google adsense

Monday, August 7, 2017

Perawatan Lansia di Berbagai Setting

J.    Perawatan Lansia di Berbagai Setting
1.    Perawatan di komunitas
Asuhan keperawatan lansia di komunitas dilakukan terutama oleh perawat diwilayah keperawatan dan melibatkan sebagian besar displin ilmu lain selain keperawatan. Tim yang terlibat dalam perawatan kesehatan utama terdiri dari para praktisi umum, petugas kunjungan kesehatan , perawat di wilayah perawatan dan asisten perawat dan juga ahli seperti penasihat kontinensia dan perawat stoma. Selai itu perawatan lansia di komunitas dan tim kesehatan mental komunitas ( Community Mental Health Team). Oleh karena itu area perawatan lansia harus diperhatikan karena didalamnya mengandung persoalan klinis yang berbeda dan juga adanya aturan pemerintah yang mendorong penggunaan sebagian besar komunitas dalam perawatan lansia (Watson, 2003).
Adapun prinsip pengkajian lansia komunitas, yaitu :
a.    Pengkajian didasarkan pada kebutuhan si pemberi perawatan yang mewakili kebutuhan klien
b.    Pengkajian dimulai dari masalah pemberi perawatan atau kien
c.    Mengakses informasi dari lembaga profesional lain
d.   Memerlukan pengkajian multidispliner
e.    Pengkajian berdasarkan pengakuan intuitif dan subjektif
Adapun pada saat melakukan pengkajian dirumah terdapat petunjuk yang berisi pertanyaan perawat wilayah mengenai aktivitas normal sehari-hari dan tingkat kemampuan klien untuk mempertahankan kemandirian. Contohnya, dengan skala yang disebut Petunjuk Kapasitas Fungsional Shanas, seperti pada tabel di bawah (Watson,2003)  :
Petunjuk Kapasitas Fungsional Shanaas
Dapatkah klien :
1.    Keluar rumah ?
2.    Naik dan turun tangga ?
3.    Berjalan disekitar rumah ?
4.    Mencuci dan mandi sendiri ?
5.    Memakai baju dan sepatu sendiri ?
6.    Memotong kuku sendiri ?

Apakah klien melakukan aktivitas ini :
1.      Tanpa kesulitan dan tanpa bantuan
2.      Dengan beberapa kesulitan, tapi tanpa bantuan orang lain ?
3.      Dengan kesulitan dan hanya dengan bantuan orang lain ?

Perawat yang melaksanakan kunjungan kerumah klien bertujuan untuk meningkatkan kemandirian klien. Perawat harus mempunyai pengetahuan yang baik terhadap situasi keluarga dan lansia yang dirawat. Hal ini bertujuan mengetahui akankah keluarga mampu mengambil alih perawatan. Departemen sosial dapat mengambil alih tugasataupun organisasi sukarela setempat. Dalam hal ini, perawat wilayah dapat memberikan saran kepada lansia atau menghubungi organisasi lain (Watson, 2003).

2.    Perawatan lansia di institusi
a.    Perawatan sehari dirumah sakit
Perawatan sehari dirumah sakit sering dilakukan oleh rumah sakit setempat yang biasanya menugaskan perawat untuk bekerja hanya selama 24 jam dalam seminggu. Perawatan sehari dirumah sakit diberikan agar perawat dapat mengunjungi lansia yang sangat membutuhkan perawatan tingkat tinggi, sekali dalam seminggu. Beberapa kemunduran kondisi umum kien dapat dikaji. Perawatan sehari dirumah sakit juga merupakan kesempatan ideal yang dimanfaatkan oleh ahli fisioterapi dan ahli terapi okupasi untuk melakukan pengkajian dan terapi. Selain itu moment ini merupakan kesempatan yang baik bagi ahli geriatrik memeriksa klien.

b.    Perawatan lansia di panti
Adapun tujuan pembinaan kesehatan lansia dipanti yaitu untuk meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan lansia melalui peningkatan kesadaran dan kemampuan lansia untuk memelihara kesehatan diri sendiri, dan meningkatkan peran serta keluarga  dan masyarakat dalam upaya pemeliharaan kesehatan lansia (Maryam, 2008). Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia dilakukan melalui upaya promotif, preventif dan rehabilitative.
Upaya pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia
Pelaksanaan kegiatan pembinaan kesehatan lansia di lakukan melalui upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitative
1)   Upaya promotif yaitu untuk menggairahkan semangat hidup dan meningkatkan derajat kesehatan lansia agar tetap berguna, baik bagi dirinya, keluarga, maupun masyarakat.  Kegiatan tersebut dapat berupa:
a)    Penyuluhan, demonstrasi dan pelatihan bagi petugas panti mengenai hal-hal berikut ini :
(1) Masalah gizi dan diet
(a) Cara mengukur keadaan gizi lansia
(b) Cara memilih bahan makanan yang bergizi bai lansaia
(c) Cara menyusun menu sehat dan diet khusus
(d)Cara menghitung kabutuhan makanan dip anti
(e) Cara menyelengarakan penyediaan dip anti
(f)  Cara mengawasi keadaan gizi lansia
(2)   Perawatan dasar kesehatann
(a) Perawatan kesehatan dasar lansia yang masih aktif
(b) Perawatan kesehatan dasar bagi lansia yang pasif
(c) Perawatan khusus lansia yang mengalami gangguan
(d)Perawatan dasar lingkungan panti, baikdi dalam maupundi luar panti
(3) Keperawatan kasus darurat
(a)    Mengenal kasus darurat
(b)   Tindakan pertolongan pertama kasus darurat
(4)   Mengenal kasus gangguan jiwa
(a)    Tanda dan gejala .gangguan jiwa pada lansia
(b)   Cara mencegah dan mengatasi gangguan jiwa pada lansia
(5)   Olahraga
(a)    Maksud dan tujuan olah raga bagi lansia
(b)   Macam-macam olah raga yang tepat bagi lansia
(c)    Cara-cara melakukan olahraga yang benar
(6)   Teknik-teknik berkomunikasi
(7)   Bimbingan rohani
b)      Pembinaan mental dan ceramah keagamaan.
c)      Pembinaan dan pengembangan kegemaran pada lansia di panti
d)     Rekreasi
e)      Kegiatan lomba antar lansia di dalam panti atau antar panti
f)       Penyebarluasan informasi tentang kesehatan lansia di panti maupun masyarakat luas melalui berbagai macam media.

2)   Upaya preventif yaitu pencegahan terhadap kemungkinan terjadinya penyakit-penyakit yang disebabkan oleh proses penuaan dan komplikasinya. Kegiatanya dapat berupa kegiatan berikut ini:
a)    Pemeriksaan berkala yang dapat dilakukan dip anti oleh petugas kesehatan yang datang ke panti secara periodik atau di puskesmas dengan menggunakan KMS lansia.
b)   Penjaringan penyakit pada lansia, baik oleh petugas kesehatan di puskesmas maupun petugas panti yang telah dilatih dalam pemeliharaan kesehatan lansia.
c)    Pemantauan kesehatan oleh dirinya sendiri dengan bantuan petugas panti yang menggunakan buku catatan pribadi.
d)   Melakukan olahraga secara teratur sesuai dengan kemampuan dan kondisi masing-masing.
e)    Mengelola diet dan makanan lansia penghuni panti sesuai dengan kondisi kesehatannya masing-masing.
f)    Meningkatkan ketakwaan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
g)   Mengembangkan kegemarannya agar dapat mengisi waktu dan tetap produktif.
h)   Melakukan orientasi realita, yaitu upaya pengenalan terhadap lingkungan sekelilingnya agar lansia dapat lebih mampu mengadakan hubungan dan pembatasan terhadap waktu, tempat, dan orang secara optimal.
3)      Upaya kuratif yaitu pengobatan bagi lansia oleh petugas kesehatan atau petugas panti terlatih sesuai kebutuhan. Kegiatan ini dapat berupa hal-hal berikut ini:
a)      Pelayanan kesehatan dasar di panti oleh petugas kesehatan atau petugas panti yang telah dilatih melalui bimbingan dan pengawasan petugas kesehatan/puskesmas.
b)      Pengobatan jalan di puskesmas.
c)      Perawatan dietetic.
d)     Perawatan kesehatan jiwa.
e)      Perawatan kesehatan gigi dan mulut.
f)       Perawatan kesehatan mata.
g)      Perawatan kesehatan melalui kegiatan di puskesmas.
h)      Rujukan ke rumah sakit, dokter spesialis, atau ahli kesehatan yang diperlukan.

4)    Upaya rehabilitative yaitu untuk mempertahankan fungsi organ seoptimal mungkin. Kegiatan ini dapat berupa rehabilitasi mental, vokasional (keterampilan/kejuruan), dan kegiatan fisik. Kegiatan ini dilakukan oleh petugas kesehatan, petugas panti yang telah dilatih dan berada dalam pengawasan dokter, atau ahlinya (perawat). Pakar psikologi Dr. Parwati Soepangat, M.A. menjelaskan bahwa para lansia yang dititipkan dip anti pada dasarnya memiliki sisi negative dan positif. Diamati dari sisi positif, lingkungan panti dapat memberikan kesenangan bagi lansia. Sosialisasi di lingkungan yang memiliki tingkat usia sebaya akan menjadi hiburan tersendiri, sehingga kebersamaan ini dapat mengubur kesepian yang biasanya mereka alami. Akan tetapi, jauh di lubuk hati mereka merasa nyaman berada di dekat keluarganya. Negara Indonesia yang masih menjunjung tinggi kekeluargaan, tinggal dipanti merupakan sesuatu hal yang tidak natural lagi, apapun alasannya. Tinggal di rumah masih jauh lebih baik daripada dipanti. Pada saat orang tua terpisah dari anak serta cucunya, maka muncul perasaan tidak berguna (usless) dan kesepian. Padahal mereka yang sudah tua masih mampu mengaktualisasikan potensinya secara optimal. Jika lansia dapat mempertahankan pola hidup serta cara dia memandang suatu makna kehidupan, maka sampai ajal menjemput mereka masih dapat berbuat banyak bagi kepentingan semua orang.

Sepuluh kebutuhan lansia (10 needs of theelderly) menurut Darmojo (2001) adalah sebagai berikut :
a.    Makanan cukup dan sehat (healty food)
b.    Pakaian dan kelengkapannya (cloth and common accessories)
c.    Perumahan/tempat tinggal/tempat berteduh (home, place to stay)
d.   Perawatan dan pengawasan kesehatan (health care and facilities
e.    Bantuan teknis praktis sehari-hari/bantuan hukum (technical, judicial assistance)
f.     Transportasi umum (facilities for public transportations)
g.    Kunjungan/teman bicara/informasi (visits, companies, informations
h.    Rekreasi dan hiburan sehat lainnya (recreational activities, picnic)
i.      Rasa aman dan tentram (safety feeling)
j.      Bantuan alat-alat pancaindra (other assistance/aids).

b.    Panti Sosial Tresna Werdha
Panti sosial tresna wendra (PSTW) adalah institusi yang memberi pelayanan dan perawatan jasmani, rohani, sosial, dan perlindungan untuk memenuhi kebutuhan lanjut usia agar dapat memiliki kehidupan secara wajar. PSTW (versi depsos RI) Unit Pelaksana Teknis (UPT) di bidang pembinaan kesejahteraan sosial lanjut usia memberi pelayanan kesejahteraan sosial bagi lanjut usia berupa pemberian:
1)        Penampungan
2)        Jaminan hidup (makan dan pakaian)
3)        Pemeliharaan kesehatan
4)        Pengisian waktu luang termasuk rekreasi
5)        Bimbingan sosial, mental, dan spiritual.
Dengan demikian, para lanjut usia yang tinggal di PSTW dapat menikmati hari tuanya dengan ketentraman lahir dan batin. Pelayanan yang diberikan dalam bentuk kegiatan, antara lain:
1)   Kegiatan rutin (harus terjadwal dari senin sampai sabtu)
a)    Pemenuhan kebutuhan makan 3 kali/hari dan kudapan 2 kali/hari.
b)   Senam lansia: senam pernapasan, senam jantung, senam relaksasi otot dan panca indera, senam osteoporosis, senam diabetes melitus, senam dan gerak latih otak.
c)    Bimbingan rohani/keagamaan sesuai dengan agama/kepercayaan lanjut usia.
d)   Kerajinan tangan: menjahit, membordir, menyulam, merenda, dan membuat kartu ucapan.
e)    Menyalurkan hobi: bermain angklung, menyanyi diiringi organ, karaoke, berkebun dan melukis.
2)   Kegiatan waktu luang:
a)    Bermain (scrabble, congklak, halma, catur, pingpong, poco-poco)
b)   Berpantun/baca puisi
c)    Menonton film film (video, TV)
d)   Membaca (koran)
e)    Olahraga (berenang, tenis lapangan, dll)
f)    Menerjemah artikel (dari bahasa asing ke bahasa indonesia)

3.    Perawatan lansia non panti
a.    Perumahan bagi lanjut usia sehat
Perumahan bagi lanjut usia sehat merupakan kompleks bagi para lanjut usia yang masih mandiri. Rumah ini telah dibangun, dibentuk, dan di atur sedemikian rupa, sehingga ukuran, perabotan rumah tangga, dan peralatan telah disediakan dan disesuaikan dengan kebutuhan lanjut usia, (mis., lantai tidak licin, penerangan cukup, ukuran kursi, meja, tempat tidur, peralatan dapur, tangga, dan alat pegangan, dll). Biasanya tempat semacam ini ditujukan untuk warga lanjut usia yang masih mandiri, tetapi anak-anaknya sudah berkeluarga dan hidup terpisah (Nugroho,2008, hal.208 - 209).
b.    Service Flat
Rumah susun mewah lengkap dengan mini-supermarkrt, salon, dan sarana olahraga. Setiap lanjut usia menghuni satu apartemen lengkap dengan ruang tamu, ruang makan, dapur,dsb. Makanan disediakan dan pakaian dicucikan. Lokasinya dekat dengan panti rawat werdha (nursing home), agar dapat memakai sarana kesehatannya dan membina kontak dengan sesama lanjut usia (Nugroho, 2008, hal.209).
c.    Rumah lanjut usia di dekat panti
Lanjut usia yang telah mulai sakit-sakitan atau invalid, tetapi masih ingin hidup mandiri, mendapat rumah di dekat panti rawat werdha (nursing home). Makanan dapat dipesan dari catering dan dapat mendatangkan orang untuk membersihkan rumahnya sekalai dalam satu minggu (Nugroho, 2008, hal.209).
d.   Pemukiman berkelompok
Beberapa warga lanjut usia tinggal di flat dengan ruang tamu dan dapur secara bersama. Setiap lanjut usia menghuni kamar terpisah, tetapi setiap hari mereka dapat bertemu. Mereka membuat sendiri aturan dalam kelompok tersebut.
e.       Perawatan lansia di rumah
Perawat atau pemberi asuhan mendatangi rumah lansia untuk membantu memberi asuhan keperawatan (memandikan, pemberian obat-obatan, merawat kebersihan pribadinya, memesak, membersihkan rumah lansia, dan lain sebagainya). Kegiatan ini koordinasi di tingkat kecamatan (nugroho, 2009).
1)   Pelayanan kesehatan di rumah
Di sini lansia yang mengalami sakit dapat meminta bantuan dari petugas kesehatan atau perawat untuk datang kerumahnya memberi obat-obat yang diperlukan. Perawat juga dapat menyewakan alat-alat bantu agar lansia tetap dapat mandiri. Pelayanan ini dilakukan oleh pemerintah da swasta (nugroho, 2009).
2)   Pelayanan sosial di keluarga sendiri
Home care service adalah bentuk pelayanan sosial bagi lanjut usia yang dilakukan di rumah sendiri atau di dalam lingkungan keluarga lanjut usia. Tujuan pelayanan yang diberikan adalah membantu keluarga mengatasi dan memecahkan masalah lanjut usia, sekaligus memberi kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dalam lingkungan keluarga. Sasaran pelayanannya adalah  lanjut usia yang mengalami masalah mobilitas, kesehatan, dan lain-lain, sehingga membutuhkan pelayanan dan pihak lain. Pelayanan ini dapat diberikan oleh:
a)      Perseorangan: perawat, pemberi asuhan, pramulansia
b)      Keluarga
c)      Kelompok
d)     Lembaga/ organisasi/ yayasan
e)      Dunia usaha dan pemerintah
Jenis pelayanan yang diberikan dapat berupa bantuan makanan (menyiapkan dan memberi makanan), bantuan melakukan aktivitas sehari-hari, bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan, penyuluhan gizi dan kesehatan, pendampinan rekreasi, bimbingan mental dan keagamaan, konseling, dan rujukan. Pelayanan diberikan secara kontinu setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, selama lanjut usia atau keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela atau atas dasar kemanusiaan dan keagamaan, dapat juga bersifat komersil/ balas jasa.
Perawatan lanjut usia di rumah sendiri oleh keluarga. Hal ini berarti keluarga harus melaksanakan fungsi afektif. Penekanan pada:
a)      Asah: penyuluhan
b)      Asih: kasih sayang/ kehangatan/ saling menerima
c)      Asuh: saling mendukung/ merawat/ mengasuh
Keluarga harus terlibat aktif dalam mempertahankan dan meningkatkan status kesehatan lanjut usia perlu kerja sama dengan perawat dalam mengenal ddari menyelesaikan masalah kesehatan.
Perawatan di rumah memberi manfaat bagi lanjut usia yang masih mandiri dan mau tetap tinggal di rumah bagi lanjut usia lingkungan rumah lebih dikenal dan lebih nyaman, kemandirian dapat dibentuk lebih cepat pendekatan yang diberikan bersifat individu, dan lebih bersifat pribadi. Di rumah ia akan mendapatkan suasana hangat karena dekat dengan anak, cucu, teman, dan dapat melakukan hobinya.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain:
1)   Perhitungan sumber dana (terutama untuk alat-alat)
2)   Adaptasi di rumah
a)    Jalan keluar/ masuk rumah dan kamar dibuat bebas hambatan
b)   Hindari lantai licin, barang berserakan dan lampu redup
c)    Letakkan alat komunikasi pada tempat yang mudah di jangkau (telepon, interkom, bel dan lain-lain).

Rounded Rectangle: Sikap pemberi asuhan keperawan
1. Berpenampilan sederhana dan tepat
2. Dapat diandalkan
3. Menghormati agama yang dianut lanjut usia
4. Mengendalikan diri dari kebiasaan yang membahayakan (seperti merokok dan minum minuman keras)
5. Menolak terhadap pemberian hadiah
6. Mutlak bebas dari hal yang terkait
7. Berespon terhadap klien yang meminta bantuan keuangan.
8. Menghindari turut menandatangani atau memberi jaminan atas nama klien
9. Memberi bantuan dalam pemberian obat-obatan
10. Menyiapkan diri, menghindari, dan berespons terhadap kecelakaan dan kegawatdaruratan
11. Merespons kejadian klien lanjut usia yang hilang.
 











f.     Foster Care Service
Foster care service atau pelayanan sosial lanjut usia melalui keluarga pengganti adalah pelayanan sosial yang diberikan yang diberikan kepada lanjut usia diluar keluarga sendiri dan diluarg lembaga. Lanjut usia diluar keluarga sendiri dan diluar lembaga. Lanjut usia tinggal bersama keluarga lain/pengganti karena keluarganya tidak dapat memberi pelayanan yang dibutuhkannya atau berada dalam kondisi terlantar. Pelayanan ini diberikan terutama oleh keluarga pengganti yang bersedia memberi pelayanan.
Tujuan pelayanan ini adalah membantu memenuhi kebutuhan dan mengatasi masalah yang dihadapi lanjut usia dan keluarganya. Sasaran pelayanan adalah lanjut usia terlantar atau lanjut usia yang karena satu dan lain hal, tidak dapat dilayani oleh keluarga sendiri, termasuk lanjut usia yang diterlantarkan.
Jenis bantuan yang diberika dapat berupa:
1)        Bantuan makanan, misalnya menyiapkan dan memberi makanan.
2)        Peningkatan gizi.
3)        Bantuan aktivitas sehari-hari.
4)        Bantuan kebersihan dan perawatan kesehatan.
5)        Pedampingan rekreasi.
6)        Konseling.
7)        Olahraga/senam lanjut usia.
8)        Pelayanan mental spiritual.
9)        Rujukan
10)    Memberi informasi dan melatih anggota keluarga tentang cara memberi
       pelayanan lanjut usia.

Pelayanan diberika secara kontinu/berkala bisa setiap hari, setiap minggu, setiap bulan, sepanjang lanjut usia/keluarganya membutuhkan. Pelayanan dapat bersifat sukarela (atas dasar kemanusiaan dan keagamaan), dapat juga bersifat komersial/balas jasa.
g.    Pusat Santunan Keluarga (Pusaka)
Pusaka dulu disebut home care, yang berubah pada tahun 1987. Pelayanan kepada warga lanjut usia ini diberikan di tempat yang tidak jauh dari tempat tinggal lanjut usia. Tujuan pelayanan ini adalah membantu kelurga/lanjut usia dalam mengatasi permasalahan, untuk memenuhi kebutuhan memecahkan masalah lanjut usia, sekaligus memberikan kesempatan kepada lanjut usia untuk tetap tinggal dilingkungan keluarga.
Sasaran pelayanan adalah lanjut usia yang berada dalam lingkungan keluarga sendiri atau keluarga pengganti. Lanjut usia masih berpotensi, sehat dan mandiri, tetapi mengalami keterbatasan ekonomi.
Jenis pelayanan yang diberiakan
1)   Kegiatan pemeriksaan kesehatan
2)   Olahraga bersama
3)   Pengadaan dan pengiriman makanan
4)   Upaya pendalaman keagamaan

7.    Prinsip pelayanan
Dalam memberi asuhan pada lanjut usia, seyogianya dilaksanakan dengan memerhatikan beberapa prinsip, antara lain:
a.    Tidak memberi stigma (destigmansia) pada dasarnya proses menua disertai masalah seperti kesepian, kurang pendengaran, kurang penglihatan dan lemah fisik. Hal tersebut merupakan proses alamiah dan akan terjadi pada semua orang. Kesulitan yang dihadapi terasa cukup berat bagi lanjut usia, apalagi bila ditambahkan label “lanjut usia tidak berguna lagi”.
b.    Tidak mengucilkan
c.    Lanjut usia sangat membutuhkan perhatian dan kasih sayang. Oleh karena itu, jangan dikucilkan dari pergaulan sosialnya
d.   Menghindari sikap sensitif
e.    Pemenuhan kebutuhan secara cepat
f.     Pelayanan secara komfrehensif
g.    Menghindari sikap belas kasihan
h.    Pelayanan yang cepat  dan tepat
i.      Pelayanan yang bermutu
j.      Pelayanan yang efektif dan efesien
k.    Pelayanan yang akuntabel.

Dalam memberi asuhan keperawatan, perawat di PSTW harus dapat berfungsi sebagai pengganti keluarga yang memberi pelayanan kesejahteraan sosial.
Pemberian asuhan kepada usia lanjut harus mengacu pada fungsi keluarga, yaitu fungsi afektif (saling asah,asih, asuh, cinta kasih, menerima, dan menghargai) dengan mempertahankan iklim yang positif. Fungsi sosialisasi harus selalu menciptakan interaksi yang harmonis sehingga mampu berperan di PSTW. PSTW mempunyai fungsi sebagai:
Pusat pelayaan kesejahteraan sosial dengan kegiatan yang mencakup:
a.    Pemenuhan kebutuhan hidup berupa papan, pangan dan sandang
b.    Pemeliharaan kesehatan dan perawatan

c.    Pelaksaan kegiatan dalam rangka mengisi waktu luang dengan kegiatan bermanfaat, termasuk kegiatan rekreasi.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat