Plasenta
previa
1.
Definisi
Plasenta
previa adaalah kondisi saat plasenta terinplantasi di kutup bawah uterus. ini
dapat berupa :
a. Totak
atau komplet : plasenta menutupi seluruh ostium uteri serviks
b. Parsial
: hanya sebagian ostium uteri yang tertutupi.
c. Marginal
: ujung plasenta berada pada tepi ostium uteri.
d. Letak-rendah
: ujung plasenta berada sangat dekat dengan tepi ostium uteri. (morgan, 2009)
Plasenta
previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi
sebagian/seluruh ostium uteri internum. (prae = didepan, vias= jalan)
Implantasi
plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang, atau di
daerah tundus uteri. (sartrawinata, 2004)
2.
Klasifikasi
Ada
empat derajat abnormalitas yang diketahui:
a. Plasenta
previa totalis. Ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh jaringan
plasenta.
b. Plasenta
previa parsialis. Ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta.
c. Plasenta
previa marginalis. Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostium internum.
d. Plasenta
letak rendah. Plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus, sehingga tepi
plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium internum tetapi terletak sangat
berdekatan dengan ostium tersebut.
Derajat plasenta previa akan tergantung kepada
luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh,
plasenta letak rendah pada dilatasi 2 cm dapat menjadi plasenta previa
parsialis pada dilatasi 8 cm, karena serviks yang berdilatasi tidak lagi
menutupi plasenta. Sebalinya, plasenta previa yang tampaknya total sebelum
dilatasi serviks dapat menjadi parsial pada dilatasi 4 cm, karena serviks
berdilatasi melewati tepi plasenta.
3.
Etiologi
Plasenta Previa
meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik,
misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua.
Keadaan ini bisa ditemukan pada:
a.
Multipara,
terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
b.
Mioma
uteri
c.
Kuretasi
yang berulang
d.
Usia
lanjut
e.
Bekas
seksio sesarea
f.
Perubahan
inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain.
Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan
hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20
batang sehari).
4.
Patofisiologi
5.
Manifestasi
klinik
a. Gejala
yang terjadi ialah perdarahan tanpa nyeri
b. Awitan
pendarahan yang tiba-tiba tanpa didahului tanpa sebelumnya.
c. Terjadi
selama trimester tiga
d. Malpresentasi
atau ma malposisi karena janin harus menyesuaikan diri akibat adanya plasenta.
6.
Komplikasi
a. Perdarahan
dan mengakibatkan syok
b. Prematurasi
janin
c. Perdarahan
pascapartum karena perdarahan pada tempat pelekatan plasenta. Pada tempat
tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif.
d. Sindrom
sheeehan dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada
abrupsi.
7.
Penatalaksanaan
a.
1) Jangan
lakukan pemeriksaan vagina. Pembuluh darah plasenta dapat pecah dan
mengakibtakn hemoragi massif.
2) Diagnosis
dapat ditegakkan dengan USG
3) Bila
diagnosis ditegakkan pada awal kehamilan, plasenta dapat berpindah ke uterus
seiring uterus yang mebesar.
a) Tindakan
lanjut dengan USG serial sampai plasenta cukup jauh dari ostium uteri. Bila
plasenta tetap tumbuh pada ostium uteri saat 32 ,minggu, rujuk ke dokter.
b) Anjurkan
pasien untuk melapor saat tanda pertama perdarahan vagina.
c) Konsultasikan
dengan dokter segera saat di diagnosis plasenta previa total , parsial, atau
marginal setelah 20 minggu kehamilan.
d) Periksa
apakah pasien Rh (D) negative yang tidak tersensitisasi menerima injeksi RHOGAM
setelah tiap episode perdarahn untuk mencegah sensitisasi dari kemungkinan
percampuran darah janin D-positif dengan darah ibu.
a) Dosis
yang biasa adalah satu vial, yang cukup untuk tranfusi sampai 15 ml darah janin
ke dalam sirkulasi ibu.
b) Dosis
harus lebih besar bila cairan mungkin ditranfusikan lebih dari 15 ml
c) Uji
Betke-Kleihauer dapat dialkukan untuk menentukan jumlah darah janin dalam
sirkulasi ibu.
4) Anjurkan
untuk mebatasi aktifitas atau tirah baring pada pasien di diagnosis plasenta
previa parsial, atau total.
a) Opservasi
pasien secara ketat sampai janin cukup bulan atau smapi terjadi episode
pendarahan serius yang memerluakn kelahiran segera dilaksanakan.
b) Rencanakan
kelahiran melalui seksio sesaria karena plasenta menutupi ostium uteri dan
mencegah turunya janin ke vagina. (morgan, 2009)
b.
Penatalaksanaan
medis
1) Seksio
sesaria untuk janin yang mengalami distress atau untuk mengontrol pendarahan.
2) Agens
tokolitik sesuai indikasi jika pasien mengalami preterm.
3) Pemberian
cairan intravena sesuai indikasi :
4) golongan
darah dan pencocokan silang darah sebanyak 2-4 unit darah segar dan atau produk
darah lain sesuai kebutuhan. (Tucker, 1998)
Asuhan keperawatan plasenta previa
Pengkajian
Observasi / temuan
Pendarahan
vagina taksakit : aliran intermiten sampai konstan
Uterus
lunak dan relaks
Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat kesehatan sekarang
Pemeriksaan laboratorium atau
diagnostic
Ultrasound
untuk mengidentifikasi posisi plasenta almiografi.
Pemeriksaan
vagina dengan speculum
Ht
atau Hb : jumlah darah lengkap (JDL)
Aniosintesis
terhadap maturitas janin sesuai indikadi pemeriksaan pembekuan
Pemantauan
listrik janin secara terus menerus
Potensial komplikasi
Janin
mengalami bradikardia : dibawah 120 x/mnt
Pemantauan
janin : deselerasi terlambat
Tidak
adanya suara jantung janin
Syok
ibu hamil
Hiperaktifitas
janin, hivoksia
Anemia
neonatal, syok (hipovelemik)
Seksio
sesaria
DIAGNOSA KEPERAWATAN PLASENTA
PREVIA
1. Ketakutan
yang berhubungan dengan efek perdarahan pada kehamilan dan bayi (Carpenito,
2009)
2. Hambatan
mobilitas fisik yang berhubungan dengan meningkatnya perdarahan dalam merespon
aktivitas (Carpenito, 2009)
3. Duka
cita yang berhubungan dengan kemungkinan keguguran yang telah diantisipasi dan
kehilangan anak yang diharapkan (Carpenito, 2009)
4. Ketakutan
yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi pada kehamilan berikutnya
(Carpenito, 2009)
3. INTERVENSI
Dx
|
Kriteria evaluasi
|
Intervensi
|
Rasional
|
5. Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan
6.
Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.
|
Mendemostrasikan kestabilan /
perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil,
pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin
adekuat secara individual.
Mendemonstrasikan perfusi
adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif
(NST)
|
1. Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah masukan serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut. Timbang pembalut pengalas.
2. Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva
manover dan koitus.
3. Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau
posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.
4. Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran
mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada.
5. Hindari pemeriksaan rectal atau vagina.
6. Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel
kemasan, sesuai indikasi.
7. Siapkan untuk kelahiran sesaria
1. Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.
2. Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat
perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas.
3. Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.
4. Berikan suplemen oksigen pada klien
5. Ganti kehilangan darah/cairan ibu.
6. Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.
|
7. Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram
peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
8. Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan
abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang
perdarahan.
9. Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul
menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin
bertindak sebagai tanpon.
10.
Membantu
menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada
tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau
terjadinya syok.
11.
Dapat
meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total
terjadi.
12.
Meningkatkan
volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.
13.
Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan
sinus-sinus vena tertutup.
14. Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan
menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
15. Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya , janin berespon pada
penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila
tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.
16. Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi
plasenta/janin dan pertukaran oksigen.
17. Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.
18. Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.
19. Pembedahan perlu bila terjadi
pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi
penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.
20.
|
4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pemantauan
1. Pantau
jumlah dan jenis perdarahan.
2. Pantau
dan catat TTV ibu dan janin.
3. Pantau
adanya kontraksi uterin.
4. Pantau
hemoglobin dan hematokrit untuk jumlah darah yang hilang.
5. Pantau
suhu setiap 4 jam kecuali jika terdapat peningkatan suhu, ukur suhu setiap 2
jam.
6. Pantau
jumlah sel darah putih (SDP) untuk adanya infeksi.
Perawatan
Penunjang (Nettina, 2001)
1. Beri
posisi miring pada ibu untuk meningkatkan perfusi plasenta dan beri oksigen
jika terdapat bukti-bukti distres janin.
2. Buat
dan pertahankan jalur IV, sesuai ketentuan, dan ambil darah untuk pemerikasaan
golongan dan skrining untuk penggantian darah.
3. Beri
posisi duduk pada ibu agar berat badan janin dapat menekan plasenta dan menurunkan
kehilangan darah selama periode perdarahan.
4. Pertahankan
tirah baring ketat selama periode perdarahan.
5. Jika
terjadi perdarahan berat dan persalinan yang tidak dapat ditunda, siapkan ibu
secara fisik dan emosi untuk menghadapi persalinan sesar.
6. Gunakan
teknik aseptik ketika memberikan asuhan, dan ajarkan perawatan perineal serta
mencuci tangan untuk mencegah infeksi.
7. Berikan
dukungan emosional dan diskusikan dampak dari hospitalisasi jangka panjang atau
tirah baring yang lama.
5. EVALUASI
1.
Pasien menunjukkan kestabilan / perbaikan keseimbangan
cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat,
sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
2.
Pasien menunjukkan perfusi adekuat, dibuktikan oleh
DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat