Konsep Hospitalisasi
A. Pengertian Hopitalisasi
Hospitalisasi merupakan suatu proses yang
karena suatu alasan yang berencana atau darurat, mengharuskan anak untuk tinggal di rumah
sakit, menjalani terapi dan perawatan
sampai pemulangannya kembali kerumah. Selama proses tersebut, anak danorang tua
harus dapat mengalami berbagai kejadian yang menurut beberapa ditunjukkandengan
pengalaman yang sangat traumatik dan penuh stress (Wong, 2000).
Penyakit dan hospitalisasi sering kali
menjadi krisis pertama yang harus dihadapi anak. Anak-anak sangat rentang
terhadap krisis penyakit dan hospitalisasi kerena stress akibat perubahan dari keadaan sehat biasa dan
rutinitas lingkungan , dan anak memiliki jumlah mekanisme koping yang terbatas
untuk menyelesaikan stressor (kejadian-kejadian yang menimbulkan stres). Stres
utama dari hospitalisasi adalah perpisahan, kehilangan kendali, secara tubuhdan
nyeri. Reaksi anak terhadap krisis-krisis tersebut dipengaruhi oleh usia perkembanganmereka,
pengalaman mereka sebelumnya dengan penyakit, perpisahan atau hospitalisasi.
B. Efek hospitalisasi terhadap
anak
Anak-anak dapat bereaksi terhadap stres
hospitalisasi sebelum mereka masuk,selama hospitalisasi, dan setelah
pemulangan. Konsep sakit yang dimiliki anak bahkan lebih penting dibandingkan
usia dan kematangan intelektual dalam memperkirakantingkat kecemasan sebelum
hospitalisasi.
1. Faktor resiko individual
Sejumlah faktor resiko membuat
anak-anak tertentu lebih rentan terhadap stress hospitalisasi dibandingkan
dengan lainnya (kotak 1-1). Mungkin kerena perpisahan merupakan masalah
penting seputar hospitalisasi bagi anak-anak yang lebih mudah, anak yang
aktif dan bekeinginan kuat cenderung lebih baik ketika dihospitalisasi
bila dibandingkan anak yang pasif. Akibatnya, perawat harus mewaspadai anak-anak yang menerima
secara pasif semua perubahan dan permintaan, anak ini dapat memerlukan dukungan
yang lebihbanyak dari pada anak yang lebih aktif.
Berkembangnya gangguan emosional
jangka panjang lanjutan dapat berkaitan dengan lama dan jumlah masuk rumah
sakit dan jenis praktik rumah sakit. Praktik pendukung seperti kunjungan
keluarga yang sering, dapat mengurangi gangguan dimasa datang.
kotak
1-1 Faktor resiko yang meningkatkan kerentangan anak terhadap stres
hospitalisasi
Temperamen “sulit”
Ketidak sesuaian antara
anak dan orang tua
Usia (terutama anak usia 6
bulan dan 5 tahun)
Jenis kelamin laki-laki
Kecerdasan dibawah
rata-rata
Stres multiple dan kontinu
(mis. sering hospitalisasi)
|
2. Perubahan pada populasi
pediatrik
Saat ini populasi pediatrik dirumah
sakit mengalami perubahan drastis, meskipunterdapat kecenderungan memendeknya
lama rawat. Sifat dan kondisi anak kecenderungan bahkan mereka aakan mengalami
prosedur yang lebih invasif dan traumatik pada saat mereka di
hospitalisasi. Faktor inilah yang membuat mereka lebih rentang terhadap dampak
emosional dari hospitalisasi dan menyebabkan kebutuhan mereka menjnadiberbeda.
Perhatikan pada tahun-tahun sekarang telah berfokus pada peningkatan jumlahpada
anak-anak yang tumbuh dirumah sakit), rencanapemulangan menjadi lama karena
kompleknya asuhan medis dan keperawatan. Tanpa perhatian yang khusus yang
diberikan untuk memenuhi kebutuhan psikososial danperkembangan anak di
lingkungan rumah sakit.
C. Dampak Hospitalisasi
Hospitalisasi atau sakit dan dirawat dirumah sakit bagi anak
dan keluarga akan menimbulkan stress dan tidak aman. Jumlah dan efek stress
tergantung pada persepsi anak dan keluarga terhadap kerusakan penyakit dan
pengobatan. Penyebab anak stres meliputi psikososial (berpisah dengan orang tua
, keluarga lain, teman dan perubahan peran),fisiologis (kurang tidur, perasaan
nyeri, imobilisasi dan tidak mengontrol diri), lingkungan asing (kebiasaan
sehari-hari berubah). Reaksi orang tua , kecemasan dan ketakutan akibat dari
seriusnya penyakit,prosedur, pengobatan dan dampak terhadap masa depan anak,
frustasi karena kurang informasi terhadap prosedur dan pengobatan serta tidak
familernya peraturan rumah sakit
D. Keuntungan Hospitalisasi
Meskipun hospitalisasi dapat dan biasa menimbulkan stres
bagi anak-anak, tetapi hospitalisasi juga bermanfaat. Manfaat yang paling nyata
adalah pulih dari sakit, tetapi hospitalisasi juga dapat memberi kesempatan
pada anak-anak untuk mengatasi stres dan merasa kompoten dalam kemampuan koping
mereka. Lingkungan rumah sakit dapat memberikan pengalaman sosialisasi yang
baru bagi anak yang dapat memperluas hubungan interpersonal mereka.
E. Perubahan Yang Terjadi Akibat
Hospitalisasi
1) Perubahan konsep diri
Akibat
penyakit yang di derita atau tindakan seperti pembedahan, pengaruh citratubuh ,
perubahan citra tubuh dapat menyebabkan perubahan peran , idial diri, harga
diridan identitasnya.
2) Regresi
Klien
mengalami kemunduran ketingkat perkembangan sebelumnya atau lebihrendah dalam
fungsi fisik, mental, prilaku dan intelektual.
3) Dependensi
Klien
merasa tidak berdaya dan tergantung pada orang lain.
4) Dipersonalisasi
Peran
sakit yang dialami klien menyebabkan perubahan kepribadian, tidak
realistis,tidak dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan, perubahan identitas
dan sulit bekerjasama mengatasi masalahnya.
5) Takut dan Ansietas
Perasaan
takut dan ansietas timbul karena persepsi yang salah terhadappenyakitnya
Kehilangan dan perpisahanKehilangan dan perpisahan selama klien dirawat muncul
karena lingkungan yangasing dan jauh dari suasana kekeluargaan, kehilangan
kebebasan, berpisah denganpasangan dan terasing dari orang yang dicintai.
F. Reaksi anak terhadap proses
hospitalisasi
Menurut supartini (2002) reaksi anak yang
dirawat dirumah sakit sesuai tahapanperkembangan adalah
1. Masa bayi (0-1 tahun)
Masalah utama yang terjadi adalah
karena dampak perpisahan dengan orang tuasehingga ada gangguan pembentukan rasa
percaya diri dan kasih sayang. Pada anak usialebih dari enam bulan tejadi stranger
anxiety atau cemas apabila, berhadapan dengan orangyang tidak dikenalnya
dan cemas karena perpisahan. Reaksi yang muncul pada anak usia ini adalah
menangis, marah dan banyak melakukan gerakan sebagai sikap stranger anxiety. Bila
ditinggalkan ibunya, bayi akan merasa cemas karena perpisahan dan prilaku
yangditunjukkan adalah dengan menangis keras, pergerakan tubuh yang banyak, dan
exspresi wajah yang tidak menyenangkan.
2. Masa toddler (2-3Tahun)
Anak usia toddler biasanya bereaksi
terhadap hospitalisasi terhadap sumber stressyang utama adalah cemas akibat
perpisahan. Respon prilaku anak sesuai dengantahapannya, yaitu tahap proses,
putus asa dan pelepasan. Pada tahap proses ,prilaku yang ditunjukkan adalah
menangis kuat, menjerit memanggil orang tua, atau menolak perhatian yang
diberikan orang lain.
Pada tahap putus asa, prilaku yangditunjukkan
adalah, menangis berulang, anak tidak aktif, kurang menunjukkan minat,untuk
bermain dan makan, sedih, apatis. Pada tahap pelepasan prilaku yang ditunjukan adalah
secara sama, mulai menerima perpisahan, membina hubungan secara dangkal dan akan
memulai menyukai ligkungan.
Oleh karena adanya pembatasan
pergerakannya anak akan kehilangankemampuannya untuk mengontrol diri dan akan
menjadi tergantung pada lingkungannya.Akhirnya, anak akan kembali mundur pada
kemampuan sebelumnya atau regresi. Prilaku yang dialami atau nyeri yang
dirasakan karena mendapatkan tindakan yang invasif sepertiinjeksi, infus,
pengambilan darah, anak akan menangis, menggigit bibir dan memukul.Walaupun
demikian anak dapat menunjukkan lokasi rasa nyeri dan mengkomunikasikanrasa
nyerinya
3. Masa prasekola (3- 6Tahun)
Perawatan anak dirumah sakit
memaksakan untuk berpisah dari lingkungan yang dirasakannya aman. Penuh kasih
sayang dan menyenangkan, yaitu lingkungan rumah,permainan dan teman
sepermainannya. Reaksi terhadap perpisahan yang ditunjukkananak usia pra
sekolah ialah dengan menolak makan, sering bertanya, menangis walaupunsecara
berlahan, dan tidak kooperatif terhadap petugas kesehatan, perawatan di
rumahsakit juga membuat anak kehilangan kontrol dirinya.
Perawatan anak dirumah sakit juga
mengharuskan adanya pemabatasan aktifitas anak sehingga anak merasa kan
kehilangan kekuatan diri. Perawatan anak dirumah sakit seringdiekspresikan anak
pra sekolah sebagai hukuman sehingga anak merasa malu dan takut,bersalah.
Ketakutan anak terhaadap perlukaan, muncul karena anak menganggap atautindakan
dan prosedurnya mengancam integritas tubuhnya.
Oleh karena itu, hal inimenimbukan
reaksi agresif dengan marah dan berontak, ekspresi verbal denganmengucapkan
kata-kata marah, tidak mau bekerja sama terhadap perawat danketergantungannya
terhadap orang tua.
4. Masa sekolah (6-12 Tahun)
Perawatan anak di rumah sakit memaksa
anak berpisah dengan lingkungan yang dicintainya yaitu keluarga dan kelompok
sosialnya dan menimbulkan kecemasan.Kehilangan kontrol dan juga terjadi dirawat
di rumah sakit karena adanaya pembatasan aktifitas. Kehilangan kontrol tersebut
berdampak terhadap perubahan peran dalam keluarga, anak kehilangan kelompok
sosialnya, karena ia biasa melakukan kegiatan bermain atau pergaulan sosial,
perasaan takut mati, dan karena adanya kelemahan fisik.
Reaksi terhadap adanya perlakuan
fisik atau nyeri yang ditunjukkan ekspresi verbal maupun non verbal, karena
anak sudah mengkontaminasikannya. Anak usia sekolah sudah mampu mengontrol
perlakuan jika merasa nyeri, yaitu dengan menggigit bibir danmemegang sesuatu
dengan erat. Reaksi lainnya juga berupa Mudah tersinggung/marah walaupun ortu
berada di dekatnya, Menarik diri, tidak mampu berhubungan dengan teman
sepermainan, menolak kehadiran saudara kandung.
5. Masa remaja (13-18 Tahun)
Anak usia remaja mengekspresikan
perawatan di rumah sakit mengakibatkan timbulnya perasaaan cemas karena
berpisah dengan teman sebayanya. Dan anak remaja begitu percaya dan sering kali
terpengaruh terhadap teman sebayanya. Apabila dirawat dirumah sakit anak akan
merasa kehilangan dan timbul perasaan cemas karena perpisahan itu.Pembatasan
aktifitas di rumah sakit membuat anak kehilangan kontrol dirinya danmenjadi
tergantung pada keluarga atau petugas kesehatan di rumah sakit. Reaksi yang timbul akibat pembatasan
aktifitas ini adalah dengan menolak tindakan dan perawatanyang dilakukan
padanya atau anak tidak mau kooperatif terhadap petugas atau menarik diri
dari keluarga, sesama pasien, dan petugas kesehatan. Perasaan sakit karena
perlakuan atau pembedahan menimbulkan respon anak bertanya-tanya menarik diri
dari lingkungan,dan menolak kehadiran orang lain.
G. Respon orang tua terhadap
proses hospitalisasi
Respon keluarga yaitu suatu reaksi yang
diberikan keluarga terhadap keinginan untuk menanggapi kebutuhan yang ada pada
dirinya. Perawatan anak dirumah sakit tidak hanya menimbulkan stress pada
orang tua. Orang tua juga merasa adasesuatu yang hilang dalam kehidupan
keluarganya, dan hal ini juga terlihat bahwaperawatan anak selama dirawat di
rumah sakit lebih banyak menimbulkan stress padaorang tua dan hal ini telah
banyak dibuktikan oleh penelitian-penelitian sebelumnya.
Dan
dari hal ini, timbul reaksi dari strees orang tua terhadap perawatan anak yang
dirawat dirumah sakit yang meliputi (Supartini, 2000) :
a.
Kecemasan,
ini termasuk dalam kelompok emosi primer dan meliputi
perasaan was-was,bimbang, kuatir, kaget, bingung dan merasa terancam. Untuk
menghilangkan kecemasanharus memperkuat respon menghindar. Namun dengan begitu
hidup orang itu akan sangat terbatas setelah beberapa pengalaman yang
menyakitkan.
b.
Marah
Dalam kelompok amarah sebagai emosi primer termasuk
gusar, tegang, kesal,jengkel, dendam, merasa terpaksa dan sebagainya.
Ketidakmampuan mengatasi danmengenal kemarahannya sering merupakan komponen
dari penyesuaian diri dan hal inimerupakan sumber kecemasan tersendiri. Untuk
orang seperti ini, pelatihan ketegasandapat membantu : dianjurkan untuk
mngungkapkan perasaan marah secara tegas dan jelasbila perasaan diungkapkan
dengan baik, jelas, dan tegas. Bila kita berbagi perasaan makahal ini dapat
menguatkan relasi, isolasi dan mengangkat harga diri. Sebaliknya ada orangyang terlalu
banyak dan tidak dapat mengerem luapan amarahnya sehingga merekamenggangu orang
lain.
c.
Sedih
Dalam kelompok sedih sebagai termasuk emosi primer
termasuk susah, putus asa,iba, rasa bersalah tak berdaya terpojok dan
sebagainya. Bila kesedihan terlalu lama makatimbulah tanda-tanda depresi dengan
triasnya: rasa sedih, putus asa sehingga timbulpikiran lebih baik mati saja.
Depresi bisa terjadi setelah mengalami kehilangan dari sesuatuyang sangat
disayangi, pengalaman tidak berdaya sering mengakibatkan depresi.
d.
Stressor
dan reaksi keluarga sehubungan denagn hospitalisasi anak
jika anak harus menjalani hospitalisasi akan memberikan
pengaruh terhadap anggota keluarga dan fungsi keluarga (Wong dan Whaley, 1999).
Reaksi orang tua dipengaruhi oleh tingkat keseriusan penyakit anak, pengalaman
sebelumnya terhadap sakit dan hospitalisasi, prosedur pengobatan kekuatan ego
individu, kemampuan
koping,kebudayaan dan
kepercayaan
H. Respon Saudara Kandung
Terhadap Hospitalisai
1) Orang tua pada dasarnya tdk
boleh membedakan perlakukan pada anak yg sedang sakit dan dirawat di RS
dgn saudara kandung lainnya di rumah
2) Selain kehadiran fisik org
tua di RS, perhatian dlm bentuk lain mis : uang, makanandan hal lain yg
berhubungan dgn perw anak di RS menuntut org tua utk memprioritaskannya
dibanding keperluan anak lain
3) Reaksi yg sering muncul pd
saudara kandung (sibling) thd kondisi ini adl : marah,cemburu, benci dan rasa
bersalah.
4) Marah jengkel thd org tua yg
dinilai tdk memperhatikan
5) Cemburu dirasakan orrg tua
lbh mementingkan saudaranya yg sedang sakit
6) Rasa bersalah anak berfikir
mungkin saudaranya sakit akibat kesalahannya
I. Intervensi Keprawatan dalam
Mengatasi Dampak Hospitalisasi
Upaya meminimalkan stresor :Upaya
meminimalkan stresor dpt dilakukan dgn cara mencegah atau mengurangi dampak
perpisahan, mencegah perasaan kehilangan kontrol danmengurangi/ meminimalkan
rasa takut terhadap perlukaan tubuh dan rasa nyeri. Utk mencegah/meminimalkan
dampak perpisahan dpt dilakukan dgn cara :
1. Melibatkan orang tua berperan
aktif dalam merawat anak dengan cara membolehkan mereka tinggal bersama anak
selama 24 jam (rooming in)
2. Jika tdk mungkin
utk rooming in, beri kesempatan orang utk melihat anak setiap saat dengan
maksud mempertahankan kontak antar mereka
3. Modifikasi ruangan perawatan
dengan cara membuat situasi ruangan rawat perawatan seperti di rumah, dengan
cara membuat dekorasi ruangan yg bernuansa anak
4. Mempertahankan kontak dgn
kegiatan sekolah, antara lain dgn memfasilitasipertemuan dgn guru, teman
sekolah dan membantunya melakukan surat menyurat dgn siapa saja yg anak
inginkan
Untuk meminimalkan rasa takut terhadap cedera tubuh dan rasa
nyeri dapat dilakukan dengan cara :
a. Mempersiapkan psikologis anak
dn org tua utk tind prosedur yg menimbulkanrasa nyeri
b. Lakukan permainan terlebih
dahulu sebelum melakukan persiapan fisik anak,,mis : bercerita yg
berkaitan dgn tindakan yg akan dilakukan
c. Pertimbangkan utk
menghadirkan org tua pada saat anak dilakukan tindakan yg menimbullan rasa
nyeri
d. Tunjukkan sikap empati
sebagai pendekatan utama dlm mengurangi rasa takut akibat prosedur yg
menyakitkan.
e. Pada tindakan pembedahan
elektif, lakukan persiapan khusus jauh hari sebelumnyaapabila memungkinkan
J. Memaksimalkan Manfaat
Hospitalisasi Anak
1. Membantu perkembangan org tua
dan anak dgn cara memberi kesempatan orang tua mempelajari tumbang anak dan
reaksi anak thd stresor yg dihadapi selama perw diRS
2. Hospitalisasi dpt dijadikan
media utk belajar org tua. Utk itu perw dpt memberi kesempatan pada org tua untuk
belajar ttg penyakit anak, terapi, perwatan dsb. sesuai dengan kapasitas
belajar.
3. Utk meningkatkan kemampuan
kontrol diri dpt dilakukan dgn memberi kesempatanpd anak mengambil keputusan,
tdk terlalu bergantung pd org lain dan percaya diri
4. Fasilitasi anak utk tetap
menjaga sosialisainya dgn sesama pasien yg ada, temansebaya atau teman sekolah.
Memberi
dukungan pada anggota keluarga lain :
a.
Berikan
dukungan pd keluarga utk mau tinggal dgn anak di RS
b.
Apabila
diperlukan, fasilitasi keluarga utk berkonsultasi pd psikolog/ahli agama,karena
sgt dimungkinkan keluarga mengalami msl psikososial dan spiritual ygmemerlukan
bantuan ahli
c.
Beri
dukungan keluarga utk menerima kondisi anaknya dgn nilai-nilai yg diyakini
d.
Fasilitasi
utk menghadirkan saudara kandung anak apabila diperlukan keluarga danberdampak
positif pd anak yg dirawat maupun saudara kandungnya\
K. Mempersiapkan anak utk
mendapat perawatan di rs
Pada
tahap sebelum MRS dpt dilakukan :
a.
Siapkan
ruang rawat sesuai dgn tahapan usia anak dan jenis penyakit dgn peralatanyg
diperlukan
b.
Apabila
anak harus di rawat secara berencana, 1–2 hari sebelum dirawat,dioreintasikan
dgn situasi RS dengan bentuk miniatur bangunan RS
Pada
hari pertama dirawat lakukan tindakan:
a.
Kenalkan
perawat dan dokter yg akan merawatnya
b.
Orientasikan
anak dan org tua pd rg rawat serta fasilitas
c.
Kenalkan
dgn ps anak lain yg akan jadi teman sekamarnya
d.
Berikan
identitas pd anak, mis : papan nama anak
e.
Jelaskan
aturan RS yg berlaku dan jadwal kegiatan yg akan diikutiLakukan pengkajian
riwayat keperawatan
f.
Lakukan
pemeriksaan fisik dan pemr lainnya sesuai dgn program
Referensi :
Wong, D.L.2008.
Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC
Supartini, Y.
2004. Buku Ajar Konsep Dasar Keperawatan Anak. Jakarta : EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat