google adsense

Friday, August 4, 2017

Perubahan Fungsi Seksual

A.  Perubahan Fungsi Seksual
     Penyebab disfungsi seksual mungkin fisiologis atau psikologis. Kadang penyebab disfungsi seksual mungkin tidak teridentifikasi atau penyebabnya merupakan kombinasi dari beberapa factor . sekitar  10% sampai  20 % disfungsi seksual disebabkan oleh factor fisiologis ( kolodny, masters  & jonson, 1979 ) Pada 15% kasus lainnya , masalah fisiologis menyebabkan disfunsi seksual tetapi bukan semata-mata penyebabnya . pada sebagian besar kasus pengkajian seksual harus mencakup pemeriksaan fisik komplet untuk  mengidentifikasikan atau menyingkirkan kondisi fisiologi yang mungkin menunjang terjadinya disfungsi seksual. ( potter & perry , 2005 )
1.    Disfungsi Seksual pada Wanita
     Menurut  potter & perry (2004) ada empat jenis disfungsi seksual pada wanita adalah :
Tabel 2.2 Disfungdi Seksual pada wanita
No
Deskripsi
Kemungkinan penyebab
Intervensi
1
Disfungsi orgasmic preorgasmik /primer : kerusakan kemampuan wanita untuk mengalami orgasmus
Larangan agama.
Lingkungan pembelajaran yang terbatas.
Ketakutan tentang kehilangan control.
komunikasi dengan pasangan kurang baik.
Stimulasi klitoral yang tidak adekuat .
Penggunaan obat atau alcohol yang berlebihan.
Pengalaman seksual yangnegatif pada masa lalu.

Berikan informasi tentang laranga dan batasan agama seksual.
Ajarkan tentang latihan yang berfokus pada sensasi.
Sarankan permainan genetalia.
Ajarkan senam kegel.
Sarankan masturbasi yang diarahkan.
Dorong hubungan seksual yang tidak  menuntut..
Lakukan rujukan ke pada ahli terapis.
Lakukan rujukan kepada kelompok pendukung preorgasmik.


2
Disfungsi orgasmic sekunder merupakan kerusakan kemampuan wanita untuk mengalami orgasmus saat ini  tetap  mempunyai riwayat kemampuan untuk mengalami orgasmus
Minat seksual rendah.
Sikap yang ditujukan kepada pasangan .
Penyebab yang disebutkan  pada disfungsi seksual orgasmic primer.
Diskusikan sikap yang ditujukan pada pasangan.
Berikan informasi tentang larangan seksual.
Ajarkan tentang latihan yang berfokus pada sensasi.
Sarankan hubunmgan seks tampa tuntutan.
Sarankan permainan genetalia.
Ajarkan latihan kegel.
Sarankan masturbasi yang diarahkan.
Dorong komunik pasangan.
Lakukan rujukanbpada ahli terapis seks.


3
Vaginismus kostriksi involunter dari sepertiga bagian luar vagina, sehingga menyebabkan penetrasi ke dalam vagina menjadi tidak mungkin.
Larangan  keagamaan.
Larangan seksual.
Pengalaman pelecehan seksual.
Hubungan senggama yang nyeri.
Nyeri pada pemeriksaan pelvic.
Penggunaan alcohol.
Pengalaman dini yang traumalis dengan seks.
Takut hamil, penyakit kelamin, atau kanker.
Tetapkan adanya spasme.
Sarankan penggunaan dilator vaginal dengan dengan ukuran yang bertahap.
Ajarkan latihan kegel.
Dorong perbaikan dalam berkomukasi pasangan.
Lakukan rujukan kepada pemberi perawatan kesehatan yang berpengalaman.

4
Dispareunia merupakan hubungan senggama yang sangat nyeri
Sikap negative yang ditujukan kepada pansangan.
Larangan keagamaan yang ketat.
Larangan seksual seksual.
Sensitive genetalia mis. Luka, infeksi, trauma spasme , kurang lubrikasi.
Kekasaran selama hubunganseksual.


Lakukan rujukan kepada pemberi perawatan kesehatan yang berpengalaman.
Atasi masalah fisik.
Beri lubrikan yang cukup.
Diskusikan tentang sikap seksual.
Diskusikan tentang posisi yan g nyaman.


5
Kurang gairah merupakan kehilangan minat dalam melakuakn hubungan seksual.
Kurang rangsangan
Emosi negative yang kuat.
Penyakit.
Keletihan.
Penggunaan obat dan alcohol.
Respon penghindaran karena perassn seksual yang ditekan.
Marah atau ketakuatan yang tidak terselesaikan .
Depresi .
Riwayat penganiayaan seksual atau inses.
Nyeri yang berkaitan ddengan hubungan seksual.

Diskusikan sikap yang ditujukan pada pasangan.
Berikan informasi tentang larangan dan batasan seksual.
Ajarkan latihan latihan yang berfokus pada sensasi.
Ajarkan latihan kegel.
Berikan dorongan untuk permainan genetalia.
Berikan dorongan untuk penyelesaian konflik diantara pasangan.
Lakukan rujukan kepada perawatan kesehatan mental atau terapi seks.

2.    Disfungsi Seksual pada Pria
    Perry dan Potter (2005), membagi beberapa disfungsi seksual pada pria, sebagai berikut:

a.       Disfungsi erektil primer
     Merupakan ketidakmampuan pria untuk melakukan penetrasi selama kontak seksual dan untuk menahan ereksi untuk penetrasi. Kemungkinan penyebabnya antara lain: larangan keagamaan yang ekstrim, kegagalan awal yang traumatis, ansietas dan ketakutan melakukan hubungan seksual.
     Beberapa intervensi yang dapat diberikan antara lain:
1)   Redakan tekanan tentang pelaksanaan seksual yang berorientasi pada tujuan
2)   Diskusikan tentang larangan dan pantangan seksual
3)   Berikan informasi yang akurat
4)   Ajarkan latihan yang berfokus pada sensasi
5)   Batasi hubungan senggama
6)   Berikan dorongan pada wanita untuk mengambil posisi di atas dan menggunakan lubrikasi vagina
7)   Lakukan rujukan pada ahli terapi seks

b.      Disfungsi erektil sekunder
     Yaitu ketidakmampuan pria untuk mempertahankan atau bahkan mungkin mengalami ereksi tetapi dengan riwayat penetrasi setidaknya satu kali. Kemungkinan penyebab nya antara lain: gangguan pada sistem saraf pusat yang disebabkan oleh obat-obatan, alkohol, stres, keletihan, penyakit, atau prosedur pembedahan. Ansietas melakukan hubungan seksual, komunikasi yang kurang baik dengan pasangan dan juga karena depresi.
     Beberapa intervensi yang dapat direncakan antara lain:
1)      Redakan tekanan tentang pelaksanaan seksual yang berorientasi pada tujuan
2)      Diskusikan tentang larangan dan pantangan seksual
3)      Berikan informasi yang akurat
4)      Ajarkan latihan yang berfokus pada sensasi
5)      Ajarkan latihan kegel pada pasangan wanita
6)      Lakukan rujukan pada ahli urologi

c.       Ejakulasi prematur
     Kemungkinan penyebabnya antara lain pola ejakulasi cepat pada masa remaja, kegagalan untuk mengetahui isyarat internal ketika mendekati saat ejakulasi, kurang kesadaran diri sensual, ansietas untuk melakukan hubungan seksual.
     Beberapa intervensi yang dapat diberikan antara lain:
1)   Berikan informasi yang akurat
2)   Berikan dorongan untuk berkomunikasi dengan pasangan
3)   Ajarkan latihan yang berfokus pada sensasi
4)   Ajarkan latihan kegel pada pasangan wanita
5)   Jelaskan tentang teknik henti lanjut
6)   Redakan tekanan tentang ansietas pelaksanaan hubungan seksual
7)   Sarankan untuk mengubah tempo dorongan selama melakukan hubungan seksual
8)   Lakukan rujukan kepada ahli terapi seks

d.      Penundaan ejakulasi
     Merupakan ketidakmampuan untuk berejakulasi selama penetrasi. Kemungkinan penyebabnya adalah batasan keagamaan, ketakutan akan mengahamili, kurang minat secara fisik, ketidaksukaan terhadap pasangan, peristiwa seksual traumatis pada masa lalu, ketidaksetiaan, penggunaan alkohol atau obat yang berlebihan.
     Beberapa intervensi yang dapat diberikan antara lain:
1)   Redakan tekanan tentang pelaksanaan seksual yang berorientasi pada tujuan
2)   Diskusikan tentang larangan dan pantangan seksual
3)   Berikan informasi yang akurat
4)   Ajarkan latihan yang berfokus pada sensasi
5)   Ajarkan latihan kegel pada pasangan wanita
6)   Berikan dorongan komunikasi dengan pasangan

7)   Lakukan rujukan kepada tenaga perawatan kesehatan mental atau ahli terapi seks.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental of Nursing Concept, process, and practice, seventh edition. USA: Pearson Edication
Potter, P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Bobak. L. J. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC




No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat