A.
Konsep
dan Penanganan Resiko Gangguan Konsep Diri pada Gangguan Citra Tubuh
Gangguan
citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan stuktur, bentuk dan
fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan ( keliat dkk, 2005 ).
Pengertian lain adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh
perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang
sering kontak dengan tubuh.
Pada
klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin
terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan
yang turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti
operasi, suntikan daerah pemasangan infus. Perubahan struktur, sama dengan
perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam
tubuh.perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh
keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Makna dan objek yang sering kotak,
penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi,
respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain).
1. Proses
terjadinya gangguan citra tubuh
Gambaran diri ( body image )
berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai
dampak yang penting pada aspek psikologinya ( keliat, 1992). Konsep diri yang
negatif merupakan gabungan pikiran negatif yang dikembangkan individu tentang
dirinya. Konsep diri ini dikembangkan pada perasaan gagal untuk tampak layak
dan menganggap kecil respon dari individu lainnya, terutama sekali pertimbangan
yang penting. Citra tubuh, harga diri, identitas diri, dan peran berhubungan
dengan konsep diri seseorang. Citra tubuh yang negatif mencerminkan persepsi
negatif seseorang terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya (Rawlins &
Heacock, 1993).
Citra tubuh dipengaruhi oleh
pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal
seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada
tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia
sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang
menyolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini bergantung pada
kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja dan pada tahun
akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh ( mis. Menopause selama masa
dewasa tengah ). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran,
dan mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.
Sikap dan nilai kultural dan sosial
juga mempengaruhi citra tubuh.muda, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang
ditekankan dalam masyarakat amerika, fakta yang selalu ditayangkan dalam
program televisi, film bioskop, dan periklanan. Dalam kultur barat (terutama
diamerika serikat) telah dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses
penuaan yang normal.misalnya, menopause dalam kultur yang lain dipandang
sebagai waktu dimana wanita mencapai kekuasaan dan kebijaksanaan. Akhir-akhir
ini dalam kultur barat, menopause adalah waktu ketika wanita kurang disenangi
secara seksual. Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum,
dan wanita menopause dan postmenopause mempertahankan rasa tentang diri mereka
dan ketertarikan mereka sendiri bahkan lebih kuat.
Citra tubuh bergantung hanya
sebagian pada realitas tubuh. Seseorang umumnya tidak mengadaptasi dengan cepat
terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukkan
dalam citra tubuh ideal seseorang. Sering, misalnya saja, seseorang yang telah
mengalami penurunan berat badan tidak menganggap dirinya kurus. Lansia sering
mengatakan bahwa mereka merasa tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri
mereka di cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut memutih.
Sering orang yang dulunya kurus dan mengalami peningkatan berat badan
sebelumnya sampai diingakan oleh pakaian yang semuanya menjadi kekecilan atau
ketika mereka bercermin.
Skema Proses Terjadinya Gangguan Citra
Tubuh
2. Faktor-Faktor
Yang Mempengaruhi Gangguan Citra Tubuh
Banyak
factor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti munculnya
stresor yang dapat mengganggu integritas gambaran diri dan stressor dapat
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal (Stuart & Sundeen, p. 232,
1998).
Stresor-stresor
tersebut dapat berupa:
a.
Tindakan operasi
b.
Kegagalan fungsi tubuh
c.
Waham yang berkaitan
dengan bentuk dan fungsi tubuh
d.
Perubahan tubuh
berkaitan dengan tumbuh kembang
e.
Umpan balik
interpersonal yang negative
3. Tanda
dan gejala gangguan citra tubuh
Menurut
wilkinson(2007), untuk menentukan diagnosis gangguan citra tubuh ada beberapa
batasan karakteristik yang diungkapkan klien yaitu adanya respon verbal dan
nonverbal terhadap perubahan aktual pada struktur atau fungsi tubuh yang dapat
berupa:
1) Menolak
melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2) Tidak
menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3) Menolak penjelasan
perubahan tubuh
4) Persepsi
negatif pada tubuh
5) Mengungkapakan
keputusasaan dan ketakutan
Batasan
karakteristik gangguan citra tubuh(Carpenito, 2000) :
1)
Mayor (harus terdapat):
respon negatif verbal/nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur
dan/ fungsi (misalnya; malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)
2)
Minor (mungkin terdapat):
a) Tidak
melihat pada bagian tubuh
b) Tidak
menyentuh bagian tubuh
c) Bersembunyi/
memajankan bagian tubuh secara berlebihan
d) Perubahan
dalam keterlibatan sosial
e) Perasaan
negatif terhadap tubuh, perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, tidak ada
kekuatan, kerentanan.
f) Larut
dengan perubahan/ kehilangan
g) Penolakan
untuk membuktikan perubahan aktual
h) Depersonalisasi
bagian tubuh
i)
Tingkah laku merusak diri
(misalnya; multilasi, usaha bunuh diri, makan berlebihan, kurang makan).
4.
Proses Keperawatan
a.
Pengkajian
Data
Objektif:
1) Kehilangan
bagian tubuh
2) Perilaku
aktial pada struktur dan/atau fungsi
3) Tidak
melihat pada bagian tubuh
4) Tidak
menyantuh bagian tubuh
5) Menyembunyikan
atau terlalu memperlihatkan bagian tubuh (secara senagja atau tidak)
6) Trauma
pada bagian tubuh yang tidak berfungsi
7) Perubahan
pada keterliabatan sosial
Data Subjektif:
1) Perasaan
negative tentang tubuh
2) Perasaan
tidak berdaya, putus asa atau tidak mampu
3) Selalu
berpikir tentang perubahan atau kehilangan
4) Penekanan
pada kekuatan yang masih ada, meningkatkan pencapaian
5) Perluasan
batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
6) Personalisasi
bagian tubuh atau kehilangan dengan memberi nama
7) Depersonalisasi
bagian tubuh atau kehilangan dengan sebutan impersonal
8) Perilaku
menghindar, memantau atau mengakui tubuh seseorang
9) Penolakan
untuk memastikan perubahan actual
10) Identifikasi
populasi resiko tinggi dapat dilakukan seperti mereka yang memiliki kondisi
berikut: kehilangan bagian tubuh, bergantung pada mesin
11) Makna
bagian tubuh atau fungsi yang berkenaan denagn usia, jenis kelamin, budaya,
tingkat perkembangan atau kebutuhan dasar manusia
12) Perubahan
fisik yang dapat disebabkan oleh agens biokimia (obat)
13) Trauma
fisik atau multilasi
14) Kehamilan
dan/atau perubahan maturasi
b. Diagnosa
Gangguan citra tubuh
c. Intervensi
1) Tujuan
a) Tujuan
tindakan keperawatan untuk pasien, diharapkan pasien mampu:
(1) Pasien
dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
(2) Psien
dapat meningkatkan penerimaan terhadapa citra tubuh
(3) Pasien
dapat mengidentifikasi aspek positif diri.
(4) Pasien
dapat berpartisipasi atas tindakan yang diberikan
(5) Pasien
dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
(6) Pasien
dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
(7) Pasien
dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
b) Tujuan
tindakan keperawatan untuk keluarga, diharapkan keluarga mampu:
(1) Keluarga
dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.
(2) Keluarga
mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
(3) Keluarga
mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
(4) Keluarga
mampu menyusun rencana tindakan pasien gangguan citra tubuh.
2) Intervensi
a) Intervensi
pada pasien
(1) Tentukan
persepsi pasien terhadap perubahan citra tubuh dan akibat yang mengancam
dirinya sendiri.
(2) Anjurkan
pasien untuk melihat dan menyentuh perubahan atau bagian tubuh yang hilang.
(3) Kaji
perilaku pasien terhadap merusak diri sendiri.
(4) Anjurkan
pasien untuk berpartisipasi dalam seluruh modalitas terapetik yang diberikan
dalam pengobatan.
(5) Berikan
dorongan pada klien untuk mengekspresikan penguatan diri.
(6) Berikan
kepada klien perhatian penuh untuk meningkatkan citra tubuh.
(7) Bantu
pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
(8) Mungkinkan
pasien untuk mengembangkan nilai-nilai dirinya; jangan memaksa fungsi mandiri
atau membiarkan terlalu tergantung.
(9) Anjurkan
diskusi tentang perubahan fisik yang sederhana, langsung dan aktual.
(10)
Lakukan interaksi
dengan pasien secara bertahap untuk meningkatkan citra tubuh.
b) Intervensi
pada keluarga
(1) Jelaskan
dengan keluarga tentang gannguan citra tubuh
(2) Jelaskan
pada keluaga cara mengatasi masalah pasien
(3) Bantu
keluarga dalam berpartisipasi terhadap perubahan sumber-sumber yang tesedia.
(4) Berikan
kepada keluarga sumber-sumber dirumah sakit dalam merawat pasien.
(5) Berikan
umpan balik kepada keluarga terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan dan
meyatukan citra tubuh baru.
d. Implementasi
Strategi pelaksanaan
1) Strategi pelaksanaan pada pasien
SP 1:
a) Membina
hibungan trapetik
b) Jangan
menghakimi, dan tunjukkan penermaan terhadap pasien
c) Bangun
hubungan berdasarkan minat atau
pengalaman yang lazim selama percakapan.
d) Diskusi
pada klien untuk mengekspresikan penguatan diri.
e) Cara
meningkatkan citra tubuh.
SP
2: Mengevaluasikan terhadap tindakan yang telah diberikan, cara meningkatkan
citra tubuh dan interaksi.
2) Stategi
pelaksanaan pada keluarga
SP
1: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan gangguan citra
tubuh dan cara mengatasinya.
SP
2 : Melatih cara merawat dan menyusun rencana tindakan pasien.
DAFTAR PUSTAKA
AIPNI
(2010). Kurikulum pendidikan ners.
Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi.
(2008). Teknik Prosedural Keperawatan:
konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L.,
Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar
Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito,
L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa
keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin,
Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk
Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari,
D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan
Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak,
Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis;
Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik.
Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan
Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa
Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier,
B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep,
proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee,
Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan
Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima,
N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek,
Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan
Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi
Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo,
Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi
Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart,
G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku
Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati
dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan
kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S.
Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories
of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto
& Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar
manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck,
Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan
Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat