A. Hormon Sistem Reproduksi
Sistem reproduktif wanita diatur oleh
beberapa hormon, termasuk esterogen, progesteron, hormon-horon pituitary,
prostaglandin.
1. klasifikaasi
hormon sistem reproduksi
a. Esterogen
Disekresikan
oleh folikel grafian ovarium dan oleh plasenta selama kehamilan. Esterogen
bertindak untuk meningkatkan sifat seks sekunder wanita, payudara dan
pertumbuhan jaringan uterus, serta kontraksi uterus. Esterogen menghambat
proses laktasi. (Hamilton, 1995)
Selama
perkembangan folikel dini, kadar estradiol yang beredar relatif rendah. Sekitar
1 minggu sebelum ovulasi, kadar mulai meningkat, mula-mula perlahan-lahan,
kemudian cepat. Kadar estradiol biasanya mencapai maksimal 1 hari sebelum
puncak LH. Setelah puncak ini dan sebelum ovulasi, terdapat penurunan nyata
dengan cepat. Selama fase luteal, estradiol meningkat sampai maksimal 5 sampai
7 hari setelah ovulasi dan kembali kegaris dasar sesaat sebelum haid. Sekresi
esteron oleh ovariu jauh lebih sedikit disbanding sekresi estradiol, tetapi
mengikuti pola yang serupa. Kebanyakan esteron dihasilkan dari pengubahan
androstenendion melalui kerja aromatase enzim (aromatisasi). (Hacker, 2001)
b. Progesteron
Disekresi oleh korpus luteum dan
plasenta. Progesteron bersama-sama dengan esterogen menyimpan endometrium untuk
menerima ovum. Progesteron juga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan
jaringan payudara. Tidak seperti esterogen, progesterone membantu relaksasi
uterus. Dengan alas an ini, dosisi tambahan esterogan mungkin diberikan untuk
mempercepat kelahiran premature. (Hamilton, 1995)
Selama
perkembangan folikular, ovarium hanya mensekresi progesterone dan
17-hidroksiprogesteron dalam jumlah yang kecil. Bagian terbesar dari
progesterone berasal dari pengubahan perifer pada pregnenolon adrenal dan
pregnenolon sulfat. Tepat sebelum ovulasi, folikel de-graaf yang tak mengalami
rupture tetap mengalami luteinisasi mulai meningkatkan jumlah produksi
progesterone. Sekitar masa ini, juga terdapat peningkatan
17-hidroksiprogesteron yang nyata. Meningkatnya suhu tubuh basal untuk sementara
berhubungan dengan efek sentral progesterone. Seperti halnya estradiol, sekresi
progestins oleh korpus luteum mencapai maksimum 5 samapi 7 hari setelah ovulasi
dan kembali ke garis dasar sesaat sebelum haid. (Hacker, 2001)
c. Prostagladin
(PG)
Prostagladin
disekresi oleh banyak jarinngan tubuh, terutama pada kelenjar prostat pria dan
endometrium wanita. Pada wanita hormon tersebut mempengaruhi ovulasi, kontraksi
tuba dan uterus, meluruhkan endometrium, serta awal gejala aborsi dan
persalinan. (Hamilton, 1995)
d. Prolaktin
Prolaktin
hipofisis manusia mengandung 199 residu asam amino dan 3 jembatan disulfide dan
memiliki kemiripan struktual yang cukup besar dengan hormon pertumbuhan dan hCS
manusia. Waktu paruh prolaktin, seperti hormon pertumbuhan sekitar 20 menit.
Prolaktin yang secara struktual mirip, disekresikan oleh endometrium dan
plasenta. Prolakti menyebabkan sekresi air susu dari payudara yang telah
mendaptkan rangsangan esterogen dan progesteron. Fungsi prolaktin pada pria
normal belum diketahui pasti, namun sekresi prolatin yang berlebihan oleh tumor
menimbulkan impotensi.(William, 2008)
e. GnRH
(Gonadotrophin Releasing Hormon)
GnRH
adalah suatu dekapeptida yang terutama disintesis dalam nucleus arkuatus, yang
bertanggung jawab atas sintesis dan pelepasan LH dan FSH. GnRH biasanya disebut
hormon pelepas LH (RH-LH) atau faktor pelepas-LH (LRF).
GnRH
disekresi dengan cara berdenyut di sepanjang siklus haid. Frekuensi dan
amplitude dari pulsasi ini bervariasi pada tiap fase siklus haid. Frekuensi pembebasan
GnRH, seperti dinilai secara tak langsung dengan pengukuran pulsasi LH,
bervariasi dari sekitar setiap 90 menit dalam fase folikular dini sampai setiap
60 sampai 70 menit dalam periode praovulasi yang segera. (Hacker, 2001)
f. FSH
(Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi
di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respon terhadap GnRH. Waktu paruh
FSH manusia sekitar 170 menit. FSH membantu mempertahankan epitel spermatogenik
dengan cara merangsang sel sertoli pada
pria dan berperan pada pertumbuhan awal folikel ovarium pada wanita. (William,
2008)
g. LH
(Luteinizing Hormone)
Diproduksi
di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Waktu paruh LH sekitar 60 menit. LH
bersifat tropic untuk sel Leyding dan pada wanita berperan pada pematangan
akhir folikel ovarium dan sekresi esterogen dari folikel tersebut. Hormon ini
juga berperan pada ovulasi, awal pembentukkan korpus luteum dan sekresi
progesteron. (Ganong, 2008)
2. Poros
Hormonal Sistem Reproduksi
a.
Hipotalamus
Lima
peptida kecil yang berbeda atau amina biogenic yang mempengaruhi siklus
reproduksi telah diisolasi dari hipotalamus. Semua mengerahkan efek khusus pada
sekresi hormonal pada kelenjar pituati anterior. Mereka adalah hormon pelepas
gonadotriphin (GnRH), hormon pelepas-tirotropin (TRH). faktor penghambat-pembebasan
somatotropin (SRIF) atau somatostatin, faktor pelepas kortikotropin (CRF) dan
faktor penghambat pembebasan prolaktin (PIF).
b. Kelenjar
Pituitari/ Hipofisis
Terletak
dibawah hipotalamus pada dasar otak didalam suatu rongga tulang (sela tursika)
dan dipisahkan dari rongga cranial oleh kondensasi substansi dura yang menutupi
sela tursika (sela diafragma).
Pituitari
anterior berisi sel yang berbeda yang menghasilkan enam hormon protein : hormon
perangsang-folikel (FSH), hormon lutein (LH), hormon perangsang-tiroid (TSH),
prolaktin, hormon pertumbuhan (GH) dan hormon adrepokortikotropik (ACTH).
c. Ovarium
Berfungsi
gametogenesis/oogenesis, dlam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum).
Selain itu juga brfungsi steroidogenesis, menghasilkan esterogen (dari teka
interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari
hormon-hormon gonadotropin
d. Endometrium
Endometrium
secara unik tanggap terhadap progestin, androgen, dan esterogen yang beredar.
Kemampuanyang memberi respon inilah yang menimbulkan haid dan memungkinkan
terjadinya implantasi dan kehamilan.
Secara
fungsional, endometrium terbagi atas dua daerah (1) bagian atas, atau
fungsionalis, yang menjalani perubahan siklus dalam morfologi dan fungsi selama
ssiklus hid dan dilepaskan pada saat haid, (2) bagian bawah, atau basal, yang
tetap relatif tidak berubah selama tiap siklus haid dan setelah haid,
memberikan sel induk untuk memperbaruhi fungsionalis itu. Arteri basalis adalah
pembuluh darah biasa yang ditemukan dalam daerah basal, sementara arteri spiral
secara khusus di lingkari pembuluh darah yang ditemukan dalam fungsionalis.
3. Fungsi
Hormon Sistem Reproduksi
a. Estrogen,
Estrogen disekresi oleh folikel graafian
ovarium dan oleh plasenta selama kehamilan. Estrogen bertindak untuk
meningkatkan sifat seks sekuder wanita, payudara dan pertumbuhan jaringan
uterus, dan kontraksi uterus. Estrogen menghambat proses laktasi (Hamilton,
1995). Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan
pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan
dengan reproduksi (Guyton, 2007).
Menurut
Guyton (2007), efek estrogen pada karakteristik kelamin primer dan sekunder
adalah :
1)
Efek estrogen pada uterus dan orgam
kelamin luar wanita
Selama masa kanak-kanak, estrogen disekresi
hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada saat pubertas, jumlah yang disekresi pada
wanita di bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropin hipofisis meningkat sampai
20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini, orgam-organ kelamin wanita akan
berubah dari yang dimiliki seorang anak menjadi yang dimiliki seorang wanita
dewasa. Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus meningkat
menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting daripada
bertambahnya ukuran uterus adalah perubahan yang berlangsung pada endometrium
uterus di bawah pengaruh estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi
yang nyata stroma endometrium dan sangat meningkatkan perkembangan kelenjar
endometrium, yang nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang
berimplantasi.
2) Efek
estrogen pada payudara
Payudara
primordial baik pada wanita maupun pria pada dasarnya sama. Nyatanya, di bawah
pengaruh hormon-hormon yang tepat, payudara pria, selama 2 dekade kehidupan
pertama, dapat cukup berkembang untuk memproduksi susu dengan cara yang sama
seperti payudara wanita. Estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma
payudara, (2) pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan (3) deposit lemak pada
payudara. Ringkasnya, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat
pembentuk air susu payudara. Estrogen juga berperan pada pertumbuhan
karakteristik dan penampilan luar payudara wanita dewasa. Akan tetapi, estrogen
tidak menyelesaikan tugasnya yaitu mengubah payudara menjadi organ yang memproduksi
susu.
3) Efek
estrogen pada metabolisme dan penyimpanan lemak
Estrogen sedikit meningkatkan laju
kecepatan metabolisme seluruh tubuh, tetapi hanya kira-kira sepertiga dari
peningkatan yang disebabkan oleh hormon kelamin pria, yaitu testosteron. Estrogen
juga menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan.
Sebagai akibatnya, persentase lemak tubuh pada wanita dianggap lebih besar
dibandingkan pada payudara tubuh pria, yang mengandung lebih banyak protein.
Selain simpanan lemak pada payudara dan jaringan subkutan, estrogen juga
menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan paha, yang merupakan karakteristik
sosok feminim.
4) Efek
estrogen pada distribusi rambut
Estrogen tidak terlalu memengaruhi
persebaran rambut. Akan tetapi, rambut akan tumbuh di daerah pubis dan aksila
sesudah pubertas. Peningkatan jumlah adrogen yang dibentuk oleh kelenjar
adrenal setelah pubertas adalah hormon yang terutama berperan pada pertumbuhan
tersebut.
b. Progesteron
progesteron,
disekresi oleh korpus luteum dan plasenta. Progesteron bersama-sama dengan
estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima ovum. Progesteron juga
meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara. Tidak seperti
estrogen, progesteron membantu relaksasi uterus. Dengan alasan ini, dosis
tambahan estrogen mungkin diberikan untuk mempercepat kelahiran prematur
(Hamilton, 1995).
Menurut Guyton (2007),
fungsi-fungsi progesteron adalah:
1)
Efek progesteron pada uterus
Sejauh
ini fungsi progesteron yang paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan
sekretorik pada endometrium uterus selama separuh terakhir siklus seksual
bulanan wanita, sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah
dibuahi. Selain dari efek terhadap endometrium, progesteron juga mengurangi frekuensi
dan intensitas kontraksi uterus, sehingga membantu mencegah terlepasnya ovum
yang sudah berimplantasi
2) Efek
progesteron pada tuba fallopi
Progesteron
juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopi. Sekresi ini
dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah dibuahi, dan sedang membelah, sewaktu
ovum bergerak dalam tuba fallopi sebelum berimplantasi
3) Efek
progesteron pada payudara
Progesteron
meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-sel
alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretorik. Akan
tetapi, progesteron tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu, air susu
disekresi hanya sesudah payudara yang siap dirangsang lebih lanjut oleh
prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior.
c. Human
Chorionic Gonadotropin (HCG)
Selama
kehamilan, hormon human chorionic gonadotropin (hCG) disekresikan oleh
plasenta, dan bersirkulasi pada ibu dan fetus. Hormon ini mempunyai pengaruh
yang hampir sama terhadap organ-organ kelamin seperti halnya dengan LH. Selama
masa kehamilan, bila fetus berkelmain pria, hCG dari plasenta akan menyebabkan
testis fetus menyekresikan testosteron. Testosteron ini sangat diperlukan untuk
memacu pembentukan organ kelamin pria.
d. Lactotrophic
hormone (LTH)/Prolactin
Prolaktin hipofisis manusia mengandung
199 residu asam amino dan 3 jembatan disulfida dan memiliki kemiripan
struktural yang cukup besar dengan hormon pertumbuhan dan hCS manusia.
Waktu-paruh prolaktin, seperti hormon pertumbuhan, sekitar 20 menit. Prolaktin
yang secara struktural mirip, disekresikan oleh endometrium dan plasenta.
Prolaktin menyebabkan sekresi air susu dari payudara yahg telah mendapatkan
rangsangan estrogen dan progesteron. Fungsi prolaktin pada pria normal belum
diketahui pasti, namun sekresi prolaktin yang berlebihan oleh tumor menimbulkan
impotensi.
e. Luteinizing
hormone
Luteinizing
hormone, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel
Leyding untuk menyekresi testosteron.
f. Hormone
perangsang-folikel (FSH)
Hormon
perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh kelenjar-kelenjar hipofisis
anterior, merangsang sel-sel Sertoli, tanpa rangsangan ini, pengubahan
spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
g. Hormone
pertumbuhan
Hormon pertumbuhan
(dan sebagian besar hormon tubuh lainnya) diperlukan untuk mengatur latar
belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik
meningkatkan pembelahan awal spermatogonia itu sendiri; bila tidak terdapat
hormon pertumbiuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat
berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.
DAFTAR PUSTAKA
Bobak. I.M, Lowdermilk. D.L, Jen
sen, M.D. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.
Guyton, A.C. (2007). Buku ajar fisiologi
kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar
keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed.
2. Jakrta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara.(2010).Buku ajar fundamental keperawatan: konsep,
proses, dan praktik.Ed.7.Jakarta: EGC
Potter, P.A., & Perry, A. G.(2005). BukuAjar Fundamental Keperawatan: Konsep,
Proses, Praktik.Edisi 4. USA: Elsevier Mosby
Williaw, F.G. (2008). Buku ajar
fisiologi kedokteran. Jakarta ; EGC
No comments:
Post a Comment
Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat