A. Teori-teori
perubahan sikap sebagai dampak komunikasi kesehatan
1. Teori
Hirarki belajar
Teori
Hirarki Belajar
Perubahan
koknitif
1. Perhatian
2. Kesadaran
3. Pemahaman
4. Keyakinan
Perubahan efektif
1. Sikap
2. Evaluasi
3. Perasaan
Perubahan koknatif
1.
Maksud
2.
Perilaku aktual
|
Model
Hirarki
Atribusi
Disonans
Perubahan koknatif
1. Maksud
2. Perilaku
Perubahan efektif
1. Sikap
2. Evaluasi
3. Perasaan
Perubahan koknitif
1. Perhatian
2. Kesadaran
3. Pemahaman
4. keyakinan
|
Model
Hirarki
Keterlibatan
Rendah
Perubahan koknitif
1. perhatian
2. kesadaran
3. pemahaman
4. keyakinan
perubahan koknatif
1. maksud
2. perilaku
perubahan efektif
1. sikap
2. evaluasi
3. perasaan
|
a. Teori
Herarki Belajar > berasumsi bahwa perubahan sikap manusia akibat diterpa komunikasi
itu memiliki urutan yang relatif tetap. Artinya, perubahan sikap itu
pertama-tama pada level perubahan koknitif. Artinya juga, audiens mengutamakan
perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa
audiens meletakan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif
apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki logos. Contoh, seseorang
akan mempengaruhi oleh iklan TV kalau iklan itu mengandung pesan argumentatif.
Jadi seseorang ibu harus memiliki obatnyamuk tiga roda karena kurang asap,
tidak mengeluarkan abu, dll, apalagi pengiklannya (basuki) mengatakan: “yang
lain...hah lewat (catatan urutan hirarki> koknitif-efektif-konatif)
b. Hirarki
ini dapat berubah karena audiens yang lain tidak mengutamakan pengetahuan tentang
produk yang diiklankan itu melainkan tujuan atau maksud dari iklan tersebut.
Artinya, biar obatnyamuk tiga roda itu bau, ia tetap memilih obat itu, asal
dapt digunakan untuk mengusir nyamuk. (catatan: urutan hirarki>
konaktif-efektif-koknitif) inilah yang disebut hirarki atribusi disonans. Dalam
bahasa sehari-hari kita katakan pakai-rasa-tau.
c. Perubahan
terakhir dari hirarki tersebut diatas dapat dimulai dengan:
koknitif-konatif-efektif. Artinya audiens lebih mengutamakan pengetahuan dari
obat yang dilakukan, dan berdasarkan pengetahuan itu maka dia dapat menggunakan
obat itu, masalah suka atau tidak suka itu tidak terlalu penting. Inilah yang
disebut model hirarki keterlibatan rendah yang dalam bahasa sehari-hari kita
katakan: tahu-pakai-rasa
2. Elaboration
likelihood model
Petty
dan cacioppo (1981) menggambarkan teori mereka dalam the elaboration likelihood
model untuk memahami proses persuasi. Mereka mengemukakan, ada dua alur ke arah
perubahan sikap: alur 1 central raute (alur pusat); dan 2 pheripheral raute.
Menurut audiens, informasi utama itu melalui aluran utama (alur pusat),
sedangkan informasi tambahan dalam rangka keputusan ada pada alur periferal
Berdasarkan
asumsi teoritis ini, perubahan sikap para ibu rumah tangga untuk menimbang bayi
di posyandu sangat tergantung dari bagai mana cara ibu ketua RT menjelaskan
mengapa bayi perlu ditimbang setiap bulan, bagai mana kemampuan dia
menjelaskan, dan teladan dari ibu ketua RT. Si ibu akan memutuskan mengubah
sikapnya manakala informasi dari alur utama di atas didukung oleh teladan ibu
RT yang tak pernak absen menimbang bayi, artinya dia konsisten atas anjurannya,
ibu RT mempunyai daya tahan atas apa yang dia informasikan, menimbang bayi
sebagai tindakan kesukaan dia informasikan, menimbang bayi sebagai tindakan
kesukaan dia, tindakan dilakukan oleh yang berwewenang, dan apa yang dia
lakukan merupakan tindakan yang langka di kalangan para ibu RT
3. Reinforcement
theory
Teori
ini diperkenalkan oleh Hovlan, jenis dan kelly (1967). Menurut teori ini,
perubahan sikap merupakan hasil dan perubahan opini (pendapat) komunikasi, dan
perubahan itu dihasilkan melalui penguatan perhatian (ettention), kelengkapan
(comprehension), dan keberterimaan (acceptance)
Katakanlah,
sebelum melakukan penyuluhan bertema “minumlah air yang sudah dimasak”, kita
harus menyusun pesan sedemikian rupa sehingga pesan itu menarik perhatian
komunikasi (pesan ditampilkan dalam gambar atau peraga, bahkan jika perlu
dengan bantuan vidio). Pesan itu sendiri harus lengkap (mulai dari jawaban
terhadap pertanyaan mengapa kita harus minum air yang sudah dimasa, apa
manfaatnya, bandingakan dengan jika kita minum air yang tidak dimasak, apa
kerugiannya atau akibatnya. Terakhir, pesan harus berterima (acceptance).
Artinya, pesan harus dapat diterima dalam lingkungan sosial dan kultural
komunikasi (jangan sampai anda memperagakan memasak air dengan kompor gas
diaudiens yang masih memakai kayu bakar)
|
|||||||
4. Information
menipulation theory
Teori
ini diperkenalkan oleh Steve A. McComack, yang mengatakan bahwa suatu pesan
akan diterima audiens manakala komunikator dengan metode dan teknik tertentu
menambah jumlah informasi (quqntity), meningkatkan kualitas informasi
(quatity), dan meningkatkan reaksi (relations) dengan audiens. Makin banyak
jumlah infoemasi yang dibagi, makin baik kualitasnya, dan makin kuat relasi
antara komunikator dengan komunikan, komunikan makin mudah menerima pesan
tersebut
5. Health
belief model
The health belief model
diperkenalkan pada tahun 1950-an untuk menerangkan tanggapan audiens terhadap
program pemberantasan penyakit TBC. Dalam tanggapan tersebut dianalisis pula
konsep audiens tentang keyakinan mereka atas slogan: jika tumbuh anda sehat, itu
akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Beberapa konsep atau lebih
tepatnya orientasi budaya audiens terhadap kesehatan yang ditanyakan, misalnya
bagaimana individu terhadap dengan ancaman TBC, bagaimana berhubungan dengan
orang yang mengidap TBC. Indikasi perubahan sikap individu terlihat dalam
hipotesis bahwa, makin tinggi keyakinan individu atas bahaya TBC, dia akan
berusaha untuk mencegah penyakit itu
A. Teori
Hirarki Belajar
Teori Hirarki Belajar
Perubahan kognitif
1. Perhatian
2. Kesadaran
3. Pemahaman
4. Keyakinan
Perubahan Afektif
1. Sikap
2. Evaluasi
3. Perasaan
Perubahan Konatif
1. Maksud
2. Perilaku
aktual
|
1. Teori
Hirarki Belajar > berasumsi bahwa perubahan sikap manusia akibat diterpa
komunikasi itu memiliki urutan yang relatif tetap. Artinya, perubahan sikap itu
pertama-tama pada level perubahan kognitif. Artinya juga, audiens mengutamakan
perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa
audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif
apalagi disampaikan oleh komunikator yang logos.
Contoh
: Seseorang akan terpengaruh oleh iklan TV kalau iklan itu mengandung pesan
argumentatif. Jadi seorang ibu harus memilih obat nyamuk tiga roda karena
kurang asap, tidak mengeluarkan bau, dll, apalagi pengiklannya (Basuki)
mengatakan : “yang lain... Hah lewat!” (Catatan : urutan hirariki >
kognitif-afektif-konatif). Dalam bahasa sehari-hari urutan logika audiens
adalah : tahu, rasa, pakai!
2. Hirarki
ini dapat berubah karena audiens yang lain tidak mengutamakan pengetahuan
tentang produk yang diiklankan itu melainkan tujuan atau maksud dari iklan
tersebut. Artinya, biar obat nyamuk tiga roda itu bau, ia tetap memilih obat
itu, asal dapat digunakan untuk mengusir nyamuk. (Catatan : urutan hirarki >
Konatif-afektif-kognitif) inilah yang disebut model hirarki atribusi disonans.
Dalam bahasa sehari-hari kita katakan : pakai-rasa-tahu!
3. Perubahan
terakhir dari hirarki tersebut di atas dapat dimulai dengan:
kognitif-konatif-afektif. Artinya audiens lebih mengutamakan pengetahuan dari
obat yang diiklankan, dan berdasarkan pengetahuan itu maka dia dapat
menggunakan obat itu, masalah suka atau tidak suka itu tidak terlalu penting.
Inilah yang disebut model hirarki keterlibatan rendah yang dalam bahasa
sehari-hari kita katakan : tahu-pakai-rasa!
B. Elaboration
Likelihood Model
Petty
dan Cacioppo (1981) menggabarkan teori mereka dalam The Elaboration Likelihood
Model untuk memahami proses persuasi. Mereka mengemukakan, ada dua alur ke arah
perubahan sikap : alur (1) central route
(alur pusat); dan (2) pheripheral route.
Menurut audiens, informasi utma itu melalui alur utama (alur pusat), sedangkan
informasi tambahan dalam rangka keputusam ada pada alur periferal.
Contoh : Perubahan sikap ibu rumah
tangga untuk menimbang bayi di Posyandu sangat tergantung dari bagaimana cara
ibu ketua RT menjelaskan mengapa bayi perlu ditimbang setiap bulan, bagaimana
kemampuan dia menjelaskan, dan teladan dari ibu ketua RT. Si ibu akan
memutuskan mengubah sikapnya manakala informasi dari alur utama di atas
didukungo leh teladan ibu RT yang tak pernah absen menimbang bayi, artinya dia
konsisten atas anjurannya. Ibu RT mempunyai daya tahap atas apa yang dia
informasikan, menimbang bayi sebagai tindakan kesukaan dia, tindakan dilakukan
oleh yang berwewenang, dan apa yag dia lakukan merupakan tindakan yang langka
di kalangan para ibu RT
.
C. Reinforcement
Theory
|
Teori ini diperkenalkan oleh Hovlan, Janis dan Kelly (1967). Menurut
teori ini, perubahan sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat)
komunikan, dan perubahan itu dihasilkan melalui penguatan perhatian (attention), kelengkapan (comprehension), dan keberterimaan (acceptance).
|
|||||||
Katakanlah, selum melakukan penyuluhan
bertema “minumlah air yang sudah dimasak”, kita harus menyusun pesan sedemikian
rupa sehingga pesan itu menarik perhatian komunikan (pesan ditpilkan dalam
gambar atau peraga, bahkan jika perlu dengan bantuan video). Pesan itu sendri
harus lengkap (mulai dari jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita harus minum
air yang sudah dimasak, apa manfaatnya, bandingkan dengan jika kita minum air
yang tidak dimasak, apa kerugiannya atau akibatnya). Terakhir, pesan harus berterima
(acceptance). Artinya, pesan harus
dapat diterima dapat diterima dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan
(jangan sampai anda mempergakan memasak air dengan kompor gas di audiens yang
masih memakai kayu bakar).
D. Information
Manipulation Theory
|
Teori ini diperkenalkan oleh Steve A. McComack, yang mengatakan bahwa
suatu pesan akan diterima audiens manakala komunikator dengan metode dan teknik
tertentu menambah jumlah informasi (quantity), meningkatkan kualitas informasi
(quality), dan meningkakan relasi (relation) dengan audiens. Makin banyak
jumlah informasi yang dibagi, makin baik kualitasnya, dan makin kuat relasi
antara komunikator dengan komunikan, komunikan makin mudah menerima pesan
tersebut.
E. Health
Belief Model
The Health Belief Model diperkenalkan pada
tahun 1950-an untuk menerangkan tanggapa audiens terhadap program pemberantasan
penyakit TBC. Dalam tanggapa tersebut dianalisis pula konsep audiens tentang
keyakinan mereka atas slogan; jika tubuh anda sehat, itu akan berpengaruh
terhadap perilaku sehari-hari. Beberapa konsep atau lebih tepatnya orientasi
budaya audiens terhadap kesehatan yang ditanyakan, misalnya bagaimana individu
mengatur perilaku hidup sehat, bagaimana individu berhadapan dengan ancaman TBC,
bagaimana berhubungan dengan orang yang mengidap TBC, bagaimana mencegah TBC,
dan bagaimana mengobati TBC. Indikasi perubahan sikap individu terlihat dalam
hipotesis bahwa, makin tinggi keyakinan individu atas bahaya TBC, dia akan
berusaha untuk mencegah penyakit itu.
DAFTAR
PUSTAKA
Notoatmodjo,(2005) Promosi
Kesehatan Teori dan Komunikasi. Jakarta PT Trenika Cipta
Liliweri, Aro (2009). Dasar
Komunikasi Kesehatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
Pawito, Ph. D (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta:
LkiS Pelangi Aksara
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat