google adsense

Monday, August 7, 2017

Evaluasi komunikasi kesehatan

A.    Evaluasi komunikasi kesehatan
1.      Evaluasi
Secara harfiah evaluasi berasal dari kata to evaluate, yang diberi awalan (prefix) e- dan akhiran (suffix) –tion. Evaluasi berati menilai atau memberi nilai. Memang dalam evaluasi terlibat kegiatan memberi penilaiaan
Evaluasi adalah kegiatan integeral (terpadu) dari proses manjemen, termasuk manjemen promosi kesehatan. Mengapa orang melakukan evaluasi, tidak lain karena orang ingin mengetahui apa yang telah dilakukan telah bejalan sesuai dengan rencana, apakah semua masukan yang diperkirakan sesuai dengan kebutuhan dan apakah kegiatan yang dilakukan memberi hasil dan dampak yang seperti yang diharapkan
Manajemen adalah proses untuk mencapai tujuan menghadapi tentangan/memecahkan masalah dengan sumber daya yang atau dapat dimiliki. Manajemen adalah ilmu dan seni. Sebagai ilmu ia bersifat objektif, dapat diaplikasikan secara universal, mengungkapkan fakta dengan dasar kejujuran dan kebenaran. Sebagai seni, kendatipun manajemen itu memiliki atau menggunakan cara dan proses baku yang sama, namun dalam penerapannya mengalami adaptasiu menurut siapa yang memakai, di mana, kapan dan untuk apa di pakai
Sebagai suatu proses manajemen digambarkan sebagai suatu siklus, yang meliputi perencanaan (P) – Implementasi (I) – Evaluasi (E), sebuah perencanaan diikuti implementasi dan akan dievaluasikan, dan seterusnya mulai dengan perencanaan baru lagi.
Namun samping manajemen merupakan suatu siklus, perencanaan, implementasi dan evaluasi sendiri pun merupakan suatu siklus pula. Siklus perencanaan, dimulai dengan analisis situasi, penentuan masalah, pemilihan solusi dan komunikasi rencana, untuk selanjutnya mulai dengan perencanaan baru dan yang lama diimpelemtasikan









Analisi situsi
 

Penentuan masalah
 

Pemilihan solusi
 
 













Mengembangkan kerangka dan batasan
 
Demikian juga dengan implementasi dan evaluasi. Berikut digambarkan secara sederhana daur evaluasi
Menentukan apa yang akan di evaluasi
 
Menyusun rencana dan istrumen
 
 










q

2.      Proses evaluasi
Dari gambar daur evaluasi di atas dampak bahwa evaluasi secara umum meliputi langkah-langkah berikut
a.       Menentukan apa yang akan dievalusi. Ini karena apa saja dapat dievaluasi. Apakah itu rencananya, sumber daya,proses pelaksanaan, keluaran, efek atau bahkan dampak suatu kegiatan, serta pengaruh terhadap lingkungan yang luas
b.      Mengembangkan kerangka dan batasan. Di tahap ini dilakukan asumsi-asumsi mengenai hasil evaluasi serta pembatasan ruang lingkup eavaluasi serta batasan-batasan yang dipakai agar objektif dan fokus
c.       Merancang desain (metode). Karena biasanya evaluasi terfokus pada satu atau beberapa aspek, maka dilakukan perencanaan desain, yang sebenarnya mengikuti rancangan desain riset walaupun tidak harus kaku seperti riset ini sangat bervariasi mulai dari yang amat sederhana sampai dengan yang sangat rumit bergantung pada tujuan dan kepentingan evaluasi itu sendiri
d.      Enyusun istrumen dan rencana pelaksanaan. Selanjutnya ialah mengembangkan istrumen pengamatan atau pengukuran serta rencana analisis dan membuat rencana pelaksanaan evaluasi
e.       Melakukan pengalaman, pengukuran dan analisis. Selanjutnya ialah melakukan pengumpulan data hasil pengamatan, melakukan pengukuran serta mengolah informasi dan mengkajinya sesuai tujuan evaluasi
f.       Membuat kesimpulan dan pelaporan. Informasi yang dihasilkan dari proses evalusi ini disajikan dalam bentuk laporan sesuai dengan kebutuhan atau permintaan. Lain pihak mengnginkan bentuk penyajian atau pelaporan yang berbedak\
Keenam langkah evaluasi di atas dapat dipadatkan menjadi 2 langkah terpenting yaitu, 1 menetapkan apa (fokus) yang akan dievaluasi, dan 2 merancang metode (cara) melaksanakannya
a.       Menetapkan apa yang dievaluasi
Disebut juga menentukan fokus evalusi. Langkah ini merupakan angkah terpenting dalam melakukan evaluasi
1)      Ada beberapa cara menentukan fokus evaluasi, tetapi yang paling penting dan paling sederhana adalah dengan membahan dan membuat kesempatan dengan pihak yang meminta evaluasi. Bila orang yang terlibat berjumlah kecil sehingga dapat dengan mudah berbagai pendapat. Bila jumlah yang terlibat besar sekali, untuk memutuskan sering digunakan cara delphi. Cara ini merupakan cara membuat keputusan berdasarkan konsensus suara terbanyak. Pilihan-pilihan terakhir dianjurkan dan seriap orang diminta menulis pilihannya dan memasukan ke dalam amplop dibuka dan dilakukan penghitungan. Pilihan terbanyak merupakan pilihan yang disepakati
2)      Cara yang dianggap paling teliti ialah dengan mengkaji secara sistem, yaitu dengan menguraikan proses suatu kegiatan atau intervensi menurut unsur-unsur sistem, yaitu:
a)      Memasukan (input)
b)      Proses
c)      Keluaran
d)     Efek
e)      Dampak
f)       Umpan balik
g)      Serta
h)     
Lingkungan








Umpan balik
 
Lingkunga

 






3)      Cara yang peraktis ialah dengan membuat suatu proses yang runtut. Cara ini dipakai oleh carol Weiss (1972), yang membuat penentuan berdasarkan logika, sebagaimana digambarkan sebagai berikut.

Apakah                                    Apakah
Perubahan keadaan
 
 









b.      Memilih atau merancang desain evaluasi
Banyak rancangan desain (riset) yang dapat dipakai dalam melakukan evaluasi. Tergantung tujuan dan sumber daya yang memiliki desain evaluasi dapat sederhana, dapat pula sangat canggih (sophistivated). Michael ibrahim membuat urutan desain menurut kekuatan kesimpulan dari hasil evaluasnya. Beliau embagi cara evaluasi menurut yang a) non-riset, b) riset non-eksperimental dan 3) riset eksperimental
Termasuk yang non-riset adalah, lelucon (anecdote), cerita-cerita hikayat (story), dan pendapat-pendapat ahli maupun orang awam. Sedangkan termasuk riset non-eksperrimental adalah survei sederhana sampai canggih, studi kasus-kelola (case control study) dan studi kohor (cohort study). Riset yang bersifat ekspermental, mulai dari desain eksoerimen lapangan (masyarakat) sampai dengan laboratorium
Stephen Isaac dan William B. Michael (1981) mengemukakan 9 bentuk desain evaluasi, yaitu:
1)      Historikal, dengan merekonstruksi kejadian dimasa lalu secara objektif dan tepat dikaitkan dengan hipotesis atau asumsi
2)      Deskriptif, melakukan penjelasan secara sistematik suatu situasi atau hal yang menjadi perhatian secara faktual dan tepat
3)      Studi perkembangan (developmental study), menyelidiki pola dan uruutan perkembangan atau perubahan menurut waktu
4)      Studi kasus atau lapangan (case atau field study), meneliti secara intensif latar belakang status sekarang, dan intraksi lingkungan dari suatu unit sosial, baik prorangan, kelompok lembaga atau masyarakat
5)      Study korelansional (corelational study), meneliti sejauh mana variasi dari suatu faktor terkait dengan variasi dari satu atau lebih faktor lain berdasarkan koefesien tertentu
6)      Studi sebab akibat (causal comparative study) , yang menyakiti kemungkinan hubungan-akibat dengan mengamati berbagai kosekuensdi yang ada dan menggalinya.
7)      Eksperimen murni (true experimental), yang menyelidiki kemungkina hubungan sebab-akibat dengan membuat satu kelompok percobaan atau lebih terpapar akan suatu perlaku atau kondisi. Pemilihan kelompok kontrol yang tidak menerima perlakuan atau kondisi. Pemilihan kelompok-kelompok secara sembarang (random)sangat penting
8)      Ekspermen semu (quasi expermental), merupakan cara yang mendekati ekspermen, tetapi di mana kontrol tidak ada manipulasi tidak bisa dilakukan
9)      Riset aksi (action research), bertujuan mengembangkan pengalaman baru melalui aplikasi lansung dibagai kesempatan
3.      Evaluasi komunikasi kesehatan
Pada prinsipnya, evaluasi promosi kesehatan sama dengan evaluasi kesehatan lainnya, karateristiknya ialah dalam indikator yang di samping memakai indikator epidemiologik sebagai indikator dampak seperti upaya kesehatan lainnya, dalam mengukur efek, lebih menggunakan indikator perilaku.
Indikatoe perilaku tidak ada yang berifat baku, semua bergantung pada apa, kapan, dimana dan dalam konteks apa digunakan. Oleh karena itu, indikator perilaku sering digambarkan sebagai sebuah buku, sedangkan jumlah baris tulisan bisa dianggap sebagai tingkatan atau derajat perilakunya
Indikator promoso kesehatan, dapat bersifat kualitatif atau kuantitatif. Baik yang kuanlitatif maupun yang kuantitatif dapat pula bersifat statis maupun dinamis. Sebagai contoh ialah apa yang tergambar di bawah ini                                   
Kebiasaan                                                                   C
sikap                                                                         B
Tulisan dalam halaman ini menggambarkan berapa banyak ruang yang terpakai yang dapat mencerminkan volume atau isi atau tingkat demensi ini
                            A

 
 






        Pengetahuan
             
Ktakanlah A adalah pengetahuan (dimensi), sedangkan B sikap dan C kebiasaan. Maka tulisan di A menggambarkan berapa besar pengetahuan yang memiliki oleh seorang atau kelompok atau masyarakat
Indikator, berasal kata  to indocate yang mempunyai arti (menunjukan/penunjukan). Yang ditunjukan dapat berupa keadaan, perubahan atau kegiatan yang menyebabkan perubahan, atau mengakibatkan terjadinya suatu keadaan. Indikator ini merupakan bahasa/ media komunikasi universal untuk menciptakan persamaan persepsi tentang suatu hal. Oleh karena itu, indikator menggunakan standa-standar yang sesuai dengan bidangnya, logis dan diterima dan dibakukan secara universal.
Indikator kesehatan (secara sistem) mencakup input, proses, keluaran, efek dan dampak, pada taahap perencanaan, implementasi maupun evaluasi suatu upaya kesehatan. Insikator kesehatan dapat menjadi:
a.       Penunjukan masalah kesehatan, misalnya
1)      Status kesakitan dan kematian
2)      Status gizi
3)      Status kesehatan lingkungan
4)      Status kesehatan dan budaya kesehatan
b.      Penunjukan keadaan sumber daya kesehatan
1)      Tenaga kesehatan
2)      Fasilitas kesehatan
3)      Pendanaan kesehatan
c.       Penunjuk kesehatan lingkungan
1)      Ketersediaan air sehat
2)      Ketesediaan perumahan yang layak
d.      Keadaan kebijakan kesehatan
1)      UU dan peraturan
2)      Politik kesehatan
Untuk mengetahui indikator-indikator yang mencerminkan masalah kesehatan ini, dilakukan apa yang disebut dengan diagnosis (asesmen) perilaku. Untuk mencapai diagnosi perilaku, dilakukan lebih dulu diagnosis epidemiologis, yang sebenarnya adalah upaya mengidentifikasi masalah kesehatan yang ada. Setelah kesehatan terindentifikasi dilakukan diagnosis (asesmen) perilaku untuk melihat (peran) faktor perilaku sebagai penyebab atau sebagai fator risiko. Kebersihan mengidentifikasifaktor ini merupakan langkah untuk menentukan program promosi kesehatan. Namun demikian upaya promosi kesehatan dapat saja berdiri sendiri, misalnya dalam upaya menciptakan (menginovasi)  suatu perilaku sehat baru atau gaya hidup sehat yang belum dikenal.
Setelah berhasil mengidentikasi masalah perilaku yang akan ditangani. Maka masih diperlukan lagi satu asesmen (diagnosis) ulang yaitu diagnosis administratif, yang berkaitan dengan kelaksanaan (feasibilitas) upaya perilaku yang akan dilakukan, sebagai konfirmasi dan sebagai jaminan akan pelaksanaan dan kelangsungan upaya. Dalam kegiatan ini dilakukan telah kebijakan dan pereaturan (perundang-undangan dan lain-lain) yang mendukung. Jadi perbedaan ketiga diagnosis (asesmen) tersebut adalah seperti diuraukan dalam tabel 6.1. sedangkan cara melakukan pengamatan dan pengukuran dapat dilihat pada tabel 6.2
Diagnosis epidemiologi
Diagnosis perrilaku
Diagnosis administerasi
Suatu kegiatan untuk mengidentifikasi masalah atau setatus kesehatan masyarakat

Merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan pengukuran epidemiologik

Caranya dengan mengolah data sekunder yang berasal dari laoporan atau surveilence atau penelitian khusus

Suatu kegiatan untuk mengidentifikasi perilaku yang mempengaruhi kesehatan masyarakat

Merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan pengukuran perilaku


Karena data sekunder jarang tersedia, selalu diperlukan data dari penelitian (asesmen khusus
Caranya dengan mengolah data sekunder yang berasal dari aspek legal, kebijakan, alokasi sumber daya dan potensidukungan infra-steruktur pemerinyah maupun masyarakat, atau dengan melakukan penelitian khusus

Suatu kegiatan untuk mengidentifikasi faktor pemungkin upaya penanggulangan masalah kesehatan yang dipengaruhi dan mempunyai aspek perilakunya. Juga merupakan proses dengan melakukan pengamatan dan penguku


Perbedaan Diagnosis Epidemiologik, Perilaku, dan Administratif dalam Promosi Kesehatan
Kegiatan
Cara
Ukuran
Indikator
Parameter
Epidemiologi
Pengamatan, surveillance, penelitiuan
Ratio, propesi
Angka kematian, kesakitan
Nilai ideal, optimal
Perilaku
Pengamatan, studi khusus (penelitian)
Ordinal, proporsi
Tingkat perilaku
Ideal, optimal
Administratif
Pengamatan, studi data sekunder
Kategorikal, perkembangan
Eksistensi, perubahan
Faktual, prospek

Contoh diagnosis dalam promosi kesehatan
Sebagai contoh adalah suatu kejadian keracunan makanan di sebuah pabrik. Dari berita disuatu surat kabar diringkaskan sebagai berikut.
Setelah dilakukan pengamatan dan penelitian ditemukan bahwa 50% pekerja perusahan yang bekerja di giliran malam hari (di suatu hari tertentu), mengalami/penderita muntah-muntah dan setelah diperiksa ternyata makanannya terkontaminasi insektisida
Dari penelitian diketahui dan dibuktikan bahwa penyebab ialah makanan petugas giliran malam yang terkontaminasi insektidida pada waktu menyediakan/ penyajian (piring dicuci dengan air yang kontaminasi insektisida)
Juga dari penyediaan diketahui tidak adanya kebijakan dan progeram higiene perubahan menyangkut makanan/gizi karyawan oleh perubahan. Karyawan makan atas inisiatif kasus ini diringkaskan sebagai berikut

Kegiatan
Masalah
Indikator
Peramete
Epidemiologi


Perilaku




Administratif
Keracunan


Peraktik penyediaan makanan



Perhatian perusahaan
Keracunan insektisida


Engetahuan dan peraktik food higiene kurang


Eksistensi kebijakan dan program
50% pekerja (seluruh populasi pekerja giliran malam
Seluruh petugas menyediakan/penyaji makanan tidak paham bahaya insektisida dan berlaku ceroboh
Tidak ada dukungan administratif dari pimpinan maupun dari perusahaan


Bila dibandingkan indikator-indikator kesehatan dari satu dengan lain lokasi makan selalu berbeda. Ini karena perilaku memang sangat dipengaruhi nilai-niali internal dan lingkungan, baik fisik maupun budaya. Demikin juga dengan tingkat peradapan. Bila dinegara-negara berkembang yang dirundung kemiskinan, terutama dalam menghadapi masalah kesehatan dan atau penyakit yang dapt dicegah. Di negara maju dan karya, mereka sudah pada tahap mengatur gaya hidup agar berumur panjang, tetapi tidak sakit-sakitan

DAFTAR PUSTAKA
Notoatmodjo,(2005) Promosi Kesehatan Teori dan Komunikasi. Jakarta PT Trenika Cipta
Liliweri, Aro (2009). Dasar Komunikasi Kesehatan Yogyakarta. Pustaka Belajar
Pawito, Ph. D (2007). Penelitian Komunikasi Kualitatif. Yogyakarta: LkiS Pelangi Aksara

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat