google adsense

Thursday, August 3, 2017

Dasar teori perkembangan kepribadian

A.    Dasar teori perkembangan kepribadian
Menurut freud, semua perilaku manusia digerakkan oleh kekuatan psikodinamik, dan energy fisik ini dibagi menjadi tiga komponen kepribadian, yaitu id, ego dan superego. Id, pikiran bawah sadar merupakan komponan lahir yang digerakkan oleh insting. Id mematuhi prinsip-prinsip kesenangan tentang pemuasan kebutuhan yang sifatnya segera, tanpa memedulikan apakah objek atau tindakan tersebut dapat melakukannya secara actual. Ego, pikiran sadar, memberikan prinsip-prinsip realita. Berfungsi sebagai kesadaran atau pengendalian diri yang mampu menemukan arti realistik tentang memuaskan insting sambil menghambat pikiran irasional dari id. Superego merupakan mekanisme yang mencegah individu mengekspresikan insting yang tidak di inginkan yang dapat mencegah tatanan social.
1.      Perkembangan psikoseksual (Freud)
Freud menganggap insting seksual sebagai suatu yang signifikan dalam perkembangan kepribadian.psikoseksual itu adalah kesenangan sensual. Selama masa kanak-kanak bagian-bagian tubuh tertentu memiliki makna psikologik yang menonjol sebagai sumber kesenaangan baru dan konflik baru yang secara bertahaap bergeer dari satu bagian tubuh ke bagian tubuh yang lain pada tahap-tahap perkembangan tertentu.
a.       Tahap oral (lahir-1tahun)
Selama masa bayi sumber utama mencari kesenangan berpusat pada aktivitas oral seperti mengisap, menggigit, mengunyah dan berbicara. Anak boleh memilih salah satu dari yang disebutkan ini, dan metode pemuasan kebutuhan oral yang dipilih dapat memberikan indikasi kepribadian yang sedang mereka bentuk.
b.      Tahap anal (1-3 tahun)
Ketertarikan selama tahun kedua kehidupan berpusat pada bagian anal saat otot-otot sfingter berkembang dan anak-anak mampu menahan atau mengeluarkan feses sesuai keinginan. Pada tahap ini suasana disekitar toilet training dapat menimbulkan efek seumur hidup pada kepribadian anak.
c.       Tahap falik (3-6 tahun)
Selama tahap falik, genital menjadi area tubuh yang menarik dan sensitive. Ank mengetahui perbedaan jenis kelamin dan menjadi ingin tahu tentang perbedaan tersebut. Pada periode ini terjadi masalah yang controversial tentang Oedipus, penis envy dan ansietas
d.      Periode laten (6-12 tahun)
Selama periode laten  anak-anak melakukan sifat dan ketrampilan yang telah diperoleh. Energy fisik dan psikis diarahkan pada mendapatkan pengetahuan dan bermain.
e.       Tahap genital ( 12 tahun ke atas)
Tahap signifikan yang terakhir dimulai pada saat pubertas dengan maturasi system reproduksi dan produksi hormone-hormon seks. Organ genital menjadi sumber utama ketegangan dan kesenangan seksual, tetapi energy juga digunakan untuk membentuk persahabatan dan persiapan pernikahan.
2.      Perkembangan psikososial (Erikson)
Teori perkembangan kepribadian Erickson dikenal sebagai perkembangan psikososial dan menekankan pada kepribadian yang sehat, bertentangan dengan pendekatan patologik. Eriksson juga menggunakan konsep-konsep biologis tentang priode kritis dan epigenesist, menjelaskan konflik atau masalah inti yang harus dikuasai individu selama periode kritis dalam perkembangan kepribadian. Keberhasilan pencapaian atau penguasaan terhadap setiap konflik ini terbentuk berdasarkan keberhasilan pencapaian atau penguasaan inti sebelumnya.
Setiap tahap psikososial mempunyai dua komponen, aspek menyenangkan dan tidak menyenangkan dari konflik inti, dan perkembangan selanjutnya bergantung pada penyelesaian konflik ini. Pendekatan rentang kehidupan erikson terhadap perkembangan kepribadian terdiri atas :
a.       Percaya vs Tidak percaya
Hal pertama yang paling penting bagi bagi perkembangan kepribadian yang sehat adalah rasa percaya dasar. Pembentukan rasa percaya dasar ini mendominasi tahun pertama kehidupan dan menggambarkan semua pengalaman kepuasan anak pada usia ini. Pada tahap ini merupakan saat untuk mendapatkan dan mengambil apapun melalui semua indra. Hal ini hanya terjadi dalam kaitannya denan sesuatu atau seseorang. Oleh karena itu asuhan yang konsisten dan penuh kasih oleh orang yang berperan sebagai ibu merupakan hal yang sangat penting bagi perkembangan rasa percaya. Rasa tidak percaya terjadi jika pengalaman yang meningkatkan tidak terpenuhinya rasa percaya atau jika kebutuhan dasar tidak terpenuhi secar konsisten atau adekuat. Meskipun pecahan-pecahan rasa tidak percaya terjadi diseluruh kepribadian, namun rasa percaya dasar terhadap orang tua membentuk rasa percaya terhadap dunia, orang lain dan diri sendiri. Hasilnya adalah kepercayaan dan optimisme.
b.      Autonomi vs malu dan ragu-ragu (1-3 tahun)
Masalah autonomi dapat dicirikan dengan menahan atau merelaksasi otot sfingter. Perkembangan autonmy selama peiode toddler berpusat pada peningkatan kemampuan anak untuk mengendalikan tubuh mereka, diri mereka dan lingkungan. Mereka ingin melakukan hal-hal untuk diri mereka sendiri menggunakan ketrampilan motorik yang baru mereka peroleh seperti berjalan, memanjat, dan memanipulasi, serta menggunakan kekuatan mental mereka dalam memilih dan membuat keputusan. Pembelajaran yang mereka peroleh sebagian besar didapatkan dari meniru aktivitas dan perilaku orang lain. Perasaan negative seperti ragu dan malu muncul ketika anak-anak diremehkan, ketika pilhan-pilhan mereka membahayakan atau ketika mereka dipaksa untuk bergantung dalam beberapa hal yang sebenarnya mereka mampu melakukannya. Hasil yang diharapkan adalah control diri dan ketekunan.
c.       Insiatif vs rasa bersalah (3-6 tahun)
Tahap inisiatif berkaitan dengan tahap falik Freud dan dicirikan dengan prilaku yang instrusif dan penuh semangat, berani berupaya dan imajinasi yang kuat. Anak-anak mengeksplorasi dunia fisik dengan semua indra dan kekuatan mereka. Mereka membentuk suara hati. Apabila pada tahap ini anak dilarang atau dicegah maka akan tumbuh perasaan bersalah pada diri anak.
d.      Industry vs inferioritas (6-12 tahun)
Tahap industry adalah periode laten dari freud. Setelah mencapai tahap yang lebih penting dalam perkembangan kepribadian, anak-anak siap untuk bekerja dan berproduksi. Mereka mau terlibat dalam tugas dan aktivitas yang dapat mereka lakukan sampai selesai. Mereka memerlukan dan menginginkan pencapaian yang nyata. Anak-anak belajar berkompetisi dan bekerja sama dengan orang lain dan mereka juga mmpelajarai aturan-aturan. Periode ini merupakan periode pemantapan dalam hubungan social mereka dengan orang lain. Rasa ketidakadekuatan atau inferioritas dapat terjadi jika terlalu banyak yang diharapkan dari mereka atau jika mereka percaya bahwa mereka percaya bahwa mereka tidak dapat memenuhi standar yang ditetapkan oleh orang lain untuk mereka. Kualitas ego yang berkembang dari rasa industry adalah kompetensi.
e.       Identitas vs kebingungan peran (12-18 tahun)
Berhubungan dengan periode genital freud, perkembangan identitas dicirikan dengan perubahan fisik yang cepat dan jelas. Anak-anak menjadi sangat terpaku dengan penampilan mereka dimata orang lain dibandingkan dengan konsep diri mereka. Remaja berusaha menyesuaikan diri dengan peran yang mereka mainkan dan mereka berharap dapat bermain dalam peran dan gaya terbaru yang dilakukan oleh teman-teman sebaya mereka. Ketidakmampuan untuk menyelesaikan konflik inti menyebabkan terjadinya kebingungan peran.
B.     Dasar teoretik perkembangan mental
1.      Perkembangan kognitif (Piaget)
Terdiri atas perubahan-perubahan yang terkait usia yang terjadi dalam aktivitas mental. Menurut Piaget, intelegensia memungkinkan individu melakukan adaptasi terhadap lingkungan sehingga meningkatkan kemungkinan bertahan hidup dan melalui perilakunya individu membentuk dan mempertahankan keseimbangan dengan lingkungan.
Piaget menemukan 3 tahap berpikir :
1)      Intuisi
2)      Operasional konkret
3)      Operasional formal
Ketika mereka memasuki tahap berpikir konkret pada usia kira-kira 7 tahun, anak-anak mampu membuat kesimpulan logis, mengklasifikasi dan menghadapi banyaknya hubungan mengenai hal-hal konkret. Tidak sampai remaja mereka mampu berpikir abstrak dengan tingkat kompetensi tertentu. Jalannya perkembangan intelektual bersifat maturasional dan tetap dan dibagi menjadi tahap-tahap :
a.       Sensorimotor (lahir-2 tahun)
Tahap sensorimotor dari perkembangan intelektual dikendalikan oleh sensasi tempat terjadinya pembelajaran sederhana. Anak-anak mengalami perkembangan aktivitas reflex dari perilaku berulang sederhana ke perilaku imitative. Mereka menunjukkan rasa ingin tahu yang tinggi, eksperimentasi dan menyukai hal-hal baru serta mulai membentuk rasa diri karena mereka mampu membedakan diri mereka dari lingkungan.
b.      Praoperasional (2-7 tahun)
Cirnya adalah egosentrisme yaitu ketidakmampuan untuk menempatkan diri ditempat orang lain. Anak-anak menginterpretasikan objek dan peristiwa, tidak dari segi umum melainkan dari segi hubungan mereka atau menggunakan mereka terhadap objek tersebut. Berpikir praoperasional bersifat konkret dan nyata. Anak-anak tidak dapat berfikir melebihi yang terlihat dan mereka kurang mampu membuat deduksi atau generalisasi.
c.       Operasional konkret (7-11 tahun)
Cara berpikir menjadi semakin logis dan masuk akal. Anak-anak mampu mengklasifikasi, mengurutkan, menyusun, dan mengatur fakta tentang dunia untuk menyelesaikan masalah. Mereka mampu menghadapi sejumlah aspek berbeda dalam sebuah situasisecara bersamaan. Cara berpikir bersifat induktif. Melalui perubahan progresif dalam proses berpikir dan berhubungan dengan orang lain, cara berpikir tidak lagi terlalu berpusat pada diri sendiri.
d.      Operasional formal (11-15 tahun)
Cara berfikir operasional formal dicirikan dengan adaptabilitas dan fleksibilitas. Remaja dapat berpikir menggunakan istilah abstrak, menggunakan symbol abstrak, menggunakan symbol abstrak dan menarik kesimpolan logis dari serangkaian observasi. Mereka dapat membuat hipotesis dan mengujinya.
2.      Perkembangan bahasa
Anak-anak dilahirkan dengan mekanisme dan kemampuan untuk mengembangkan bicara dan ketrampilan berbahasa. Lingkungan harus memberikan cari bagi mereka untuk menguasai ketrampilan ini. Keahlian bicara membutuhkan struktur dan fungsi fisiologis yang utuh ditambah intelegensi, kebutuhan untuk berkomunikasi dan stimulasi. Bahasa tubuh mendahului kemampuan bicara, pada saat kemampuan bicara berkembang bahsa tubuh berkurang namun tidak pernah hilang sepenuhnya. Disemua tahap perkembangan bahasa, pemahaman anak terhadap pembedaharaan kata lebih besar dari pembedaharaan kata yang mereka ekspresikan. Ini mencerminkan proses modifikasi yang continue yang melibatkan perolehan kata-kat baru, dan perluasan atau penghalusan arti dari kata-kata yang dipelajari sebelumnya.
Bagian dari bicara yang pertama kalidigunakan adalah kata benda, terkadang kata kerja (misalnya, pergi) dan gabungan kata-kata (misalnya, da-da). Respons biasanya tidak lengkap secara structural selama periode toddler, meskipun artinya sudah jelas. Kemudian mereka mulai menggunakan kata sifat dan kata keterangan untuk mengkualifikasi kata benda, di ikuti kata keterangan untuk mengkualifikasi kata benda dan kata kerja. Kemudian kata ganti dan bersifat gender ditambahkan. Pada saat anak masuk sekolah, mereka mampu menggunakan kalimat sederhana yang lengkap secara structural yang rata-rata terdiri atas 5-7 kata.
3.      Perkembangan moral (Kohlberg)
Perkembangan moral seperti yang dijelaskan oleh Kohlberg (1968) dibuat berdasarkan teori kognitif dan terdiri atas 3 tingkat utama,
a.       Tingkat prakonvensional
Terorientasi secara budaya dengan label baik atau buruk dan benar atau salah, anak-anak mengintergrasikan label ini dalam konsekuensi fisik atau menyenangkan dari tindakan mereka. Mereka menghindari hukuman dan mematuhi tanpa mempertanyakan siapa yang berkuasa untuk menentukan dan memperkuat aturan dan label.mereka tidak memliki konsep tatanan moral dasar yang mendukung konsekuensi ini.
b.      Tingkat konvensional
Anak-anak terfokus pada kepatuhan dan loyalitas. Mereka menghargai pemeliharaan harapan keluarga, kelompok atau Negara tanpa memperdulikan konsekuensinya.
c.       Tingkat pasca konvensional, autonomy atau prinsip
Pada tahap ini individu telah mencapai tahap kognitif operasional formal. Perilaku yang tepat cenderung di definisikan dari segi hak-hak dan standar umum individu yang telah di uji dan disetujui masyarakat.
4.      Perkembangan spiritual
Anak-anak perlu memiliki arti, tujuan dan harapan dalam hidupnya. Tiodak hanya itu mereka juga membutuhkan pengakuan dan pemberian maaf sekalipun pada anak yang masih sangat kecil. Fowler (1974) telah mengidentifikasi tahap keimanan :
a.       Tahap 0 (undifferentiated )
Tahap perkembangan ini menekankan periode masa bayi ketika anak tidak meiliki konsep benar atau salah, tidak memiliki keyakinan, dan tidak ada keyakinan yang membimbing perilaku mereka.
b.      Tahap 1 (intuitive projective)
Masa toddler merupakan waktu utama untuk meniru perilaku orang lain, anak-anak menirukan gerakan dan perilaku keagamaan orang lain tanpa memahami makna dan pentingnya aktivitas tersebut.
c.       Tahap 2 (mythical literal)
Selama usia sekolah perkembangan spiritual terjadi bersamaan dengan perkembangan kognitif dan berkaitan erat dengan pengalaman interaksi social anak.
d.      Tahap 3 (synthetic convention )
Pada saat anak-anak mendekati masa remaja, mereka semakin menyadari adanya kekecewaan spiritual. Mereka mengetahui bahwa doa tidak selalu dikabulkan dan dapat mulai mengabaikan atau memodfikasi beberapa praktik keagamaan.
e.       Tahap 4 (individuating reflexive )

Masa remaja menjadi lebih skeptic, dan mulai membandingkan berbagai standar keagamaan orang tua mereka dengan orang lain

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat