BERAT
BAYI LAHIR RENDAH
A.
Pengertian
Bayi baru lahir
risiko tinggi adalah neonates tanpa memeprhatikan usia gestasi atau berat badan
lahir yang mempunyai kemungkinan morbiditas atau mortalitas yang lebih besar
dari rata-rata karena kondisi atau situasi yang tumpang tindih pada keadaan
normal suatu kejadian yang dikaitkan dengan kelahiran dan penyesuaian pada keberadaan
ekstrauterin.
B.
Klasifikasi
menurut ukuran
1.
Bayi berat badan lahir rendah (BBLR)
adalah bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 2500gr tanpa
memperhatikan usia gestasi
2.
Berat badan lahir sangat rendah sekali
atau bayi berat badan lahir ekstrem rendah adalah bayi yang lahir dengan berat
badan kurang dari 1000gr
3.
Berat badan lahir sangat rendah adalah
bayi yang lahir dengan berat badan kurang dari 1500gr
4.
Berat badan lahir rendah sedang adalah
bayi yang lahir dengan berat badan antara 1501-2500gr
5.
Bayi berat sesuai usia gestasi bayi
lahir dengan berat badan berada diantara persent8il ke-10 dan ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterine
6.
Bayi kecil untuk kelahiran atau kecil
untuk usia gestasi adalah bayi yang lahir dengan berat badan berada dibawah persentil
ke -10 pada kurva pertumbuhan intrauterine.
7.
Bayi besar untuk usia gestasi adalah
bayi yang berat badan lahirnya berada diatas persentil ke-90 pada kurva
pertumbuhan intrauterine.
Retardasi
pertumbuhan intrauterine (intrauterine growth retardation) ditemukan pada bayi
yang pertumbuhan intrauterinnya mengalami retardasi (terkadang digunakan
sebagai istilah yang lebih deskriptif untuk bayi kecil untuk usia gestasi).
C.
Klasifikasi
menurut usia gestasi
1. Bayi
premature (praterm) bayi yang lahir sebelum gestasi minggu ke-37, tanpa
memperhatikan berat badan lahir
2. Bayi
full-term bayi yang lahir anatra awal minggu ke-38 sampai akhir gestasi minggu
ke- 42, tanpa memperhatikan berat badan lahir
3. Bayi
postmatur (postterm) bayi yang lahir setelah minggu ke-42 dari usia gestasi,
tanpa memperhatikan berat badan lahir.
D.
Klasifikasi
menurut mortalitas
1.
Lahir hidup, kelahiran dimana neonates
memanifestasikan adanya denyut jantung, pernapasan, atau menunjukkan gerakan
gerakan volunteer, tampa memperhatikan usia gestasi
2.
Kematian janin, kematian janin setelah
gestasi 20 minggu dan sebelum persalinan, dengan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan setelah lahir.
3.
Kematian neonatus, kematian yg terjadi
dalam 27 hari pertama kehidupan; kematian neonatus dini terjasi pada minggu
pertama kehidupan; kematian neonates akhir terjadi pada 7 sampai 27 hari.
4.
Mortalitas perinatal, menggambarkan
jumlah total janin dari neonates awal yang meniggal per 100 kelahiran hidup
5.
Kematian postnatal, kematian yang
terjadi pada hari ke-28 sampai 1 tahun
E.
Pengkajian
1.
Observasi manifestasi klinis dari
prematuritas:
a. Sangat
kecil, penampilan rapuh
b. Kulit
merah sampai merah muda dengan vena dapat dilihat
c. Rambut
tipis dan halus, laguno pada punggung dan wajah
d. Sedikit
atau tidak ada bukti lemak subkutan
e. Kepala
lebih besar
dari tubuh
f. Bantalan
pengisap menonjol
g. Berbaring
dalam “sikap rileks’
h. Ekstremitas
terekstensi
i.
Kartilago telinga berkembang buruk
j.
Sedikit keriput halus pada telapak
tangan dan kaki
k. Pada
wanita klitoris menonjol
l.
Skrotum belum berkembang, tidak
menggantung, dengan rugae minimal dan testis tidak turun
m. Sendi
mudah dimanipulasi dan longgar
n. Reflek
menggenggam, menghisap, menelan, dan reflex muntah tidak ada, lemah, atau tidak
efektif.
o. Tanda-tanda
neurologis lain tidak ada atau menurun
p. Tidak
dapat memepertahankan suhu tubuh
q. Urin
encer
r.
Toraks lunak
s. Bernapas
periodik, hipoventulasi
t.
Episode apnea sering
2.
Observasi manifestasi klinis
pascamaturitas:
a. Tidak
ada lanugo
b. Sedikit
verniks kaseosa-bila ada warna kuning tua atau hijau
c. Rambut
kulit kepala berlebihan atau berkurang
d. Kuku
jari panjang
e. Kulit
lebih putih daripada bayi cukup bulan
f. Kulit
sering pecah, seperti kulit kertas, dan dekuamasi
g. Penampilan
fisik letih, jaringan subkutan sedikit
h. Penampilan
kurus dan panjang.
1.
Pedoman
Pengkajian Fisik
a.
Pengkajian
umum
1) Dengan
menggunakan timbangan elektrolik, timbang setiap hari, atau lebih sering bila
diinstruksikan.
2) Ukur
panjang dan lingkar kepala secara periodik.
3) Gambarkan
bentuk dan ukuran tubuh umum, postur saat istirahat, kemudahan bernapas, adanya
edema dan lokasinya.
4) Gambarkan
adanya deformitas yang nyata.
5) Gambarkan
adanya tanda distress: warna buruk, mulut terbuka, kepada terangguk-angguk,
meringis, alis berkerut.
b.
Pengkajian
pernapasan
1) Gambarkan
bentuk dada (barrel, cembung), kesimetrisan, adanya insisi, selang dada, atau
penyimpangan lain.
2) Gambarkan
penggunaan oto aksesori: pernapasan cuping hidung atau substernal, interkostal,
atau retraksi subklavikular.
3) Tentukan
frekuensi atau keteraturan pernapasan.
4) Auskultasi
dan gambarkan bunyi pernapasan: stridor, krekels, mengi, bunyi menurun basah,
area yang tidak ada bunyi, mengorok, penurunan udara masuk, keseimbangan bunyi
napas.
5) Tentukan
apakah penghisapan diperlukan.
6) Gambarkan
tangisan bila tidak diintubasi.
7) Gambarkan
oksigen ambien dan metode pemberian; bila diintubasi, gambarkan ukuran selang,
jenis ventilator, dan penyiapannya, serta metode pengamanan selang.
8) Tentukan
saturasi oksigen dengan oksimetri nadi dan tekanan parsial oksigen dan karbon
dioksida dengan oksigen transkurtan (tcPo2) dan karbon dioksida
transkutan (tcPco2).
c.
Pengkajian
kardiovaskular
1) Tentukan
frekuensi dan irama jantung.
2) Gambarkan
bunyi jantung termasuk adanya murmur.
3) Tentukan
titik intensitas maksimum, titik di mana bunyi dan palpasi denyut jantung yang
terkeras (perubahan pada titik intensitas maksimum dapat menunjukkan pergeseran
mediastinal).
4) Gambarkan
warna bayi (mungkin berasal dari jantung,pernapasan, atau hematopoietik):
sianosis, pucat, pletora, ikterik, mottling.
5) Kaji
warna bantalan kuku, membran mukosa, bibir
6) Tentukan
tekanan darah. Tunjukkan ekstremitas yang digunakan dan ukuran menser; periksa
setiap ekstremitas sedikitnya sekali.
7) Gambarkan
nadi perifer, pengisian kapiler (< 2 sampai 3 detik), perfusi perifer (mottling).
8) Gambarkan
monitor, parameternya, dan apakah alarm berada pada posisi “on”.
d.
Pengkajian
gastrointestinal
1) Tentukan
adanya distensi abdomen: lingkar perut bertambah, kulit mengilat, tanda-tanda
eritema dindeng abdomen, peristaltik yang dapat dilihat, lekung usus yang dapat
dilihat, status umbilikus.
2) Tentukan
adanya tanda-tanda regurgitasi, dan waktu yang berhubungan dengan pemberian
makan, karakter dan jumlah sisa bila diberi makan melalui lavase; bila selang
nasogastrik terpasang, gambarkan tipe penghisap, drainase (warna, konsistensi,
pH, guaiak).
3) Gambarkan
jumlah, warna, konsistensi, dan bau dari adanya muntah.
4) Palpasi
garis tepi hati.
5) Gambarkan
jumlah, warna, dan konsistensi feses; periksa adanya darah samar dan/atau
penurunan substansi bila diinstruksikan atau diindikasikan dengan tampilan
feses.
6) Gambarkan
bising usus: ada atau tidak ada (harus ada bila makan).
e.
Pengkajian
genitourinaria
1) Gambarkan
adanya abnormalitas genitalia.
2) Gambarkan
jumlah (seperti ditemtukan oleh berat badan), warna, pH, temuan labstik, dan
berat jenis urin (untuk penelitian keadekuatan hidrasi).
3) Periksa
berat badan (pengukuran paling akurat untuk pengkajian hidrasi).
f.
Pengkajian
neurologis-muskuloskeletal
1) Gambarkan
gerakan bayi: acak, bertujuan, gelisah, kedutan, spontan, menonjol; tingkat
aktivitas dengan stimulasi; evaluasi berdasarkan usia gestasi.
2) Gambarkan
posisi atau sikap bayi: fleksi, ekstensi.
3) Gambarkan
refleks yang diamati: Moro, babinski, refleks plantar, dan refleks yang
diharapkan lainnya.
4) Tentukan
perubahan pada lingkar kepala (bila diindikasikan); ukuran dan tegangan
fontanel, garis sutura.
5) Tentukan
respons pupil pada bayi >32 minggu gestasi.
g.
Pengkajian
suhu
1) Tentukan
suhu kulit dan akasila.
2) Tentukan
hubungan dengan suhu lingkungan.
h.
Pengkajian
kulit
1) Gambarkan
adanya peubahan warna, area kemerahan, tanda iritasi, lepuh, abrasi, atau area
gundul, khususnya di mana alat pemantau, infus, atau alat lain kontak dengan
kulit; periksa juga dengan memperhatikan adanya preparat kulit yang digunakan
(mis. Plester povidon-iodin).
2) Tentukan
tekstur dan turgor kulit: kering, halus, pecah, terkelupas, dll.
3) Gambarkan
adanya ruam, lesi kulit, atau tanda lahir.
4) Tentukan
apakah kateter infus intravena atau jarum berada pada tempatnya dan amati
adanya tanda-tanda infiltrasi.
5) Gambarkan
jalur pemasangan kateter infus intravena, jenis (arteri, vena, perifer,
umbilikus, sentral, vena sentral perifer); jenis infus (obat, salin, dekstrosa,
elektrolit, lemak, nutrisi parenteral total); jenis pompa infus dan frekuensi
aliran; jenis jarum (kupu-kupu, kateter); tampilan area insersi.
2.
Tanda
Stres Atau Keletihan Pada Neonatus
a.
Stres
otonomik
1) Akrosianosis
2) Pernapasan
dalam dan cepat
3) Frekuensi
jantung reguler dan cepat
b.
Perubahan
pada status
1) Status
atau dangkal
2) Menangis
atau rewel
3) Mata
berkaca-kaca atau kewaspadaan tegang
c.
Perubahan
perilaku
1) Mata
tidak berfokus atau tidak teroordinasi
2) Lengan
dan kaki lemas
3) Bahu
flaksid turun ke belakang
4) Cegukan
5) Bersin
6) Menguap
7) Mengejan,
buang air besar.
F.
Diagnosa
1.
Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan
pertahanan imunologis yang kurang.
Sasaran pasien 1 : Pasien tidak menunjukan
tanda-tanda infeksi nosokomial.
Intervensi keperawatan
rasional :
a. Pastikan
bahwa semua pemberi keperawatan mencuci tangan sebelum dan setelah mengurus
bayi untuk menimimalkan pemanjanan pada organime injektif.
b. Pastikan
semua alat yang kontak dengan bayi sudah bersih atau steril.
c. Cegah
personel dengan injeksi saluran pernafasan atas atau infeksi menular agar tidak
mengandakankontak langsung dengan bayi
d. Isolasi
bayi dengan yang mengalami infeksi sesuai dengan kebijakan intitusional.
e. Intruksikan
pekerja keperawatan kesehatan dan orang tuadalam prosedur control infeksi.
f. Beri
antibiotic sesuai instruksi.
g. Pastikan
aspesis ketat atau sterilitas seperti terapi IV perifer, fungsi lumbal, dan
pemasangan kateter arteri/ vena.
Hasil yang diharapkan : Bayi tidak menunjukan
tanda-tanda infeksi nosokomial.
2. Perubahan
nutrisi :kurang dari kebutuhan tubuh ( Resiko tinggi ) berhubungan dengan
ketidakmampuan mencerna nutrisi karena imaturasi atau penyakit.
Sasaran
pasien 1 : Pasien mendapatkan nutrisi yang adekuat dengan masukan kalori untuk
mempertahankan keseimbangan nitrogen positif dan menunjukan penambahan berat
badan yang tepat.
Intervensi
keperawatan rasional :
a. Pertahanan
cairan parenteral atau nutrisi parenteral total sesuai intruksi
b. Pantau
adanya tanda-tanda intoleransi terhadap terapi parenteral total trutama proten
dan glukosa.
c. Kaji
kesiapan bayi untuk menyusu pada payudara ibu , khususnya kemampuan untuk
mengkoordinasikan menelan dan pernapasan.
d. Susukan
bayi pada payudara bila penghisapan kuat, serta menelan dan refleks muntah ada
( biasanya pada usia gestasi 35 sampai 35 minggu ) untuk memimimalkan resiko
aspirasi.
e. Ikuti
protocol unit untuk meningkatkan volume dan kontrasi formula untuk menghindari
introleransi pemberian makanan.
f. Gunakan
pemberian makanan orogastrik bila bayi mudah lelah atau mengalami pengisapan
feflek muntah atau menelan yang lemah karena makanan dengan ASI dapat
mengakibatkan peneurunan berat badan\.
g. Bantu
ibu mengeluarkan ASI untuk menciptakan dan mempertahankan laktasi sampai bayi
dapat menyusui ASI
h. Bantu
ibu dengan menyusui bila mungkin dan diingikan.
Hasil
yang diharapkan :
a. Bayi
mendapatkan kalori dan nutrisi esensial yang adekuat
b. Bayi
menunjukan penambah berat badan yang mantap ( kira-kira 20 sampai 30 gr/hari )
pada saat fase pascaakut penyakit.
3. Resiko
tinggi kekurangan atau kelebihan volume cairan berhubungan dengan karekteristik
fisiologis imatur dari bayi preterm atau imaturasi atau penyakit.
Sasaran
pasien 1 : Pasien menunjukan status hidrasi adekuat
Intervensi
keperawatan rasional :
a. Pantau
dengan ketat cairan dan elektrolit dengan terapi yang meninggkat kehilangan air
tak kasat mata ( insensible water loss / IWL ) misal tototerapi, penghangat
radian.
b. Implementasikan
strategis untuk meminimalkan IWL, seperti penutup plastic, peningkatan
kelembababn ambien.
c. Pastikan masukan cairan oral / parenteral yang
adekuat.
d. Kaji
status hidrasi ( turgor kulit, tekanan darah, edema, berat badan, membrane
mukosa, berat jenis urin, erektrolit, fontanel )
e. Atur
cairan perenteral dengan ketat untuk meghidari dehidrasi, hidrasi berlebihan
atau ekstravasasi.
f. Hindari
pemberian cairan hipertonik ( missal obat tidak diencerkan, infuse glokosa
terkonsentrasi ) untuk mencegah berat badan berlebihan pada ginjal imatur dan
vena yang rapuh.
g. Pantau
keluran urin dan nialai laboratorium untuk bukti dehidrasi dan hidrasi
berlebihan ( keluaran urin adekuat 1-2 ml/ kg/jam ).
Hasil yang diharapkan : Bayi menunjukan bukti
homeostatis
4. Resiko
tinggi gangguan intergritas kulit berhubungan dengan stuktur kulit imatur,
imobilitas, penurunan stastus nutrisi, prosedur invasive
Sasaran
pasien 1 : Pasien mempertahan intergritas kulit
Intervensi
keperwatan / rasional : Sama dengan perawatan kulit pada neonatus
Hasil
yang diharapkan : Kulit tetap bersih dan utuh tampa tanda-tanda iritasi atau
cedera.
5.
Perubahan proses keluarga berhubungan
dengan krisissituasi/ maturasi, kurang pengetahuan (kelahiran bayi preterm
dan/atau sakit), gangguan proses kedekatan orang tua.
Sasaran
pasien (keluarga) : Pasien
(keluarga) mendapatkan informasi tentang kemajuan bayi.
Intervensi
keperawatan /rasional:
a. Prioritaskan
informasi untuk membantu orang tua memahami aspek paling penting dari
perawatan, tanda perbaikan atau penyimpangan pada kondisi bayi.
b. Dorong
orang tua untuk menganjurkan pertanyaan mengenai status bayi.
c. Jawab
pertanyaan fasilitasi ekspresi kekhawatiran mengenai perawatan dan prognosis.
d. Bersikap
jujur, berespons pada pertanyaan dengan jawaban yang benar untuk menciptakan
rasa percaya.
e. Dorong
ibu dan ayah untuk berkunjung dan/ atau menghubungi unit dengan sering sehingga
mereka mendapatkan informasi tentang kemajuan bayi.
f. Tekankan
aspek positif dan status bayi untuk mendorong rasa pengharapan.
Hasil yang di harapkan
Orang tua
mengekspresikan perasaan dan kekhawatiran mengenai bayi dan prognosis serta
menunjukkan pemahaman dan keterlibatan dalam perawatan.
Sasaran pasien (keluarga) 2 : Pasien
(keluarga) menunjukkan perilaku
kedekatan dan keterlibatan yang positif.
Intervensi
keperawatan rasional
a. Dorong
kunjungan orang tua sesegera mungkin sehingga proses kedekatan di mulai.
b. Dorong
orang tua untuk melakukan hal-hal berikut:
c. Mengunjungi
bayi dengan sering.
d. Menyuntuh,
menggendong, dan merawat bayi bila sesuai dengan kondisi mengizinkan.
e. Kuatkan
usaha orang tua untuk meningkatkan kepercayaan diri mereka.
f. Waspadai
tanda ketegangan dan stres pada orang tua. Izinkan orang tua untuk menghabiskan
waktu sendiri bersama bayi.
g. Bantu
orang tua menginterprestasikan respons dan tanda stimulasi berlebihan atau
keletihan.
h. Bantu
orang tua dengan mendemonstrasikan teknik-teknik keperawatan bayi dan tawarkan
dukungan identifikasi sumber-sumber (mis. Transportasi, pengasuh bayi) untuk
memungkinkan orang tua untuk berkunjung.
Hasil
yang di harapkan
a. Orang
tua mengunjungi bayi segera setelah kelahiran dan pada interval sering.
b. Orang
tua berhubungan secara positif dengan bayi (mis. Memanggil bayi dengan namanya,
melihat dan menyentuh bayi.
c. Orang
tua memberikan perawatan untuk bayi dan menunjukkan sikap nyaman dalam
hubungannya dengan bayi.
d. Orang
tua mengidentifikasi tanda-tanda stres atau keletihan pada bayi.
Sasaran pasien (saudara kandung) 3
: pasien
(saudara kandung) menunjukkan perilaku kedekatan yang positif.
Intervensi
keperawatan rasional
a. Dorong
saudara kandung untuk mengunjungi bayi bila mungkin.
b. Jelaskan
lingkungan, kejadian, penampilan bayi dan mengapa bayi tidak dapat pulang ke
rumah untuk menyiapkan mereka untuk berkunjung.
c. Anjurkan
saudara kandung untuk membuat foto atau membawa benda kecil lainnya, seperti
surat untuk bayi dan di letakkan pada inkubator atau keranjang bayi.
Hasil
yang di harapakan
a. Saudara
kandung mengunjungi bayi di NICU atau ruang perawatan.
b. Saudara
kandung menunjukkan pemahaman tentang penjelasan (uraikan).
c. Saudara
kandung mendapatkan benda yang berhubungan dengan bayi (uraikan).
Sasaran pasien (keluarga) 4 : pasien
(keluarga) siap untuk perawatan di rumah.
Intervensi keperawatan rasional
a. Kaji
kesiapan keluarga (khususnya ibu atau pemberi perawatan primer lain) untuk
merawat bayi di lingkungan rumah untuk mempermudah transisi orang tua ke rumah
bersama bayi.
b. Ajarkan
teknik perawatan dan observasi yang di perlukan.
c. Dorong
orang tua, bila mungkin untuk menghabiskan satu atau dua malam bersama bayi di
ruang pra- pulang di rumah sakit sebelum di pulangkan untuk mengembangkan
kepercayaan diri dalam merawat bayi di rumah.
d. Kuatkan
tindak lanjut perawatan medis.
e. Rujuk
pada lembaga atau pelayanan yang tepat sehingga bantuan yang diperlukan dapat
di berikan.
f. Dorong
dan fasilitasi keterlibatan dengan kelompok pendukung orang tua atau rujuk ke
kelompok pendukung yang tepat agar mendapatkan dukungan yang terus-menerus.
g. Beri
kesempatan pada keluarga untuk mempelajari resusitasi jauntung paru bayi dan
respons pada insiden tersedak.
Hasil
yang di harapkan
a. Keluarga
menunjukkan kemampuan melakukan perawatan untuk bayi.
b. Anggota
keluarga menyebutkan bagaimana dan kapan menghubungi pelayanan yang tersedia.
c. Anggota
keluarga mengenali pentingnya tindak lanjut perawatan medis.
6.
Risiko tinggi cedera karena peningkatan
tekanan intrakranial berhubungan dengan sistem saraf pusat imatur dan respon
stres fisiologis.
Sasaran
Pasien 1: pasien menunjukkan tekanan intrakranial normal (kecuali jika
peningkatan TIK berhubungan dengan penyakit bayi) dan tidak ada bukti hemoragi
intraventrikel (kecuali jika terdapat kondisi sebelumnya).
Intervensi
keperawatan/ rasional:
a. Kurangi
stimulasi lingkungan karena respons
stres, khususnya peningkatan tekanan darah, meningkatkan risiko peningkatan
TIK.
1) Tetapkan
suatu rutinitas yang memberikan periode tidur/istirahat tanpa gangguan untuk mehilangkan atau meminimalkan stress.
2) Gunakan
penanganan minimal, pegang bayi hanya jika benar-benat diperlukan.
a) Sediakan
popok ekstra dibawah bokong untuk mempermudah penggantian popok yang kotor;
angkat pinggul bayi, bukan kaki dan tungkai.
3) Atur
(kumpulkan) perawatan selama berjam-jam bangun yang normal sebanyak mungkin untuk meminimalkan gangguan tidur dan
kebisingan intermiten yang sering.
4) Tutup
dan buka selimut serta lampu dim untuk
memungkinkan jadwal siang dan malam.
5) Tutupi
inkubator dengan kain serta tempatkan tanda “jangan diganggu” didekatnya untuk menurunkan sinar dan manyadarkan orang
lain pada periode istirahat bayi.
6) Hindari
bicara keras atau tertawa.
7) Tetap
tenang.
8) Batasi
jumlah pengunjung dan stap didekat bayi pada sekali waktu.
9) Jelaskan
arti dari bunyi-bunyi yang tidak dikenal.
10) Jaga
agar kebisingan alat tetap minimum:
a) Kecilkan
suara alarm serendah dan seaman mungkin.
b) Datangi
alarm dan telpon dengan segera.
c) Tempatkan
alat disamping tempat tidur seperti ventilator atau pompa IV, jauh dari kepala
tempat tidur.
d) Putar
katup keluar dari ventilator jauh dari telinga bayi.
e) Lakukan
tindakan yang membutuhkan peralatan pada sewaktu waktu.
f) Matikan
alat ditempat tidur yang tidak digunakan, seperti pengisap dan oksigen.
g) Hindari
kebisingan yang keras dan tiba-tiba,seperti membuang sampah ditong sampah,
menjatuhkan benda, menempatkan sesuatu diatas inkubator, menutup pintu dan
lemari.
11) Matikan
radio dan televisi.
12) Tempatkan
penutup telinga yang lembut pada bayi.
b. Kaji dan atasi nyeri dengan
metode farmakologis dan nonfarmakologis.
c.
Kenali tanda-tanda stres fisik dan stimulasi yang berlebihan untuk melakukan intervensi yang tepat dengan
segera.
d.
Hindari obat hipertonik dan cair karena
meningkatkan aliran darah serebral.
e.
Tinggikan kepala tempat tidur atau matras antara 15-20 derajat untuk menurunkan TIK.
f.
Pertahankan oksigenasi yang adekuat
karena hipoksia akan meningkatkan aliran darah serebral dan TIK.
g.
Hindari membalik, memiringkan kepala dengan tiba-tiba, yang membatasi aliran darah arteri karotis dan oksigenasi yang adekuat
ke otak.
Hasil
yang diharapkan: bayi tidak menunjukkan tanda-tanda peningkatan TIK dan
hemoragi intraventrikel.
7.
Nyeri berhubungan dengan prosedur,
tindakan dan diagnosis
Sasaran pasien: pasien tidak mengalami
nyeri atau nyeri menurun.
Intervensi keperawatan/rasional:
a. Kenali
bahwa bayi, tanpa memperhatikan usia gestasi, merasakan nyeri.
b. Bedakan
antara menifestasi klinik nyeri.
c. Gunakan
tindakan nyeri nonfarmakologis sesuai dengan usia dan kondisi bayi; ubah posisi
membedong, melindungi, menimang, mengayun, memainkan musik, mengurangi
stimulasi lingkungan, tindakan kenyamanan taktil (mengayun, menepuk), dan
penghisapan nonnutritif (kompeng).
d. Kaji
efektivitas tindakan nyeri nonfarmakologis karena
bebrapa tindakan (mis. Mengayun) dapat menimbulkan distres pada bayi prematur.
e. Anjurkan
orang tuan untuk memberi tindakan kenyamanan bila mungkin.
f. Tunjukkan
sikap sensitivitas dan perhatian terhadap ketidaknyamanan bayi.
g. Diskusikan
dengan keluarga mengenai kekhawatiran mereka terhadap nyeri bayi.
h. Dorong
keluarga untuk berbicara dengan praktisi kesehatan tentang kekhawatiran mereka.
i.
Hasil yang diharapkan: tanda-tanda nyeri
pada bayi menurun atau tidak ada.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat