah atau mendukung praktik pelayanan kesehatan yang ada (Wong, 2008, p. 15).
Saat perawat merawat anak dan keluarganya, perawat harus mampu menunjukkan caring, menunjukkan rasa kasih dan empati terhadap orang lain. Aspek caring dapat berwujud konsep tentang asuhan atraumatik dan pengembangan hubungan terapeutik dengan klien. Orang tua menjelaskan bahwa caring merupakan tanda asuhan keperawatan yang berkualitas, yang sering dipusatkan pada kebutuhan non-teksis anak dan keluarga. Orang tua menjelaskan bahwa pelayanan yang “bersahaja” merupakan tindakan yang menjadi tanggungjawab perawat, termasuk mengetahui kehadiran orang tua, mendengarkan, membuat perasaan orang tua nyaman terhadap lingkungan rumah sakit, menyertakan anak dan orang tua di dalam perawatan kesehatan, menunjukkan minat dan perhatian untuk kesejahteraan mereka, memperlihatkan kasih sayang dan kepekaan kepada orang tua dan anak, memberitahukan mereka dan memberikan asuhan keperawatan secara individual. Orang tua merasa asuhan keperawatan yang “bersahaja” merupakan bagian integral dalam membangun hubungan yang positif (Wong, 2008, p. 15).
3.      Pencegahan Penyakit/Promosi Kesehatan
Tren pelayanan kesehatan masa depan adalah ke arah pencegahan penyakit dan pemeliharaan kesehatan, bukan perawatan penyakit atau ketidakmampan. Keperawatan telah menyesuaikan perubahan ini, terutama dalam lingkungan kesehatan anak. Tahun 1965 program pediatrik nurse practitioner (PNP) mulai dikembangkan dan telah memicu terbentuknya beberapa peran keperawatan primer atau ambulasi khusus bagi perawat. Daya dorong dari program ini adalah mendidik perawat lebih dari tahap persiapan dasar di area pemeliharaan kesehatan anak sehingga semua anak-anak dapat menerima perawatan yang berkualitas tinggi. Program praktisi sudah meluas untuk mempersiapkan PNP spesialis seperti praktisi perawat anak onkologi. Walaupun kurikulumnya bervariasi, isi kursus biasanya meliputi pengkajian riwayat, diagnosis fisik, pertumbuhan dan perkembangan, pendidikan kesehatan, farmakologi, konseling, masalah umum di masa kanak-kanak, dan rencana asuhan untuk individu dan kelompok. Program ini kini merupakan bagian dari pendidikan keperawatan tingkat sarjana (Wong, 2008, p. 16).
4.      Penyuluhan Kesehatan
Penyuluhan kesehatan tidak dapat dipisahkan dari advokasi dan      prevensi keluarga. Penyuluhan kesehatan mungkin suatu tujuan langsung dari perawat, seperti selama kelas menjadi orang tua, atau mungkin tidak langsung seperti membantu orang tua dan anak memahami suatu diagnosis atau pengobatan medis, mendorong anak untuk mengajukan pertanyaan tentang tubuh mereka, merujuk keluarga ke profesional kesehatan atau kelompok pendukung, menyuplai pasien dengan literatur yang tepat, dan memberi pedoman antisipasi (Wong, 2008, p. 16).
            Penyuluhan kesehatan sering merupakan satu bidang yang perlu disiapkan dan dipraktikkan oleh perawat dengan model peran kompeten, karena penyuluhan ini melibatkan transmisi informasi pada tingkat pemahaman anak dan keluarga dan kebutuhan mereka terhadap informasi. Sebagai pendidik yang efektif, perawat berfokus pada pemberian penyuluhan kesehatan yang tepat dengan umpan balik dan evaluasi yang tulus untuk meningkatkan pembelajaran (Wong, 2008, p. 16).
5.      Dukungan/Konseling
Perhatian pada kebutuhan emosi memerlukan dukungan dan kadang-kadang konseling. Peran advokat anak atau guru kesehatan bersifat mendukung melalui pendekatan individual yang sangat alamiah. Dukungan dapat diberikan dengan cara berikut: mendengar, menyentuh, dan kehadiran fisik. Sentuhan dan kehadiran fisik paling menolong anak-anak karena cara ini memudahkan komunikasi nonverbal (Wong, 2008, p. 16).
Konseling melibatkan pertukaran pendapat dan ide yang memberi dasar untuk pemecahan masalah bersama. Konseling melibatkan dukungan, penyuluhan, teknik untuk mendorong ekspresi perasaan dan pikiran dan pendekatan untuk membantu keluarga mengatasi stres. Secara optimal, konseling tidak hanya membantu mengatasi krisis atau masalah tetapi juga memampukan keluarga untuk mendapatkan tingkat fungsi lebih tinggi, harga diri lebih tinggi, dan hubungan yang lebih dekat. Meskipun konseling sering menjadi peran perawat dalam bidang yang lebih spesialis, teknik konseling dibahas dalam buku ini untuk membantu peserta didik dan perawat mengatasi krisis yang dihadapi dan merujuk keluarga untuk mendapat bantuan profesional tambahan (Wong, 2008, p. 17).

6.      Peran Restoratif
Peran paling dasar dari semua peran keperawatan adalah restorasi kesehatan melalui aktivitas pemberian asuhan. Perawat secara langsung terlibat dalam pemenuhan kebutuhan fisik dan emosi anak, termasuk makan, mandi, toileting, berpakaian, keamanan dan sosialisasi. Meskipun mereka bertanggung jawab untuk melakukan program dokter, perawat juga bertanggung gugat atas tindakan dan penilaian mereka sendiri tanpa memperhatikan program tertulis dari dokter (Wong, 2008, p. 17).
Aspek penting dari restorasi kesehatan adalah pengkajian dan evaluasi status fisik yang berkesinambungan. Fokus utama seluruh buku ini pada pengkajian fisik, patofisiologi, dan rasional ilmiah atas terapi yang dilakukan membantu perawat membuat keputusan mengenai status kesehatan. Perawat harus mengetahui temuan normal untuk mengidentifikasi dan mendokumentasikan penyimpangan. Selain itu, perawat pediatrik tidak boleh kehilangan kesadaran tentang kebutuhan emosi dan perkembangan individu anak, yang dapat sangat memengaruhi perjalanan proses penyakit (Wong, 2008, p. 17).
7.      Koordinasi/Kolaborasi
Perawat, sebagai anggota tim kesehatan, berkolaborasi dan mengoordinasi pelayanan keperawatan dengan aktivitas profesional lain. Bekerja sendirian tidak memberikan hal yang terbaik untuk anak. Konsep “Asuhan Holistik” hanya dapat direalisasi melalui penyatuan pendekatan interdisiplin. Menyadari kontribusi dan keterbatasan individu pada perawatan anak, perawat harus berkolaborasi dengan spesialis lain yang berhubungan pelayanan kesehatan berkualitas tinggi. Kegagalan mengenali keterbatasan dapat menjadi non-terapeutik dan mungkin destruktif. Misalnya, perawat yang merasa kompeten dalam konseling tetapi tidak benar-benar cocok dalam bidang ini mungkin tidak hanya mencegah anak dari menghadapi krisis tetapi mungkin juga mengancam keberhasilan profesional yang berkualitas nantinya (Wong, 2008, p. 17).
8.      Pengambilan Keputusan Etis
Dilema etis muncul ketika pertentangan dan pertimbangan moral mendasari berbagai alternatif. Orang tua, dokter, perawat dan anggota tim pelayanan kesehatan dapat memperoleh keputusan berbeda tetapi dapat dibenarkan secara moral dengan menempatkan pertimbangan berbeda pada nilai moral yang menentangnya. Pertentangan nilai moral ini meliputi:
a.         autonomi (hak-hak pasien untuk mengatur dirinya sendiri)
b.        nonmaleficence (kewajiban untuk memperkecil atau mencegah bahaya)
c.          beneficence (kewajiban untuk mempromosikan kesejahteraan pasien, dan
d.        Keadilan (konsep persamaan)
        Perawat harus menentukan tindakan yang paling menguntungkan atau paling sedikit bahayanya dalam kerangka kerja masyarakat, standar praktik profesional, hukum, peraturan lembaga, tradisi religius, sistem nilai keluarga, dan nilai pribadi perawat (Wong, 2008, p. 17).
        Peran perawat sebagai anggota tim pelayanan kesehatan memastikan keikutsertaan mereka di dalam pengambilan keputusan etis kolaboratif. Perawat secara rutin menggunakan metode pemecahan masalah sistematis yang dikenal sebagai proses keperawatan, untuk memecahkan masalah klinis. Masing-masing keputusan menuntut perawat untuk mengumpulkan data fisiologis dan psikososial, mengkaji nilai relevan yang diyakini keluarga dan pasien, dan menggabungkan data tersebut ke dalam suatu rencana asuhan. Masing-masing aktivitas ini adalah suatu komponen penting dalam pengambilan keputusan etis (Wong, 2008, p. 17).
9.      Riset
   Perawat pelaksana harus berperan pada riset karena mereka adalah individu yang mengamati respons manusia terhadap kesehatan dan kesakitan. Sayangnya, sedikit perawat yang secara sistematis mencatat atau menganalisis pengamatan ini. Sebagai contoh, perawat kesehatan anak menggunakan metode inovatif untuk mendorong anak-anak mematuhi pengobatan. Jika intervensi ini secara klinis dievaluasi dan disebarluaskan pada perawat lain dalam publikasi riset, praktik keperawatan dapat didasarkan terutama pada ilmiah, bukan tradisi atau coba-coba (Wong, 2008, p. 18).

10.  Perencanaan Pelayanan Kesehatan
   Beberapa tahun terakhir peran perawat telah meluas hingga ke luar dari keluarga inti hingga mencakup komunitas (Kerfoot, 1996 dalam Wong, 2008, p. 18). Secara tradisional perawat telah terlibat dalam pelayanan kesehatan masyarakat, baik secara kontinu atau episodik. Namun, jarang sekali perawat dilibatkan dalam perencanaan pelayanan kesehatan, terutama pada tingkatan legislatif atau politis (Wong, 2008, p. 18).

   Sebagai profesi pelayanan kesehatan yang paling besar, keperawatan harus mempunyai suara, terutama sebagai advokat keluarga/konsumen. Untuk itu perawat harus memiliki pengetahuan dan mengetahui tentang kebutuhan masyarakat, tertarik dalam perumusan biaya oleh pemerintah, mendukung politisi untuk menjamin dikeluarkannya (atau ditolaknya) legislasi yang signifikan, dan terlibat aktif dalam kelompok yang ditujukan untuk kesejahteraan anak (mis, kelompok keperawatan profesional, organisasi orang tua-guru, kelompok pendukung orang tua, organisasi religius, dan organisasi sukarelawan) (Wong, 2008, p. 19).

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat