google adsense

Monday, August 7, 2017

Teori-teori perubahan sikap sebagai dampak komunikasi kesehatan

A.    Teori-teori perubahan sikap sebagai dampak komunikasi kesehatan 

1.      Teori Hirarki belajar

Teori Hirarki Belajar
Perubahan koknitif
1.      Perhatian
2.      Kesadaran
3.      Pemahaman
4.      Keyakinan
Perubahan efektif
1.      Sikap
2.      Evaluasi
3.      Perasaan
Perubahan koknatif
1.        Maksud
2.        Perilaku aktual
Model Hirarki
Atribusi Disonans
Perubahan koknatif
1.      Maksud
2.      Perilaku
Perubahan efektif
1.      Sikap
2.      Evaluasi
3.      Perasaan
Perubahan koknitif
1.      Perhatian
2.      Kesadaran
3.      Pemahaman
4.      keyakinan
Model Hirarki
Keterlibatan Rendah

Perubahan koknitif
1.      perhatian
2.      kesadaran
3.      pemahaman
4.      keyakinan
perubahan koknatif
1.      maksud
2.      perilaku
perubahan efektif
1.      sikap
2.      evaluasi
3.      perasaan

a.       Teori Herarki Belajar > berasumsi bahwa perubahan sikap manusia akibat diterpa komunikasi itu memiliki urutan yang relatif tetap. Artinya, perubahan sikap itu pertama-tama pada level perubahan koknitif. Artinya juga, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang memiliki logos. Contoh, seseorang akan mempengaruhi oleh iklan TV kalau iklan itu mengandung pesan argumentatif. Jadi seseorang ibu harus memiliki obatnyamuk tiga roda karena kurang asap, tidak mengeluarkan abu, dll, apalagi pengiklannya (basuki) mengatakan: “yang lain...hah lewat (catatan urutan hirarki> koknitif-efektif-konatif)
b.      Hirarki ini dapat berubah karena audiens yang lain tidak mengutamakan pengetahuan tentang produk yang diiklankan itu melainkan tujuan atau maksud dari iklan tersebut. Artinya, biar obatnyamuk tiga roda itu bau, ia tetap memilih obat itu, asal dapt digunakan untuk mengusir nyamuk. (catatan: urutan hirarki> konaktif-efektif-koknitif) inilah yang disebut hirarki atribusi disonans. Dalam bahasa sehari-hari kita katakan pakai-rasa-tau.
c.       Perubahan terakhir dari hirarki tersebut diatas dapat dimulai dengan: koknitif-konatif-efektif. Artinya audiens lebih mengutamakan pengetahuan dari obat yang dilakukan, dan berdasarkan pengetahuan itu maka dia dapat menggunakan obat itu, masalah suka atau tidak suka itu tidak terlalu penting. Inilah yang disebut model hirarki keterlibatan rendah yang dalam bahasa sehari-hari kita katakan: tahu-pakai-rasa
2.      Elaboration likelihood model
Petty dan cacioppo (1981) menggambarkan teori mereka dalam the elaboration likelihood model untuk memahami proses persuasi. Mereka mengemukakan, ada dua alur ke arah perubahan sikap: alur 1 central raute (alur pusat); dan 2 pheripheral raute. Menurut audiens, informasi utama itu melalui aluran utama (alur pusat), sedangkan informasi tambahan dalam rangka keputusan ada pada alur periferal
Berdasarkan asumsi teoritis ini, perubahan sikap para ibu rumah tangga untuk menimbang bayi di posyandu sangat tergantung dari bagai mana cara ibu ketua RT menjelaskan mengapa bayi perlu ditimbang setiap bulan, bagai mana kemampuan dia menjelaskan, dan teladan dari ibu ketua RT. Si ibu akan memutuskan mengubah sikapnya manakala informasi dari alur utama di atas didukung oleh teladan ibu RT yang tak pernak absen menimbang bayi, artinya dia konsisten atas anjurannya, ibu RT mempunyai daya tahan atas apa yang dia informasikan, menimbang bayi sebagai tindakan kesukaan dia informasikan, menimbang bayi sebagai tindakan kesukaan dia, tindakan dilakukan oleh yang berwewenang, dan apa yang dia lakukan merupakan tindakan yang langka di kalangan para ibu RT









 












3.      Reinforcement theory
Teori ini diperkenalkan oleh Hovlan, jenis dan kelly (1967). Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan hasil dan perubahan opini (pendapat) komunikasi, dan perubahan itu dihasilkan melalui penguatan perhatian (ettention), kelengkapan (comprehension), dan keberterimaan (acceptance)
Katakanlah, sebelum melakukan penyuluhan bertema “minumlah air yang sudah dimasak”, kita harus menyusun pesan sedemikian rupa sehingga pesan itu menarik perhatian komunikasi (pesan ditampilkan dalam gambar atau peraga, bahkan jika perlu dengan bantuan vidio). Pesan itu sendiri harus lengkap (mulai dari jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita harus minum air yang sudah dimasa, apa manfaatnya, bandingakan dengan jika kita minum air yang tidak dimasak, apa kerugiannya atau akibatnya. Terakhir, pesan harus berterima (acceptance). Artinya, pesan harus dapat diterima dalam lingkungan sosial dan kultural komunikasi (jangan sampai anda memperagakan memasak air dengan kompor gas diaudiens yang masih memakai kayu bakar)


Perubahan SIKAP
 
 













4.      Information menipulation theory
Teori ini diperkenalkan oleh Steve A. McComack, yang mengatakan bahwa suatu pesan akan diterima audiens manakala komunikator dengan metode dan teknik tertentu menambah jumlah informasi (quqntity), meningkatkan kualitas informasi (quatity), dan meningkatkan reaksi (relations) dengan audiens. Makin banyak jumlah infoemasi yang dibagi, makin baik kualitasnya, dan makin kuat relasi antara komunikator dengan komunikan, komunikan makin mudah menerima pesan tersebut








 












5.      Health belief model
The health belief model diperkenalkan pada tahun 1950-an untuk menerangkan tanggapan audiens terhadap program pemberantasan penyakit TBC. Dalam tanggapan tersebut dianalisis pula konsep audiens tentang keyakinan mereka atas slogan: jika tumbuh anda sehat, itu akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Beberapa konsep atau lebih tepatnya orientasi budaya audiens terhadap kesehatan yang ditanyakan, misalnya bagaimana individu terhadap dengan ancaman TBC, bagaimana berhubungan dengan orang yang mengidap TBC. Indikasi perubahan sikap individu terlihat dalam hipotesis bahwa, makin tinggi keyakinan individu atas bahaya TBC, dia akan berusaha untuk mencegah penyakit itu
A.      Teori Hirarki Belajar

Model Hirarki Keterlibatan Rendah
Perubahan Kognitif
1.      Perhatian
2.      Kesadaran
3.      Pemahaman
4.      Keyakinan
Perubahan Konatif
1.      Maksud
2.      Perilaku
Perubahan Afektif
1.      Sikap
2.      Evaluasi
3.      Perasaan
 

Model Hirarki Atribusi Disonans
Perubahan Konatif
1.      Maksud
2.      Perilaku
Perubahan Afektif
1.      Sikap
2.      Evaluasi
3.      Perasaan
Perubahan Kognitif
1.      Perhatian
2.      Kesadaran
3.      Pemahaman
4.      Keyakinan
 
Teori Hirarki Belajar
Perubahan kognitif
1.      Perhatian
2.      Kesadaran
3.      Pemahaman
4.      Keyakinan
Perubahan Afektif
1.      Sikap
2.      Evaluasi
3.      Perasaan
Perubahan Konatif
1.      Maksud
2.      Perilaku aktual




1.      Teori Hirarki Belajar > berasumsi bahwa perubahan sikap manusia akibat diterpa komunikasi itu memiliki urutan yang relatif tetap. Artinya, perubahan sikap itu pertama-tama pada level perubahan kognitif. Artinya juga, audiens mengutamakan perhatian, kesadaran, keyakinan dan pemahaman. Ini mengindikasikan bahwa audiens meletakkan keputusannya pada pesan yang rasional, yang argumentatif apalagi disampaikan oleh komunikator yang logos.
Contoh : Seseorang akan terpengaruh oleh iklan TV kalau iklan itu mengandung pesan argumentatif. Jadi seorang ibu harus memilih obat nyamuk tiga roda karena kurang asap, tidak mengeluarkan bau, dll, apalagi pengiklannya (Basuki) mengatakan : “yang lain... Hah lewat!” (Catatan : urutan hirariki > kognitif-afektif-konatif). Dalam bahasa sehari-hari urutan logika audiens adalah : tahu, rasa, pakai!
2.      Hirarki ini dapat berubah karena audiens yang lain tidak mengutamakan pengetahuan tentang produk yang diiklankan itu melainkan tujuan atau maksud dari iklan tersebut. Artinya, biar obat nyamuk tiga roda itu bau, ia tetap memilih obat itu, asal dapat digunakan untuk mengusir nyamuk. (Catatan : urutan hirarki > Konatif-afektif-kognitif) inilah yang disebut model hirarki atribusi disonans. Dalam bahasa sehari-hari kita katakan : pakai-rasa-tahu!
3.      Perubahan terakhir dari hirarki tersebut di atas dapat dimulai dengan: kognitif-konatif-afektif. Artinya audiens lebih mengutamakan pengetahuan dari obat yang diiklankan, dan berdasarkan pengetahuan itu maka dia dapat menggunakan obat itu, masalah suka atau tidak suka itu tidak terlalu penting. Inilah yang disebut model hirarki keterlibatan rendah yang dalam bahasa sehari-hari kita katakan : tahu-pakai-rasa!

B.       Elaboration Likelihood Model
Petty dan Cacioppo (1981) menggabarkan teori mereka dalam The Elaboration Likelihood Model untuk memahami proses persuasi. Mereka mengemukakan, ada dua alur ke arah perubahan sikap : alur (1) central route (alur pusat); dan (2) pheripheral route. Menurut audiens, informasi utma itu melalui alur utama (alur pusat), sedangkan informasi tambahan dalam rangka keputusam ada pada alur periferal.
Contoh : Perubahan sikap ibu rumah tangga untuk menimbang bayi di Posyandu sangat tergantung dari bagaimana cara ibu ketua RT menjelaskan mengapa bayi perlu ditimbang setiap bulan, bagaimana kemampuan dia menjelaskan, dan teladan dari ibu ketua RT. Si ibu akan memutuskan mengubah sikapnya manakala informasi dari alur utama di atas didukungo leh teladan ibu RT yang tak pernah absen menimbang bayi, artinya dia konsisten atas anjurannya. Ibu RT mempunyai daya tahap atas apa yang dia informasikan, menimbang bayi sebagai tindakan kesukaan dia, tindakan dilakukan oleh yang berwewenang, dan apa yag dia lakukan merupakan tindakan yang langka di kalangan para ibu RT

.
 








C.       Reinforcement Theory

Reinforcement Theory
 
     Teori ini diperkenalkan oleh Hovlan, Janis dan Kelly (1967). Menurut teori ini, perubahan sikap merupakan hasil dari perubahan opini (pendapat) komunikan, dan perubahan itu dihasilkan melalui penguatan perhatian (attention), kelengkapan (comprehension), dan keberterimaan (acceptance).

SIKAP
 
 








     Katakanlah, selum melakukan penyuluhan bertema “minumlah air yang sudah dimasak”, kita harus menyusun pesan sedemikian rupa sehingga pesan itu menarik perhatian komunikan (pesan ditpilkan dalam gambar atau peraga, bahkan jika perlu dengan bantuan video). Pesan itu sendri harus lengkap (mulai dari jawaban terhadap pertanyaan mengapa kita harus minum air yang sudah dimasak, apa manfaatnya, bandingkan dengan jika kita minum air yang tidak dimasak, apa kerugiannya atau akibatnya). Terakhir, pesan harus berterima (acceptance). Artinya, pesan harus dapat diterima dapat diterima dalam lingkungan sosial dan kultural komunikan (jangan sampai anda mempergakan memasak air dengan kompor gas di audiens yang masih memakai kayu bakar).
D.      Information Manipulation Theory

Information Manipulation Theory
 
     Teori ini diperkenalkan oleh Steve A. McComack, yang mengatakan bahwa suatu pesan akan diterima audiens manakala komunikator dengan metode dan teknik tertentu menambah jumlah informasi (quantity), meningkatkan kualitas informasi (quality), dan meningkakan relasi (relation) dengan audiens. Makin banyak jumlah informasi yang dibagi, makin baik kualitasnya, dan makin kuat relasi antara komunikator dengan komunikan, komunikan makin mudah menerima pesan tersebut.
Cube: Perubahan sikap
 







E.   Health Belief Model

     The Health Belief Model diperkenalkan pada tahun 1950-an untuk menerangkan tanggapa audiens terhadap program pemberantasan penyakit TBC. Dalam tanggapa tersebut dianalisis pula konsep audiens tentang keyakinan mereka atas slogan; jika tubuh anda sehat, itu akan berpengaruh terhadap perilaku sehari-hari. Beberapa konsep atau lebih tepatnya orientasi budaya audiens terhadap kesehatan yang ditanyakan, misalnya bagaimana individu mengatur perilaku hidup sehat, bagaimana individu berhadapan dengan ancaman TBC, bagaimana berhubungan dengan orang yang mengidap TBC, bagaimana mencegah TBC, dan bagaimana mengobati TBC. Indikasi perubahan sikap individu terlihat dalam hipotesis bahwa, makin tinggi keyakinan individu atas bahaya TBC, dia akan berusaha untuk mencegah penyakit itu.


DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,(2005) Promosi Kesehatan Teori dan Komunikasi. Jakarta PT Trenika Cipta
Liliweri, Aro (2009). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
Pawito, Ph. D (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara



No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat