google adsense

Monday, August 7, 2017

Konsep dan Penanganan Resiko Gangguan Konsep Diri pada Gangguan Citra Tubuh

A.    Konsep dan Penanganan Resiko Gangguan Konsep Diri pada Gangguan Citra Tubuh
Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas terhadap perubahan stuktur, bentuk dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang diinginkan ( keliat dkk, 2005 ). Pengertian lain adalah perubahan persepsi tentang tubuh yang diakibatkan oleh perubahan ukuran bentuk, struktur, fungsi, keterbatasan, makna dan objek yang sering kontak dengan tubuh.
Pada klien yang dirawat di rumah sakit umum, perubahan citra tubuh sangat mungkin terjadi. Sitesor pada tiap perubahan adalah Perubahan ukuran tubuh berat badan yang turun akibat penyakit Perubahan bentuk tubuh, tindakan invasif, seperti operasi, suntikan daerah pemasangan infus. Perubahan struktur, sama dengan perubahan bentuk tubuh di sertai degnan pemasangan alat di dalam tubuh.perubahan fungsi berbagai penyakit yang dapat merubah sistem tubuh keterbatasan gerak, makan, kegiatan. Makna dan objek yang sering kotak, penampilan dan dandan berubah, pemasangan alat pada tubuh klien (infus, fraksi, respirator, suntik, pemeriksaan tanda vital, dan lain-lain).
1.    Proses terjadinya gangguan citra tubuh
Gambaran diri ( body image ) berhubungan dengan kepribadian. Cara individu memandang dirinya mempunyai dampak yang penting pada aspek psikologinya ( keliat, 1992). Konsep diri yang negatif merupakan gabungan pikiran negatif yang dikembangkan individu tentang dirinya. Konsep diri ini dikembangkan pada perasaan gagal untuk tampak layak dan menganggap kecil respon dari individu lainnya, terutama sekali pertimbangan yang penting. Citra tubuh, harga diri, identitas diri, dan peran berhubungan dengan konsep diri seseorang. Citra tubuh yang negatif mencerminkan persepsi negatif seseorang terhadap penampilan dan fungsi tubuhnya (Rawlins & Heacock, 1993).
Citra tubuh dipengaruhi oleh pertumbuhan kognitif dan perkembangan fisik. Perubahan perkembangan yang normal seperti pertumbuhan dan penuaan mempunyai efek penampakan yang lebih besar pada tubuh dibandingkan dengan aspek lainnya dari konsep diri. Citra tubuh anak usia sekolah berbeda dengan citra tubuh seorang bayi. Salah satu perbedaan yang menyolok adalah kemampuan untuk berjalan. Perubahan ini bergantung pada kematangan fisik. Perubahan hormonal terjadi selama masa remaja dan pada tahun akhir kehidupan juga mempengaruhi citra tubuh ( mis. Menopause selama masa dewasa tengah ). Penuaan mencakup penurunan ketajaman penglihatan, pendengaran, dan mobilitas; perubahan ini dapat mempengaruhi citra tubuh.
Sikap dan nilai kultural dan sosial juga mempengaruhi citra tubuh.muda, cantik, dan utuh adalah hal-hal yang ditekankan dalam masyarakat amerika, fakta yang selalu ditayangkan dalam program televisi, film bioskop, dan periklanan. Dalam kultur barat (terutama diamerika serikat) telah dibiasakan untuk takut dan ketakutan terhadap proses penuaan yang normal.misalnya, menopause dalam kultur yang lain dipandang sebagai waktu dimana wanita mencapai kekuasaan dan kebijaksanaan. Akhir-akhir ini dalam kultur barat, menopause adalah waktu ketika wanita kurang disenangi secara seksual. Namun demikian, hal ini bukan lagi menjadi keyakinan yang umum, dan wanita menopause dan postmenopause mempertahankan rasa tentang diri mereka dan ketertarikan mereka sendiri bahkan lebih kuat.
Citra tubuh bergantung hanya sebagian pada realitas tubuh. Seseorang umumnya tidak mengadaptasi dengan cepat terhadap perubahan dalam fisik tubuh. Perubahan fisik mungkin tidak dimasukkan dalam citra tubuh ideal seseorang. Sering, misalnya saja, seseorang yang telah mengalami penurunan berat badan tidak menganggap dirinya kurus. Lansia sering mengatakan bahwa mereka merasa tidak berbeda tetapi ketika mereka melihat diri mereka di cermin, mereka terkejut dengan kulit yang keriput dan rambut memutih. Sering orang yang dulunya kurus dan mengalami peningkatan berat badan sebelumnya sampai diingakan oleh pakaian yang semuanya menjadi kekecilan atau ketika mereka bercermin.
Skema Proses Terjadinya Gangguan Citra Tubuh
2.      Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Gangguan Citra Tubuh
Banyak factor dapat yang mempengaruhi gambaran diri seseorang, seperti munculnya stresor yang dapat mengganggu integritas gambaran diri dan stressor dapat ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal (Stuart & Sundeen, p. 232, 1998).

Stresor-stresor tersebut dapat berupa:
a.         Tindakan operasi
b.        Kegagalan fungsi tubuh
c.         Waham yang berkaitan dengan bentuk dan fungsi tubuh
d.        Perubahan tubuh berkaitan dengan tumbuh kembang
e.         Umpan balik interpersonal yang negative

3.      Tanda dan gejala gangguan citra tubuh
Menurut wilkinson(2007), untuk menentukan diagnosis gangguan citra tubuh ada beberapa batasan karakteristik yang diungkapkan klien yaitu adanya respon verbal dan nonverbal terhadap perubahan aktual pada struktur atau fungsi tubuh yang dapat berupa:
1)      Menolak melihat dan menyentuh bagian tubuh yang berubah
2)      Tidak menerima perubahan tubuh yang telah terjadi/akan terjadi
3)      Menolak penjelasan perubahan tubuh
4)      Persepsi negatif pada tubuh
5)      Mengungkapakan keputusasaan dan ketakutan
Batasan karakteristik gangguan citra tubuh(Carpenito, 2000) :
1)        Mayor (harus terdapat): respon negatif verbal/nonverbal terhadap perubahan aktual atau dalam struktur dan/ fungsi (misalnya; malu, keadaan yang memalukan, bersalah, reaksi mendadak)


2)        Minor (mungkin terdapat):
a)      Tidak melihat pada bagian tubuh
b)      Tidak menyentuh bagian tubuh
c)      Bersembunyi/ memajankan bagian tubuh secara berlebihan
d)     Perubahan dalam keterlibatan sosial
e)      Perasaan negatif terhadap tubuh, perasaan ketidakberdayaan, keputusasaan, tidak ada kekuatan, kerentanan.
f)       Larut dengan perubahan/ kehilangan
g)      Penolakan untuk membuktikan perubahan aktual
h)      Depersonalisasi bagian tubuh
i)        Tingkah laku merusak diri (misalnya; multilasi, usaha bunuh diri, makan berlebihan, kurang makan).

4.      Proses Keperawatan
a.       Pengkajian
Data Objektif:
1)      Kehilangan bagian tubuh
2)      Perilaku aktial pada struktur dan/atau fungsi
3)      Tidak melihat pada bagian tubuh
4)      Tidak menyantuh bagian tubuh
5)      Menyembunyikan atau terlalu memperlihatkan bagian tubuh (secara senagja atau tidak)
6)      Trauma pada bagian tubuh yang tidak berfungsi
7)      Perubahan pada keterliabatan sosial


Data Subjektif:
1)      Perasaan negative tentang tubuh
2)      Perasaan tidak berdaya, putus asa atau tidak mampu
3)      Selalu berpikir tentang perubahan atau kehilangan
4)      Penekanan pada kekuatan yang masih ada, meningkatkan pencapaian
5)      Perluasan batasan tubuh untuk menggabungkan objek lingkungan
6)      Personalisasi bagian tubuh atau kehilangan dengan memberi nama
7)      Depersonalisasi bagian tubuh atau kehilangan dengan sebutan impersonal
8)      Perilaku menghindar, memantau atau mengakui tubuh seseorang
9)      Penolakan untuk memastikan perubahan actual
10)  Identifikasi populasi resiko tinggi dapat dilakukan seperti mereka yang memiliki kondisi berikut: kehilangan bagian tubuh, bergantung pada mesin
11)  Makna bagian tubuh atau fungsi yang berkenaan denagn usia, jenis kelamin, budaya, tingkat perkembangan atau kebutuhan dasar manusia
12)  Perubahan fisik yang dapat disebabkan oleh agens biokimia (obat)
13)  Trauma fisik atau multilasi
14)  Kehamilan dan/atau perubahan maturasi

b.      Diagnosa
Gangguan citra tubuh



c.       Intervensi
1)      Tujuan
a)      Tujuan tindakan keperawatan untuk pasien, diharapkan pasien mampu:
(1)   Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya.
(2)   Psien dapat meningkatkan penerimaan terhadapa citra tubuh
(3)   Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif diri.
(4)   Pasien dapat berpartisipasi atas tindakan yang diberikan
(5)   Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
(6)   Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh.
(7)   Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu.
b)      Tujuan tindakan keperawatan untuk keluarga, diharapkan keluarga mampu:
(1)   Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh.
(2)   Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
(3)   Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh.
(4)   Keluarga mampu menyusun rencana tindakan pasien gangguan citra tubuh.

2)      Intervensi
a)      Intervensi pada pasien
(1)   Tentukan persepsi pasien terhadap perubahan citra tubuh dan akibat yang mengancam dirinya sendiri.
(2)   Anjurkan pasien untuk melihat dan menyentuh perubahan atau bagian tubuh yang hilang.
(3)   Kaji perilaku pasien terhadap merusak diri sendiri.
(4)   Anjurkan pasien untuk berpartisipasi dalam seluruh modalitas terapetik yang diberikan dalam pengobatan.
(5)   Berikan dorongan pada klien untuk mengekspresikan penguatan diri.
(6)   Berikan kepada klien perhatian penuh untuk meningkatkan citra tubuh.
(7)   Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.
(8)   Mungkinkan pasien untuk mengembangkan nilai-nilai dirinya; jangan memaksa fungsi mandiri atau membiarkan terlalu tergantung.
(9)   Anjurkan diskusi tentang perubahan fisik yang sederhana, langsung dan aktual.
(10)           Lakukan interaksi dengan pasien secara bertahap untuk meningkatkan citra tubuh.

b)      Intervensi pada keluarga
(1)   Jelaskan dengan keluarga tentang gannguan citra tubuh
(2)   Jelaskan pada keluaga cara mengatasi masalah pasien
(3)   Bantu keluarga dalam berpartisipasi terhadap perubahan sumber-sumber yang tesedia.
(4)   Berikan kepada keluarga sumber-sumber dirumah sakit dalam merawat pasien.
(5)   Berikan umpan balik kepada keluarga terhadap usaha-usaha untuk meningkatkan dan meyatukan citra tubuh baru.




d.      Implementasi
Strategi pelaksanaan
1)      Strategi  pelaksanaan pada pasien
SP 1:
a)      Membina hibungan trapetik
b)      Jangan menghakimi, dan tunjukkan penermaan terhadap pasien
c)      Bangun hubungan berdasarkan minat  atau pengalaman yang lazim selama percakapan.
d)     Diskusi pada klien untuk mengekspresikan penguatan diri.
e)      Cara meningkatkan citra tubuh.
SP 2: Mengevaluasikan terhadap tindakan yang telah diberikan, cara meningkatkan citra tubuh dan interaksi.

2)      Stategi pelaksanaan pada keluarga
SP 1: Mendiskusikan masalah yang dihadapi keluarga, menjelaskan gangguan citra tubuh dan cara mengatasinya.

SP 2 : Melatih cara merawat dan menyusun rencana tindakan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
AIPNI (2010). Kurikulum pendidikan ners. Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L., Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito, L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin, Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari, D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak, Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis; Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
 Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek, Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo, Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart, G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S. Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto & Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat