A. Asuhan keperawatan
hiperaktif
a.
Pengertian
Gangguan yang
dikaitkan dengan perilaku tidak perhatian, impulsif dan hiperaktif yang
maladaptif dan tidak konsisten tingkat perkembangan tingakt perkambangan.
Diagnosis akurat sulit ditetapkan karena gejala mirip depresi, gangguan belajar
atau ,masalah emosi. Diagnosis ini ditetapkan melalui observasi luas terhadap
perilaku anak namun, kontak dengan profesi kesehatan terbatas dan aktivitas
anak mungkin kabur selama kunjungan berobat singkat. Keluhan dari orang tua dan
guru sering digunakan untuk membuat diagnosis, dan observasi mereka mungkin
menyimpangan karena karena berasumsi masalah dan sering mentapkan diagnosis itu
sendiri.
b.
Teori
etologis
1.
Psikodinamika
Anak dengan gangguan ini akan mengalami gangguan
perkembangan ego. Perkembangan ego menjadi retardasi dan dimanifestasi dengan
perilaku yang impulsif, seperti pada perilaku temper tantrum yang berat.
Kegagalan berprestasi yang berulang kegagalan mengikuti petunjuk sosial dan
harga diri rendah. Beberapa teori menunjukkan bahwa anaka tetap dalam fase
perkembangan simbiotik dan tidak dapat menbedakan dirinya dengan ibunya.
2.
Genetik
atau biologis
Gangguan ini mungkin terkait gender karena insiden lebih
tinggi pada anak laki-laki dari pada perempuan. Penelitian terakhir menetapkan
bahwa ayah dari anak yang hiperaktif lebih mungkin alkoholik atau pencandu
alkohol atau memiliki gangguan kepribadian antisosial. Anak yang mengalami
gangguan ini menunjukkan adanya perubahan kromosom yang samar dan defisit
neurologis ringan dengan fungsi otak reguler, termasuk aktivitas terlalu kecil
di area yang trhambat keimpulsif. Hiperaktivitas dapat diakibatkan oleh sindrom
alkohol janin, infeksi kongental dan kerusakan otak akibat trauma
kelahirran atau hipoksia.
Distraktibilitas kognitif dan impulsivitas dikaitkan dengan gangguan lain yang
meliputi kerusakan atau fungsi otak, seperti retarsasi mental, gangguan kejang,
dan lesi otak. kondisi fisiologis yang dapat menyerupai gejala ini meliputi
konstipasi, hipoglikemia, kerucuan timbal, dan penyakit tiroid, serta
,metabolik.
3.
Dinamika
Teori ini menunjukkan bahwa perilaku yang merusak ini
pelajari anak sebagai cara untuk mendapatkan perhatian orang dewasa.
Kemungkinan iritabilitas impulsif ditemukan aau tidak terlihat pada
individu pada saat lahir, reaksi orang
tua cenderung menguat dan karenanya mepertahan atau meningkatkan intensitas.
Ansietas berasal dari disfungsi sistem keluarga berasal dari disfungsi sistem
sistem keluarga masalah perkawinan, dan lain sebagainya, dapat juga memberi
kontribusi pada gejala gangguan ini. Orang tua frustasi terhadap respons buruk
anak tergadap keadaan tertentu. Orang tua mungkin menjadi sensitif atau menjadi
putus asa dan tidak memberi struktur ekstrenal.
1.
Pengkajian
a.
Aktivitas atau istirahat
Sangat
aktif, “selalu bergerak,”tidak bisa tenang ketika harusnya demikian kesukaran bermain atau melakkukan
aktivitas luang yang tenang
b. Entegritas ego
Emosi, mudah marah, perubahan alam perasaan
c. Higiene
Medah lupa dalam aktvitas sehari-hari
d.
Neurosensori
Keluhan dari orang tua dan guru tentang: medah teralih
perhatiannya, tidak mampu mempertahankan perhatian untuk mengingat pada tugas
atau menyelesaikan proyek, mengalami kesulitan duduk diam, kadang secara fisik
terlalu aktif, dapat berhubungan dengan perilaku yang merusak atau aktivitas
yang berbahaya tanpa mempertimbangkan konsekuensinya, kesulitan mengikuti
intruksi, mengatur tugas/aktivitas
e.
Interkasi
sosial
Tampak tidak mendengar / memperthatikan apa yang
dikatakan orang distres atau gangguan bermakna dalam fungsi sosial, akademik,
dan okupasi
f.
Pengajaran
atau pembelajaran
Awitan sebelum
7 tahun, riwayat penyalahgunaan alkohol dalam keluarga
a)
Pemeriksaan
diagnostik
a.
Pemeriksaan
tiroid: dapat menunjukkan gangguan hiperteroid yang memperberat masalah
b.
Tes
neurologis (CT scan): menentukan adanya gangguan otak organik
c.
Tes
neulogis sesuai indikasi: menyingkirkan adanya gangguan ansietas;
mengindentifikasi bawaan, retardasi atau aanak tidak mampu belajar dan mengkaji
responsivitas sosial dan perkembangan bahasa
d.
Pemerikssaan
diagnostik individual bergantung pad adanyaa gejala fisik(mis: ruam, penyakit
saluran pernapsan atas atau gejala alergi lain, infeksi
b)
Prioritas
keperawatan
a.
Menfasilitasi
pencapaian kontrol diri perilaku anak yang lebih konsisten dan peningkatan
harga diri.
b.
Meningkatkan
pengembangan koping efektif orang ua dan intervensi untuk gejala perilaku anak
mereka.
c.
Berpartisipasi
dalam pengembangan pendekatan terapi yang terus menerus dan komprehensif dengan
menggunakn sumber keluarga dan komunitas.
c)
Tujuan
pemulangan
a.
Perilaku
yang merusak/berbahasa berkurang atau hilang
b.
Mampu
berfungsi dalam lingkungan pembelajaran terskruktur
c.
Orang
tua telah meningkatkan atau menungkatkan kembali kemampuan untuk mengatasi
perasaan internal dan untuk mengintervensi masalah perilaku anak mereka secara
efektif
d.
Rencana
terlaksana untuk memenuhi keebutuhan setelah pemulangan
2. Diagnosa
keperawatan
1.
Ketidak
efektifan koping individu.
Dapat dihubungkan dengan: krisis situasi, penyangkalan
pada masalah yang terlihat jelas, harga diri rendah
Intervensi
a.
Berikan
suasana yang tenang, penurunan jumlah stimulus eksternal. Pertahankan suasana
yan tenang.
b.
Berikan
tempat dan aktivitas untuk gerakan motorik kasar( senam, dan area diluar
ruangan untuk berlari, bola besar, peralatan mendaki).
c.
Dorong
anak untuk mengkuti, berkonsentrasi dan menyelesaikan tugas.
d.
Buar
batasan pada perilaku yang merusak( mis, bicara tanpa jeda) anjurkan perilaku
kompetisi alternatif, seperti bermain
dengan tenang.
e.
Dorong
diskusi mengenai perasaan marah dan indentitas objek musuh sesungguhnya.
f.
Gali
cara alternatif untuk menangani frustasi dengan klien
g.
Berikan
umpan balik yang positif dakam mencoba strategi koping baru
h.
Evaluasi
dengan klien mengenai keefeektifan perilaku baru. Diskusi modifikasi untuk
perbaikan
3.
Interaksi
sosial, hambatan
Dapat dihubungkan dengan: perkembangan ego yang
terbelakang; harga diri rendah
Intervensi
a.
Bina
hubungan saling percaya dengan anak, tubjukkan peerimaan pada sperubahan anak
dari perilaku yang tidak dapat diterima.
b.
Dorong
klien untuk mengungkapkan perasaannya secara verbal mengenai ketidakadekuatan
dan kebutuhan terhadap penerimaaan orang lain.
c.
Diskusikan
bagaimana perasaan saat ini yang mempengaruhi hubungan dengan memunculkan
perilaku defensif, seperti menyalahkan dan memanipulasi orang lain.
d.
Berikan
penguatan positif untuk interaksi sosial yang tepat. Abaikan metode berhubungan
dengan orang lain yang tidak efektif, ajarkan peerilaku kompetisi.
e.
Berikan
kesempatan pada interaksi kelompok dan dorong sistem umpan balik teman sebaya
yang positif dan negatif.
4.
Gangguan
harga diri
Dapat dihubungkan dengan: perkembangan ego yang
terbelakang, disfungsi keluarga; penganiayaan atau pengabaian, cntoh peran
negatif.
Intervensi
a.
Tunjukkan
penerimaan dan penghargaan positif tanpa syarat
b.
Bantu
anak untuk meengindentifikasi kekuatan ego dasar atau aspek positif mengenai
dirinya; berikan umpan balik yang cepat untuk perilaku yang dapat diterima.
c.
Sediakan
waktu bersama klien secara pribadi dalam aktivitas kelompok.
d.
Berkan
kesempatam untuk berhasil ; rencanakan aktiivitas dengan jangka waktu pendek
dan singkat.
e.
Diskusikan
ketakutan, dorong keterlibatan dalam tugas atau kegiatan baru.
f.
Bantu
klien menyusun tujuan yang realistik, tenrukan kegiatan yang tepat untuk
memenuhi tujuan tersebut.
Referensi:
Doenges, merilynn E. (1999). Rencana asuhan keperawatan pedoman
untuk perencanaan dan pendokumentasian pasien. jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat