A.
Mekanisme
Penanganan Nyeri dengan Terapi Musik
1.
Pengertian
Terapi
musik terdiri dari dua kata yaitu “terapi” dan “musik”. Terapi adalah
penanganan penyakit atau pengobatan. Sedangkan musik adalah suara atau nada yang
mengandung irama. Menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia (1995:676), musik memiliki pengertian sebagai berikut: Ilmu atau seni
menyusun nada atau suara dalam urutan, kombinasi, dan hubungan temporal untuk
menghasilkan komposisi (suara) yang mempunyai kesatuan dan kesinambungan.
Musik
bukan sekedar bunyi, tapi merupakan hasil komposisi dari bunyi. Jadi, jika
vibrasi atau getaran alam semesta membentuk jaringan energy, musik merupakan
representasi dari jaringan energy harmonis yang seimbang di alam semesta
(Setiono. 2005, p.163)
Jadi
bisa disimpulkan bahwa terapi musik merupakan adalah suatu cara penanganan
penyakit (pengobatan) dengan menggunakan nada atau suara yang disusun demikian
rupa sehingga mengandung irama, lagu, dan keharmonisan.
Sedangkan
menurut Djohan (2009, p. 245) terapi music adalah teknik penyembuhan yang
menggunakan bunyi dimana tujuannya adalah untuk meningkatkan atau memperbaiki
kondisi fisik, emosi, kognitif, dan social bagi individu dari berbagai kalangan
usia.
2.
Manfaat Musik
Menurut
Spawnthe Anthony (2003), musik mempunyai manfaat sebagai berikut:
a.
Efek mozart, adalah salah satu istilah
untuk efek yang dihasilkan oleh sebuah musik yang dapat meningkatkan
intelegensia seseorang
b.
Refresing, pada saat pikiran seseorang sedang
kacau atau jenuh, dengan mendengarkan musik walaupun sejenak, terbukti dapat
menenangkan dan menyegarkan pikiran kembali
c.
Motivasi, hal yang hanya bisa dilahirkan
dengan “feeling” tertentu. Motivasi akan memisu timbulnya semangat.
d.
Terapi, berbagai penelitian dan
literatur menerangkan tentang manfaat musik untuk kesehatan, baik untuk kesehatan
fisik maupun mental, beberapa penyakit yang dapat ditangani dengan musik antara
lain: kanker, stroke, dimensia, nyeri, gangguan kemampuan belajar, dan bayi
prematur.
3.
Karakteristik terapeutik musik
Menurut
Robbert (2002) dan Greer (2003), musik mempengaruhi persepsi dengan cara:
a.
Distraksi, yaitu pengalihan pikiran dari
nyeri, musik dapat mengalihkan konsentrasi klien pada hal-hal yang menyenangkan
b.
Relaksasi, musik menyebabkan pernafasan
menjadi lebih rileks dan menurunkan denyut jantung, karena orang yang mengalami
nyeri denyut jantung meningkat
c.
Menciptakan rasa nyaman, pasien yang
berada pada ruang perawatan dapat merasa cemas dengan lingkungan yang asing
baginya dan akan merasa lebih nyaman jika mereka mendengar musik yang mempunyai
arti bagi mereka.
Terapi
musik adalah penggunaan musik untuk relaksasi, mempercepat penyembuhan,
meningkatkan fungsi mental dan menciptakan rasa sejahtera. Musik dapat
mempengaruhi fungsi-fungsi fisiologis, seperti respirasi, denyut jantung dan
tekanan darah (Greer, 2003). Musik juga dapat menurunkan kadar hormon kortisol
yang meningkat pada saat stres. Musik juga merangsang pelepasan hormon
endorfin, hormon tubuh yang memberikan perasaan senang yang berperan dalam
penurunan nyeri (Berger, 1992).
Menurut
Greer (2003), keunggulan terapi musik yaitu:
a.
Lebih murah daripada analgesia
b.
Prosedur non-invasif, tidak melukai
pasien
c.
Tidak ada efek samping
d.
Penerapannya luas, bisa diterapkan pada
pasien yang tidak bisa diterapkan terapi secara fisik untuk menurunkan nyeri.
Menurut Potter
(2005 dikutip dari Erfandi, 2009), musik dapat digunakan untuk penyembuhan,
musik yang dipilih pada umumnya musik lembut dan teratur seperti
instrumentalia/ musik klasik mozart.
4.
Jenis Musik
untuk Terapi
Jenis music yang digunakan untuk terapi
adalah jenis music klasik, pop, dan modern (music tanpa vokal, periode tenang).
Namun, musik pop biasanya tidak menciptakan tingkat relaksasi yang dalam karena
music pop biasanya singkat dan diiringi irama serta kata-kata yang tetap.
(Perry & Potter, 2005, p. 1532)
Musik klasik mozart adalah salah musik
klasik yang muncul 250 tahun yang lalu. Diciptakan oleh Wolgang Amadeus Mozart.
Selain kemampuannya untuk menyembuhkan berbagai penyakit, memberikan efek
positif pada ibu hamil dan janin, disamping itu beberapa penelitian oleh Alfred
dan Campbell sudah membuktikan bahwa musik klasik mozart bisa mengurangi nyeri
pasien. Dibanding musik klasik lainnya, melodi dan frekuensi yang tinggi pada
musik klasik mozart mampu merangsang dan memberdayakan kreatifitas dan
motivatif diotak. Namun, tidak berarti karya komposer klasik lainnya tidak
dapat digunakan (Andreana, 2006).
5.
Proses
Penurunan Nyeri Dengan Terapi Musik Klasik Mozart
Terapi musik klasik Mozart dapat mengatasi
nyeri berdasarkan teori Gate Control, bahwa
impuls nyeri dapat diatur atau dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang
sistem saraf pusat. Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah
pertahanan di buka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan ditutup. Salah
satu cara menutup mekanisme perthanan ini adalah dengan merangsang sekresi
endorphin yang akan menghambat pelepasan subtansi P. Musik klasik Mozart
sendiri juga dapat merangsang peningkatan hormone endorphin yang merupkan
substansi sejenis morfin yang disuplai oleh tubuh. Sehingga pada saat
neuron nyeri perifer mengirimkan sinyal ke sinaps, terjadi sinapsis antara
neuron perifer dan neuron yang menuju otak tempat seharusnya substansi p akan
menghantarkan impuls. Pada saat tersebut, endorfin akan memblokir lepasnya
substansi P dari neuron sensorik, sehingga transmisi impuls nyeri di medula
spinalis menjadi terhambat, sehingga sensasi nyeri menjadi berkurang.
6. Hal-Hal
yang Perlu Diperhatikan dalam Menggunakan Musik Sebagai Terapi Penanganan Nyeri
Menurut Perry & Potter (2005, p. 1532) dalam
pelaksanaan penggunaan musik untuk mengontrol nyeri dan meningkatkan
kenyamanan, maka perlu diperhatikan beberapa hal berikut ini:
a. Pilih musik yang sesuai dengan selera klien.
Pertimbangkan usia dan latar belakang.
b. Gunakan earphone supaya tidak mengganggu klien atau staf
yang lain dan membantu klien berkonsentrasi pada musik.
c. Pastikan tombol-tombol kontrol di radio atau pesawat tape
mudah ditekan, dimanipulasi, dan dibedakan.
d. Apabila nyeri yang klien rasakan akut, kuatkan volume
musik. Apabila nyeri berkurang, kurangi volume.
e. Apabila tersedia musik latar, pilih jenis musik umum yang
sesuai dengan keinginan klien.
f.
Minta klien
berkonsentrasi pada musik dan mengikuti irama dengan mengetuk-ngetukkan jari
atau menepuk-nepuk paha.
g. Instruksikan klien untuk tidak menganalisa musik:
“Nikmati musik ke mana pun musik membawa Anda”.
h. Musik harus didengarkan minimal 15 menit supaya dapat
memberikan efek terapeutik.
DAFTAR
PUSTAKA
Corwin,
Elizabeth J. (2009). Buku saku
patofisiologi Corwin. Egi Komara Yudha (et al). Jakarta: EGC.
Djohan.
(2009). Psikologi musik. Yogyakarta:
Best Publisher.
Guyton, A. C.(2007).
Buku ajar fisiologi kedokteran.
Ed. 11 (Irawati, Penerjemah).
Jakarta: EGC.
Mucci,
K dan Mucci, R. (2002). The healing sound
of musik: manfaat musik untuk kesembuhan, kesehatan dan kebahagiaan anda (Jungprakoso,
penerjemah). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.
Potter, A. Patricia, Perry Anne Griffin. (2005). Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan
praktik. Ed. 4. Vol. 2. (Renata Komalasari, penerjemah). Jakarta: EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi:
konsep klinis proses-proses penyakit. (Brahm U. Pendit, et. al.,
Penerjemah). Jakarta: EGC.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat