A. Kualitas
Hidup Lansia, Aspek-aspek Kualitas Hidup dan Upaya Pemerintahan dalam
Peningkatan Kesejahteraan Lansia
1. Definisi kualitas hidup
kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada
emosional, social, dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka
untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi mereka
dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka
tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan
perhatian mereka. Selain into, kualitas hidup
merupakn indicator penting untuk menilai keberhasilan intervensi
pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan (Suharmiati,
2003). Domain kualitas hidup tidak hanya mencakup domain fisik saja, namun juga
mencakup kinerja dalam memainkan peran social, keadaan emosianal, fungsi-fungsi
intelektual dan kognitif serta perasaan sehat dan kepuasan hidup (Croog dan
Levine, 1998). (dalam Diana A., 2010)
World
Health Organization Quality Of Life ( WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu
terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang
ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Selain
itu, kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati
hidupnya. (Anton Purwanto, 2008). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh
Ahmad Munir (2010) bahwa keadaan fisik, psikologis, lingkungan tinggal banyak
mempengaruhi kualitas hidup.
Menurut Neugarten, kualitas hidup adalah ukuran kebahagiaan dan
mempunyai 5 aspek, yaitu:
a. merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
b. Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi
hidupnya.
c. Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar
hidupnya
d. Mempunyai citra diri yang positif
e. Mempunyai sikap hidup yang optimistic dan suasana hati yang
bahagia.
Kualitas hidup dalam
hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh (Curtis,
2000):
a. Kondisi fisik individu
b. Psikologis
c. Tingkat kemandirian
d. Hubungan individu dengan lingkungan
2.
Aspek aspek kualitas
hidup
Felce
& Perry (1995) dalam Odom dkk (2007), mengkategorikan lima aspek dalam
konsep kualitas hidup yang berbeda-beda rincian, tetapi secara umum penting
untuk diketahui oleh orang-orang, dikembangkan berdasarkan literatur dan ini
bagian dari keseluruhan penilaian kualitas hidup, yaitu:
a.
Kesejahteraan fisik (physical well-being)
Kesejahteraan
fisik misalnya: kesehatan, kebugaran, dan keselamatan, mobilitas dan keamanan
fisik. penyakit dan kegelisahan, tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan,
mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat/medis dan kapasitas
pekerjaan berpengaruh pada kesehatan fisik.
b.
Kesejahteraan material (material well-being)
Kesejahteraan material misalnya:
pendapatan (termasuk didalamnya yaitu keamanan atau jabatan yang tetap),
kekayaan, kualitas perumahan (misalnya privacy
atau bersifat rahasia, kepemilikan/harta, makanan dan lingkungan sekitar). Dan
alat transportasi.
c.
Kesejahteraan sosial (social well-being)
Kesejahteraan sosial misalnya: hubungan
interpersonal, kegiatan masyarakat, dan penerimaan masyarakat. Menurut Notoadmodjo
(2007), kesejahteraan sosial meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan
para lansia dengan memelihara dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial
mereka serta melembagakan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia.
d.
Kesejahteraan produktif (produktive well-being) atau aspek
pengembangan dan aktivitas.
Kesejahteraan
produktif terbagi dalam dua dimensi yaitu: kompetensi atau kemampuan (pilihan,
pengendalian diri dan kebebasan) dan produktivitas atau kontribusi, Contohnya
seperti: pekerjaaan, pendidikan dan pekerjaaan rumah tangga. Kesejahteraan
produktif juga termasuk misalnya: pengembangan pribadi, penentuan nasib
sendiri, pekerjaan yang berguna atau membangun.
e.
Kesejahteraan emosional (emotional well-being)
Kesejahteraan emosional misalnya: kebahagiaan,
kepuasan dengan diri sendiri, bebas dari stress. Menurut Stanley dan Beare
(2006), kesejahteraan emosional membantu lansia mempertahankan kesadaran
tentang resiko dan situasi berbahaya yang mungkin terjadi. Aspek psikososial
ini membuat lansia mampu membuat perubahan gaya hidup yang tepat.
Dimensi dari kualitas
hidup berbeda dari satu studi ke studi yang
lainnya. Kualitas hidup dipandang subjektif dan objektif atau
kedua-duanya dikonsepkan sebagai suatu yang tidak berdimensi atau multidimensi.
Pandangan yang tidak berdimensi adalah seseorang yang ditanya untuk dievaluasi
kualitas hidupnya dengan menggunakan satu indikator yang global atau secara
keseluruhan, dan indikator ini sah dan dapat dipercaya. Pandangan multidimensi adalah seseorang yang
mengevaluasi atau menilai kualitas hidup mereka berdasarkan pada beberapa
kriteria (Frank & Stomborg, 1992)Menurut Gatersleben (2000), banyak
teoritikus telah mencoba merumuskan aspek-aspek orang yang berusaha untuk
mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurutnya empat konsep
teoritis kualitas hidup dapat dibedakan yaitu:
a. Indikator kualitas hidup objektif (sosial ekonomi)
Kualitas hidup telah
didefinisikan secara objektif dengan mengartikan beberapa item seperti
pendapatan, perumahan, fungsi fisik dan menghirup udara yang murni, namun
indikator objektif tidak menyatakan kepada kita bagaimana perasaan individu dan
pengalaman hidup mereka. Indikator objektif suatu kualitas hidup yaitu kondisi
kesehatan, keadaan psikologis, dan kepuasan hidup (Frank & Stomborg, 1992).
Sebagian besar
penelitian sosial ilmiah telah muncul tentang kondisi yang meningkatkan
kualitas hidup manusia. indikator kualitas hidup objektif pada umumnya mengacu
pada kondisi masyarakat diukur secara
objektif (Gatersleben, 2000).
b. Indikator
kualitas hidup subjektif (individual)
Indikator kualitas
hidup subjektif merujuk kepada penilaian orang-orang dan evaluasi terhadap
kondisi mereka. Studi pada indikator kualitas hidup menghubungkan ukuran
subjektif dari keseluruhan kesejahteraan dengan sejumlah aspek subjektif
terukur seperti pendapatan seorang individu dan tingkat pendidikan.
Kesejahteraan subjektif bisa diukur dengan menanyakan kepada orang-orang
bagaimana kebahagiaan mereka dengan kehidupan mereka pada umumnya atau dengan
bertanya kepada mereka bagaimana apakah mereka puas dengan kehidupan mereka
secara umum. Penelitian telah menunjukkan bahwa hampir semua orang merasa cukup
senang (puas) dengan kehidupan mereka. Hanya dalam keadaan sangat miskin
orang-orang cenderung merasa sedikit kurang bahagia (Gatersleben, 2000).
3.
upaya pemerintah dalam peningkatan
kesejahteraan lansia
Menurut
departemen sosial dalam notoadmojdo ( 2007 ), terdapat program pemerintah yaitu
aksi nasional kesejahteraan lansia serta peningkatan kualitas hidup lansia , yang bertujuan untuk :
a.
memberikan kesempatan bagi para lanjut
usia yang potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, baik
untuk berkarya lebih lanjut ataupun untuk pengembangan hobi mereka melalui
lembaga – lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun nonformal.
b.
Memberikan
kesempatan dengan memberdayakan para lanjut usia yang potensial dan produktif
untuk berkarya sesuai dengan kemampuan,
pengetahuan dan pengalamnya.
c.
Meningkatkan
dan memantapkan iman dan ketakwaan para lansia
sesuai agamanya ayau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang maha Esa serta
memandu pelaksanaannya dalam kehidupan sehari – hari.
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat