google adsense

Thursday, August 3, 2017

KONSEP HOSPITALISASI

Konsep Hospitalisasi
A.    Pengertian Hopitalisasi
     Hospitalisasi merupakan suatu proses yang karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit, menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak danorang tua harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkandengan pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000).
     Penyakit dan hospitalisasi sering kali menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak sangat rentang terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi kerena stress akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan rutinitas lingkungan , dan anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stres utama dari hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuhdan nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembanganmereka, pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi.
B.     Efek hospitalisasi terhadap anak 
     Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres hospitalisasi sebelum mereka masuk,selama hospitalisasi, dan setelah pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakantingkat kecemasan sebelum hospitalisasi.
1.      Faktor resiko individual
           Sejumlah faktor resiko membuat anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress hospitalisasi dibandingkan dengan lainnya (kotak 1-1). Mungkin kerena perpisahan merupakan masalah penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang aktif dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi bila dibandingkan anak yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan yang lebihbanyak dari pada anak yang lebih aktif.
           Berkembangnya gangguan emosional jangka panjang lanjutan dapat berkaitan dengan lama dan jumlah masuk rumah sakit dan jenis praktik rumah sakit. Praktik pendukung seperti kunjungan keluarga yang sering, dapat mengurangi gangguan dimasa datang.
kotak 1-1 Faktor resiko yang meningkatkan kerentangan anak terhadap stres hospitalisasi
Temperamen “sulit”
Ketidak sesuaian antara anak dan orang tua
Usia (terutama anak usia 6 bulan dan 5 tahun)
Jenis kelamin laki-laki
Kecerdasan dibawah rata-rata
Stres multiple dan kontinu (mis. sering hospitalisasi)

2.      Perubahan pada populasi pediatrik 
           Saat ini populasi pediatrik dirumah sakit mengalami perubahan drastis, meskipunterdapat kecenderungan memendeknya lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan bahkan mereka aakan mengalami prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka di hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap dampak emosional dari hospitalisasi dan menyebabkan kebutuhan mereka menjnadiberbeda. Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlahpada anak-anak yang tumbuh dirumah sakit), rencanapemulangan menjadi lama karena kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang khusus yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial danperkembangan anak di lingkungan rumah sakit.
C.     Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek stress tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan pengobatan. Penyebab anak stres meliputi psikososial (berpisah dengan orang tua , keluarga lain, teman dan perubahan peran),fisiologis (kurang tidur, perasaan nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri), lingkungan asing (kebiasaan sehari-hari berubah). Reaksi orang tua , kecemasan dan ketakutan akibat dari seriusnya penyakit,prosedur, pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak, frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak familernya peraturan rumah sakit
D.    Keuntungan Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompoten dalam kemampuan koping mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka.

E.     Perubahan Yang Terjadi Akibat Hospitalisasi
1)      Perubahan konsep diri
Akibat penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citratubuh , perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga diridan identitasnya.
2)      Regresi
Klien mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebihrendah dalam fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3)      Dependensi
Klien merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4)      Dipersonalisasi
Peran sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak realistis,tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
5)      Takut dan Ansietas
Perasaan takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadappenyakitnya Kehilangan dan perpisahanKehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul karena lingkungan yangasing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan kebebasan, berpisah denganpasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
F.      Reaksi anak terhadap proses hospitalisasi
     Menurut supartini (2002) reaksi anak yang dirawat dirumah sakit sesuai tahapanperkembangan adalah
1.      Masa bayi (0-1 tahun)
           Masalah utama yang terjadi adalah karena dampak perpisahan dengan orang tuasehingga ada gangguan pembentukan rasa percaya diri dan kasih sayang. Pada anak usialebih dari enam bulan tejadi stranger anxiety  atau cemas apabila, berhadapan dengan orangyang tidak dikenalnya dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak usia ini adalah menangis, marah dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan prilaku yangditunjukkan adalah dengan menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan exspresi wajah yang tidak menyenangkan.
2.      Masa toddler (2-3Tahun)
           Anak usia toddler biasanya bereaksi terhadap hospitalisasi terhadap sumber stressyang utama adalah cemas akibat perpisahan. Respon prilaku anak sesuai dengantahapannya, yaitu tahap proses, putus asa dan pelepasan. Pada tahap proses ,prilaku yang ditunjukkan adalah menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau menolak perhatian yang diberikan orang lain.
           Pada tahap putus asa, prilaku yangditunjukkan adalah, menangis berulang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat,untuk bermain dan makan, sedih, apatis. Pada tahap pelepasan prilaku yang ditunjukan adalah secara sama, mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan akan memulai menyukai ligkungan.
           Oleh karena adanya pembatasan pergerakannya anak akan kehilangankemampuannya untuk mengontrol diri dan akan menjadi tergantung pada lingkungannya.Akhirnya, anak akan kembali mundur pada kemampuan sebelumnya atau regresi. Prilaku yang dialami atau nyeri yang dirasakan karena mendapatkan tindakan yang invasif sepertiinjeksi, infus, pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit bibir dan memukul.Walaupun demikian anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikanrasa nyerinya
3.      Masa prasekola (3- 6Tahun)
           Perawatan anak dirumah sakit memaksakan untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman. Penuh kasih sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,permainan dan teman sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkananak usia pra sekolah ialah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupunsecara berlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan di rumahsakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.
           Perawatan anak dirumah sakit juga mengharuskan adanya pemabatasan aktifitas anak sehingga anak merasa kan kehilangan kekuatan diri. Perawatan anak dirumah sakit seringdiekspresikan anak pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu dan takut,bersalah. Ketakutan anak terhaadap perlukaan, muncul karena anak menganggap atautindakan dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.
           Oleh karena itu, hal inimenimbukan reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal denganmengucapkan kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat danketergantungannya terhadap orang tua.
4.      Masa sekolah (6-12 Tahun)
           Perawatan anak di rumah sakit memaksa anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan kelompok sosialnya dan menimbulkan kecemasan.Kehilangan kontrol dan juga terjadi dirawat di rumah sakit karena adanaya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut berdampak terhadap perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok sosialnya, karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial, perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.
           Reaksi terhadap adanya perlakuan fisik atau nyeri yang ditunjukkan ekspresi verbal maupun non verbal, karena anak sudah mengkontaminasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir danmemegang sesuatu dengan erat. Reaksi lainnya juga berupa Mudah tersinggung/marah walaupun ortu berada di dekatnya, Menarik diri, tidak mampu berhubungan dengan teman sepermainan, menolak kehadiran saudara kandung.
5.       Masa remaja (13-18 Tahun)
           Anak usia remaja mengekspresikan perawatan di rumah sakit mengakibatkan timbulnya perasaaan cemas karena berpisah dengan teman sebayanya. Dan anak remaja begitu percaya dan sering kali terpengaruh terhadap teman sebayanya. Apabila dirawat dirumah sakit anak akan merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan itu.Pembatasan aktifitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol dirinya danmenjadi tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit.            Reaksi yang timbul akibat pembatasan aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatanyang dilakukan padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau menarik diri dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan. Perasaan sakit karena perlakuan atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya menarik diri dari lingkungan,dan menolak kehadiran orang lain.
G.    Respon orang tua terhadap proses hospitalisasi
     Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang diberikan keluarga terhadap keinginan untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada dirinya. Perawatan anak dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada orang tua. Orang tua juga merasa adasesuatu yang hilang dalam kehidupan keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwaperawatan anak selama dirawat di rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress padaorang tua dan hal ini telah banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
Dan dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang dirawat dirumah sakit yang meliputi (Supartini, 2000) :
a.       Kecemasan,
            ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi perasaan was-was,bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk menghilangkan kecemasanharus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu hidup orang itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang menyakitkan.
b.      Marah
            Dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk gusar, tegang, kesal,jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya. Ketidakmampuan mengatasi danmengenal kemarahannya sering merupakan komponen dari penyesuaian diri dan hal inimerupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk orang seperti ini, pelatihan ketegasandapat membantu : dianjurkan untuk mngungkapkan perasaan marah secara tegas dan jelasbila perasaan diungkapkan dengan baik, jelas, dan tegas. Bila kita berbagi perasaan makahal ini dapat menguatkan relasi, isolasi dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orangyang terlalu banyak dan tidak dapat mengerem luapan amarahnya sehingga merekamenggangu orang lain.


c.       Sedih
            Dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer termasuk susah, putus asa,iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan sebagainya. Bila kesedihan terlalu lama makatimbulah tanda-tanda depresi dengan triasnya: rasa sedih, putus asa sehingga timbulpikiran lebih baik mati saja. Depresi bisa terjadi setelah mengalami kehilangan dari sesuatuyang sangat disayangi, pengalaman tidak berdaya sering mengakibatkan depresi.
d.      Stressor dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak 
            jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 1999). Reaksi orang tua dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego individu, kemampuan
koping,kebudayaan dan kepercayaan

H.    Respon Saudara Kandung Terhadap Hospitalisai
1)      Orang tua pada dasarnya tdk boleh membedakan perlakukan pada anak yg sedang sakit dan dirawat di RS dgn saudara kandung lainnya di rumah
2)      Selain kehadiran fisik org tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanandan hal lain yg berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya dibanding keperluan anak lain
3)      Reaksi yg sering muncul pd saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah,cemburu, benci dan rasa bersalah.
4)      Marah jengkel thd org tua yg dinilai tdk memperhatikan
5)      Cemburu dirasakan orrg tua lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit 
6)      Rasa bersalah anak berfikir mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya
I.       Intervensi Keprawatan dalam Mengatasi Dampak Hospitalisasi
     Upaya meminimalkan stresor :Upaya meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau mengurangi dampak perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol danmengurangi/ meminimalkan rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Utk mencegah/meminimalkan dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :
1.      Melibatkan orang tua berperan aktif dalam merawat anak dengan cara membolehkan mereka tinggal bersama anak selama 24 jam (rooming in)
2.      Jika tdk mungkin utk rooming in, beri kesempatan orang utk melihat anak setiap saat dengan maksud mempertahankan kontak antar mereka
3.      Modifikasi ruangan perawatan dengan cara membuat situasi ruangan rawat perawatan seperti di rumah, dengan cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa anak 
4.      Mempertahankan kontak dgn kegiatan sekolah, antara lain dgn memfasilitasipertemuan dgn guru, teman sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dgn siapa saja yg anak inginkan

     Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa nyeri dapat dilakukan dengan cara :
a.       Mempersiapkan psikologis anak dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkanrasa nyeri
b.      Lakukan permainan terlebih dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak,,mis : bercerita yg berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan
c.       Pertimbangkan utk menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg menimbullan rasa nyeri
d.      Tunjukkan sikap empati sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut akibat prosedur yg menyakitkan.
e.       Pada tindakan pembedahan elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnyaapabila memungkinkan

J.       Memaksimalkan Manfaat Hospitalisasi Anak
1.      Membantu perkembangan org tua dan anak dgn cara memberi kesempatan orang tua mempelajari tumbang anak dan reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw diRS
2.      Hospitalisasi dpt dijadikan media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi kesempatan pada org tua untuk belajar ttg penyakit anak, terapi, perwatan dsb. sesuai dengan kapasitas belajar.
3.      Utk meningkatkan kemampuan kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatanpd anak mengambil keputusan, tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri
4.      Fasilitasi anak utk tetap menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, temansebaya atau teman sekolah.
Memberi dukungan pada anggota keluarga lain :
a.       Berikan dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS
b.      Apabila diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama,karena sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual ygmemerlukan bantuan ahli
c.       Beri dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini
d.      Fasilitasi utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga danberdampak positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya\
K.    Mempersiapkan anak utk mendapat perawatan di rs
Pada tahap sebelum MRS dpt dilakukan :
a.       Siapkan ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatanyg diperlukan
b.      Apabila anak harus di rawat secara berencana, 1–2 hari sebelum dirawat,dioreintasikan dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS
Pada hari pertama dirawat lakukan tindakan:
a.        Kenalkan perawat dan dokter yg akan merawatnya
b.      Orientasikan anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas
c.       Kenalkan dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya
d.      Berikan identitas pd anak, mis : papan nama anak 
e.       Jelaskan aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikutiLakukan pengkajian riwayat keperawatan
f.       Lakukan pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program


Referensi :
Wong, D.L.2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Supartini, Y. 2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat