google adsense

Thursday, August 3, 2017

ASKEP ANAK HIPERAKTIF

A.  Asuhan  keperawatan hiperaktif
a.       Pengertian
Gangguan yang dikaitkan dengan perilaku tidak perhatian, impulsif dan hiperaktif yang maladaptif dan tidak konsisten tingkat perkembangan tingakt perkambangan. Diagnosis akurat sulit ditetapkan karena gejala mirip depresi, gangguan belajar atau ,masalah emosi. Diagnosis ini ditetapkan melalui observasi luas terhadap perilaku anak namun, kontak dengan profesi kesehatan terbatas dan aktivitas anak mungkin kabur selama kunjungan berobat singkat. Keluhan dari orang tua dan guru sering digunakan untuk membuat diagnosis, dan observasi mereka mungkin menyimpangan karena karena berasumsi masalah dan sering mentapkan diagnosis itu sendiri.
b.      Teori etologis
1.      Psikodinamika
Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan perkembangan ego. Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasi dengan perilaku yang impulsif, seperti pada perilaku temper tantrum yang berat. Kegagalan berprestasi yang berulang kegagalan mengikuti petunjuk sosial dan harga diri rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa anaka tetap dalam fase perkembangan simbiotik dan tidak dapat menbedakan dirinya dengan ibunya.
2.      Genetik atau biologis
Gangguan ini mungkin terkait gender karena insiden lebih tinggi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Penelitian terakhir menetapkan bahwa ayah dari anak yang hiperaktif lebih mungkin alkoholik atau pencandu alkohol atau memiliki gangguan kepribadian antisosial. Anak yang mengalami gangguan ini menunjukkan adanya perubahan kromosom yang samar dan defisit neurologis ringan dengan fungsi otak reguler, termasuk aktivitas terlalu kecil di area yang trhambat keimpulsif. Hiperaktivitas dapat diakibatkan oleh sindrom alkohol janin, infeksi kongental dan kerusakan otak akibat trauma kelahirran  atau hipoksia. Distraktibilitas kognitif dan impulsivitas dikaitkan dengan gangguan lain yang meliputi kerusakan atau fungsi otak, seperti retarsasi mental, gangguan kejang, dan lesi otak. kondisi fisiologis yang dapat menyerupai gejala ini meliputi konstipasi, hipoglikemia, kerucuan timbal, dan penyakit tiroid, serta ,metabolik.
3.      Dinamika
Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini pelajari anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa. Kemungkinan iritabilitas impulsif ditemukan aau tidak terlihat pada individu  pada saat lahir, reaksi orang tua cenderung menguat dan karenanya mepertahan atau meningkatkan intensitas. Ansietas berasal dari disfungsi sistem keluarga berasal dari disfungsi sistem sistem keluarga masalah perkawinan, dan lain sebagainya, dapat juga memberi kontribusi pada gejala gangguan ini. Orang tua frustasi terhadap respons buruk anak tergadap keadaan tertentu. Orang tua mungkin menjadi sensitif atau menjadi putus asa dan tidak memberi struktur ekstrenal.

1.    Pengkajian
a.        Aktivitas atau istirahat
Sangat aktif, “selalu bergerak,”tidak bisa tenang ketika harusnya demikian      kesukaran bermain atau melakkukan aktivitas luang yang tenang
b.       Entegritas ego
 Emosi, mudah marah, perubahan alam perasaan
c.     Higiene
 Medah lupa dalam aktvitas sehari-hari
d.      Neurosensori
Keluhan dari orang tua dan guru tentang: medah teralih perhatiannya, tidak mampu mempertahankan perhatian untuk mengingat pada tugas atau menyelesaikan proyek, mengalami kesulitan duduk diam, kadang secara fisik terlalu aktif, dapat berhubungan dengan perilaku yang merusak atau aktivitas yang berbahaya tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, kesulitan mengikuti intruksi, mengatur tugas/aktivitas
e.       Interkasi sosial
Tampak tidak mendengar / memperthatikan apa yang dikatakan orang distres atau gangguan bermakna dalam fungsi sosial, akademik, dan okupasi
f.       Pengajaran atau pembelajaran
Awitan sebelum 7 tahun, riwayat penyalahgunaan alkohol dalam keluarga
a)      Pemeriksaan diagnostik
a.       Pemeriksaan tiroid: dapat menunjukkan gangguan hiperteroid yang memperberat masalah 
b.      Tes neurologis (CT scan): menentukan adanya gangguan otak organik
c.       Tes neulogis sesuai indikasi: menyingkirkan adanya gangguan ansietas; mengindentifikasi bawaan, retardasi atau aanak tidak mampu belajar dan mengkaji responsivitas sosial dan perkembangan bahasa
d.      Pemerikssaan diagnostik individual bergantung pad adanyaa gejala fisik(mis: ruam, penyakit saluran pernapsan atas atau gejala alergi lain, infeksi
b)      Prioritas keperawatan
a.       Menfasilitasi pencapaian kontrol diri perilaku anak yang lebih konsisten dan peningkatan harga diri.
b.      Meningkatkan pengembangan koping efektif orang ua dan intervensi untuk gejala perilaku anak mereka.
c.       Berpartisipasi dalam pengembangan pendekatan terapi yang terus menerus dan komprehensif dengan menggunakn sumber keluarga dan komunitas.

c)      Tujuan pemulangan
a.       Perilaku yang merusak/berbahasa berkurang atau hilang
b.      Mampu berfungsi dalam lingkungan pembelajaran terskruktur
c.       Orang tua telah meningkatkan atau menungkatkan kembali kemampuan untuk mengatasi perasaan internal dan untuk mengintervensi masalah perilaku anak mereka secara efektif
d.      Rencana terlaksana untuk memenuhi keebutuhan setelah pemulangan

2.      Diagnosa keperawatan
1.      Ketidak efektifan koping individu.
Dapat dihubungkan dengan: krisis situasi, penyangkalan pada masalah yang terlihat jelas, harga diri rendah
Intervensi
a.       Berikan suasana yang tenang, penurunan jumlah stimulus eksternal. Pertahankan suasana yan tenang.
b.      Berikan tempat dan aktivitas untuk gerakan motorik kasar( senam, dan area diluar ruangan untuk berlari, bola besar, peralatan mendaki).
c.       Dorong anak untuk mengkuti, berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas.
d.      Buar batasan pada perilaku yang merusak( mis, bicara tanpa jeda) anjurkan perilaku kompetisi  alternatif, seperti bermain dengan tenang.
e.       Dorong diskusi mengenai perasaan marah dan indentitas objek musuh sesungguhnya.
f.       Gali cara alternatif untuk menangani frustasi dengan klien
g.      Berikan umpan balik yang positif dakam mencoba strategi koping baru
h.      Evaluasi dengan klien mengenai keefeektifan perilaku baru. Diskusi modifikasi untuk perbaikan
3.      Interaksi sosial, hambatan
Dapat dihubungkan dengan: perkembangan ego yang terbelakang; harga diri     rendah
                            Intervensi
a.       Bina hubungan saling percaya dengan anak, tubjukkan peerimaan pada sperubahan anak dari perilaku yang tidak dapat diterima.
b.      Dorong klien untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal mengenai ketidakadekuatan dan kebutuhan terhadap penerimaaan orang lain.
c.       Diskusikan bagaimana perasaan saat ini yang mempengaruhi hubungan dengan memunculkan perilaku defensif, seperti menyalahkan dan memanipulasi orang lain.
d.      Berikan penguatan positif untuk interaksi sosial yang tepat. Abaikan metode berhubungan dengan orang lain yang tidak efektif, ajarkan peerilaku kompetisi.
e.       Berikan kesempatan pada interaksi kelompok dan dorong sistem umpan balik teman sebaya yang positif dan negatif.
4.      Gangguan harga diri
Dapat dihubungkan dengan: perkembangan ego yang terbelakang, disfungsi keluarga; penganiayaan atau pengabaian, cntoh peran negatif.

Intervensi
a.       Tunjukkan penerimaan dan penghargaan positif tanpa syarat
b.      Bantu anak untuk meengindentifikasi kekuatan ego dasar atau aspek positif mengenai dirinya; berikan umpan balik yang cepat untuk perilaku yang dapat diterima.
c.       Sediakan waktu bersama klien secara pribadi dalam aktivitas kelompok.
d.      Berkan kesempatam untuk berhasil ; rencanakan aktiivitas dengan jangka waktu pendek dan singkat.
e.       Diskusikan ketakutan, dorong keterlibatan dalam tugas atau kegiatan baru.
f.       Bantu klien menyusun tujuan yang realistik, tenrukan kegiatan yang tepat untuk memenuhi tujuan tersebut.





Referensi:
Doenges, merilynn E.  (1999). Rencana asuhan keperawatan pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. jakarta: EGC

                         

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat