google adsense

Thursday, August 3, 2017

ASKEP SYINDROME DOWN

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Syndrome Down adalah suatu kondisi keterbelakangan perkembangan fisik dan mental anak yang diakibatkan adanya abnormalitas perkembangan kromosom. Kromosom ini terbentuk akibat kegagalan sepasang kromosom untuk saling memisahkan diri saat terjadi pembelah.
A.    Pengkajian
1.      Lakukan pengkajian Fisik
2.      Lakukan pengkajian perkembangan
3.       Dapatkan riwayat keluarga, terutama yang berkaitan dengan usia ibu atau anak lain mengalami keadaan serupa
4.      Observasi adanya manifestasi Sindrom Down:
a)    Karakeristik Fisik (Paling sering terlihat)
1)      Tengkorak bulat kecil dengan oksiput datar
2)       Lipatan epikantus bagian dalam dan fisura palpebra serong (mata miring ke atas dan keluar)
3)      Hidung kecil dengan batang hidung tertekan kebawah (hidung sadel)
4)      Lidah menjulur kadang berfisura
5)      Mandibula hipoplastik (membuat lidah tampak besar)
6)      Palatum berlengkung tinggi
7)      Leher pendek tebal
8)      Muskulatur Hipotonik (perut buncit, hernia umbilikus)
9)      Sendi hiperfleksibel dan lemas
10)  Tangan dan kaki lebar, pandek tumpul.
11)  Garis simian (puncak transversal pada sisi telapak tangan)
b)   Intelegensia
1)      Bervariasi dan retardasi hebat sampai intelegensia normal rendah
2)      Umumnya dalam rentang ringan sampai sedang
3)      Kelambatan bahasa lebih berat daripada kelambatan kognitif
c)   Anomaly congenital (peningkatan insiden)
1)      Penyakit jantung congenital (paling umum)
2)      Defek lain meliputi:
Agenesis renal, atresia duodenum, penyakit hiscprung, fistula esophagus, subluksasi pinggul. Ketidakstabilan vertebra servikal pertama dan kedua (ketidakstabilan atlantoaksial)
d)  Masalah Sensori (seringkali berhubungan)
1)       Kehilangan pendengaran konduktif (sangat umum)
2)      Strabismus
3)      Myopia
4)      Nistagmus
5)      Katarak
6)      Konjungtivitis
e)   Pertumbuhan dan perkembangan seksual
1)      Pertumbuhan tinggi badan dan BB menurun, umumnya obesitas
2)      Perkembangan seksual terhambat, tidak lengkap atau keduanya
3)      Infertile pada pria, wanita dapat fertile
4)      Penuaan premature umum terjadi, harapan hidup rendah

B.     Diagnosa Keperawatan
1.   Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan  hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
2.   Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
3.   Risiko tinggi cedera berhubungan dengan hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
4.   Kurangnya interaksi sosial anak berhubungan dengan keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
5.   Defisit pengetahuan (orang tua) berhubungan dengan perawatan anak syndrom down.




C.    Rencana Keperawatan
1. Risiko tinggi infeksi b/d hipotonia, peningkatan kerentanan terhadap infeksi pernapasan
Tujuan : pasien tidak menunjukkan bukti infeksi pernafasan
Intervensi:
a.       Ajarkan keluarga tentang teknik mencuci tangan yang baik.
Untuk meminimalkan pemajanan pada organism infektif
b.      Tekankan pentingya mengganti posisi anak dengan sering, terutama penggunaan postur duduk
Untuk mencegah penumpukan sekresi dan memudahkan ekspansi paru
c.       Dorong penggunaan vaporizer uap dingin
Untuk mencegah krusta sekresi dan mengeringnya membrane mukosa
d.      Ajarkan pada keluarga penghisapan hidung dengan spuit tipe-bulb
Karena tulang hidung anak tidak berkembang menyebabkan masalah kronis ketidakadekuatan drainase mucus.
e.       Dorong kepatuhan terhadap imunisasiyang dianjurkan
Untuk mencegah infeksi
f.        Tekankan pentingnya menyelesaikan program antibiotic bila diinstruksikan
Untuk keberhasilan penghilangan infeksi dan mencegah pertumbuhan organism resisten

2. Perubahan nutrisi (pada neonatus) : kurang dari kebutuhan berhubungan dengan kesulitan pemberian makanan karena lidah yang menjulur dan palatum yang tinggi.
Tujuan : kesulitan pemberian makan pada masa bayi menjadi minimal
Intervensi:
a.     Hisap hidung setiap kali sebelum pemberian makan, bila perlu
Untuk menghilangkan mucus
b.      Jadwalkan pemberian makan sedikit tapi sering: biarkan anak untuk beristirahat selama pemberian makan
Karena menghisap dan makan sulit dilakukan dengan pernapasan mulut
c.       Berikan makanan padat dengan mendorongnya ke mulut bagian belakang dan samping
Karena refleks menelan pada anak dengan sindrom down kurang baik
d.      Hitung kebutuhan kalori untuk memenuhi energy berdasarkan tinggi dan berat badan
Memberikan kalori kepada anak sesuai dengan kebutuhan
e.       Pantau tinggi dan BB dengan interval yang teratur
Untuk mengealuasi asupan nutrisi
f.       Rujuk ke spesialis untuk menentukan masalah makananyang spesifik
Mengetahui diit yang tepat
3.      Risiko tinggi cedera b/d hiperekstensibilitas sendi, instabilitas atlantoaksial
Tujuan: mengurangi risiko terjadinya cedera pada pasien dengan sindrom down
Intervensi:
a.       Anjurkan aktivitas bermain dan olahraga yang sesuai dengan maturasi fisik anak, ukuran, koordinasi dan ketahanan
     Untuk menhindari cedera
b.      Anjurkan anak untuk dapat berpartisipasi dalam olahraga yang dapat melibatkan tekanan pada kepala dan leher
     Menjauhkan anak dari factor resiko cedera
c.       Ajari keluarga dan pemberi perawatan lain (mis: guru, pelatih) gejala instabilitas atlatoaksial
     Memberikan perawatan yang tepat
d.      Laporkan dengan segera adanya tanda-tanda kompresi medulla spinalis (nyeri leher menetap, hilangnya ketrampilanmotorik stabil dan control kandung kemih/usus, perubahan sensasi)
     Untuk mencegah keterlambatan pengobatan

4.      Kurangnya interaksi sosial anak b/d keterbatasan fisik dan mental yang mereka miliki.
Tujuan: kebutuhan akan sosialisasi terpenuhi
Intervensi:
a.       Motivasi orang tua agar memberi kesempatan anak untuk bermain dengan teman sebaya agar anak mudah bersosialisasi
Pertukem anak tidak semaikin terhambat
b.      Beri keleluasaan / kebebasan pada anak untuk berekspresi
Kemampuan berekspresi diharapkan dapat menggali potensi anak

5.      Defisit pengetahuan (orang tua) b/d perawatan anak syndrom down.
Tujuan: orang tua/keluarga mengerti tentang perawatan pada anaknya
Intervensi:
a.       Berikan motivasi pada orang tua agar memberi lingkungan yang memadai pada anak
lingkungan yang memadai mendukung anak untuk berkembang
b.      Dorong partisipasi orang tua dalam memberi latihan motorik kasar dan halus serta pentunjuk agar anak mampu berbahasa
Kemampuan berbahasa pada anak akan terlatih
c.       Beri motivasi pada orang tua dalam memberi latihan pada anak dalam aktivitas sehari-hari.
Aktivitas sehari-hari akan membantu pertukem anak
D.    Evaluasi
1.   Diagnosa 1
a.       Anak tidak menunjukkan adanya tanda-tanda infeksi atau distress pernafasan
2.   Diagnosa 2
a.       Bayi mengkonsumsi makanan dengan jumlah adekuat yang sesuai dengan usia dan ukurannya
b.      Keluarga melaporkan kepuasan dalam pemberian makanan
c.       Bayi bertambah berat badannya sesuai dengan tabel perkembangan
d.      Keluarga mendapatkan manfaat dari pelayanan spesialis
3.   Diagnosa 3
a.       Anak berpartisipasi dalam aktivitas bermain dan berolahraga
b.      Anak tidak mengalami cedera yang berkaitan dengan aktivitas fisik
4.   Diagnosa 4
a.       Anak mampu bersosialisasi dan berinteraksi dengan baik sehingga anak dapat menjalin hubungan baik dengan orang lain tidak merasa minder

5.   Diagnosa 5
a.       Keluarga mengetahui tentang perawatan pada anak dengan Sindrome Down
b.      Keluarga berpartisipasi aktif dalam perawatan anaknya



Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pedriatrik Edisi 4. Jakara: EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat