google adsense

Monday, August 7, 2017

MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY

A.    MODEL KONSEP DAN TEORI KEPERAWATAN SISTER CALISTA ROY
Sister Calissta Roy yang lahir di Los Angeles pada tanggal 14 Oktober 1939, Mendefinisikan bahwa keperawatan merupakan suatu analisa proses dan tindakan sehubungan dengan perawatan sakit atau potensial seseorang untuk sakit. Teori adaptasi Suster Calista Roy (Roy dan Obloy, 1979, Roy,1980,1984,1989), memandang klien sebagai suatu sistem adaptasi. Sesuai dengan model Roy, tujuan dari keperawatan adalah membantu seseorang untuk beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan fisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan hubugan interdependensi selama sehat dan sakit (mariner-Tomery,1994).
Dalam Sebuah seminar dengan Dorrothy E. Johnson, Roy tertantang untuk mengembangkan sebuah model konsep keperawatan. Konsep adaptasi mempengaruhi Roy dalam kerangka konsepnya yang sesuai dengan keperawatan. Dimulai dengan pendekatan teori sistem. Roy menambahkan kerja adaptasi dari Helsen (1964) seorang ahli fisiologis – psikologis. Untuk memulai membangun pengertian konsepnya. Helsen mengartikan respon adaptif sebagai fungsi dari datangnya stimulus sampai tercapainya derajat adaptasi yang di butuhkan individu. Derajat adaptasi dibentuk oleh dorongan tiga jenis stimulus yaitu : focal stimuli, konsektual stimuli dan residual stimuli.
Roy mengkombinasikan teori adaptasi Helson dengan definisi dan pandangan terhadap manusia sebagai sistem yang adaptif. Selain konsep-konsep tersebut, Roy juga mengadaptasi nilai “ Humanisme” dalam model konseptualnya berasal dari konsep A.H. Maslow untuk menggali keyakinan dan nilai dari manusia. Menurut Roy humanisme dalam keperawatan adalah keyakinan, terhadap kemampuan koping manusia dapat meningkatkan derajat kesehatan. Sebagai model yang berkembang, Roy menggambarkan kerja dari ahli-ahli lain di area adaptasi seperti Dohrenwend (1961), Lazarus (1966), Mechanic ( 1970) dan Selye (1978).
Setelah beberapa tahun, model ini berkembang menjadi sebagai suatu kerangka kerja pendidikan keperawatan, praktek keperawatan dan penelitian. Tahun 1970, model adaptasi keperawatan diimplementasikan sebagai dasar kurikulum sarjana muda keperawatan di Mount Saint Mary’s College. Sejak saat itu lebih dari 1500 staf pengajar dan mahasiswa-mahasiswa terbantu untuk mengklarifikasi, menyaring, dan memperluas model. Penggunaan model praktek juga memegang peranan penting untuk klarifikasi lebih lanjut dan penyaringan model.
Sebuah studi penelitian pada tahun 1971 dan survey penelitian pada tahun 1976-1977 menunjukkan beberapa penegasan sementara dari model adaptasi. Perkembangan model adaptasi keperawatan dipengaruhi oleh latar belakang Roy dan profesionalismenya. Secara filosofi Roy mempercayai kemampuan bawaan, tujuan, dan nilai kemanusiaan, pengalaman klinisnya telah membantu perkembangan kepercayaannya itu dalam keselarasan dari tubuh manusia dan spirit. Keyakinan filosofi Roy lebih jelas dalam kerjanya yang baru pada model adaptasi keperawatan.

1.      Konsep Adaptasi Roy.
a.      Manusia Sebagai System Adaptive.
Sistem, adalah suatu set dari beberapa bagian yang berhubungan dengan keseluruhan fungsi untuk beberapa tujuan dan demikian juga keterkaitan dari beberapa bagiannya. Dengan kata lain bahwa untuk memeliki keseluruhan bagian-bagian yang saling berhubungan, sistem juga memiliki input, out put, dan control, serta proses feedback.
Roy mengemukakan bahwa manusia sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri (adaptive system ). Sebagai sistim yang dapat menyesuaikan diri manusia dapat digambarkan  secara holistik (bio, psicho, Sosial) sebagai satu kesatuan yang mempunyai Inputs (masukan), Control dan Feedback Processes dan Output (keluaran/hasil). Proses kontrol adalah Mekanisme Koping yang dimanifestasikan dengan cara-cara penyesuaian diri. Lebih spesifik manusia didefinisikan sebagai sebuah sistim yang dapat menyesuaikan diri dengan activifitas kognator dan Regulator untuk mempertahankan adaptasi dalam empat cara-cara penyesuaian yaitu : Fungsi Fisiologis, Konsep diri, Fungsi peran, dan Interdependensi.
Dalam model adaptasi keperawatan menurut Roy manusia dijelaskan sebagai suatu sistim yang hidup, terbuka dapat menyesuaikan diri dari perubahan suatu unsur, zat, materi yang ada dilingkungan. Sebagai sistim yang dapat menyesuikan diri manusia dapat digambarkan dalam karakteristik sistem, manusia dilihat sebagai suatu kesatuan yang saling berhubungan antara unit unit fungsionil atau beberapa unit fungsionil yang mempunyai tujuan yang sama. Sebagai suatu sistim manusia dapat juga dijelaskan dalam istilah Input, Control, Proses Feedback,  dan Output.

1)      Input (Stimulus)
Pada manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri:  yaitu dengan menerima masukan dari lingkungan luar dan lingkungan dalam diri individu itu sendiri (Faz Patrick & Wall; 1989). Input atau stimulus yang masuk, dimana feedbacknya dapat berlawanan atau responnya yang berubah ubah dari suatu stimulus. Hal ini menunjukkan bahwa manusia mempunyai tingkat adaptasi yang berbeda dan sesuai dari besarnya stimulus yang dapat ditoleransi oleh manusia.

2)      Mekanisme Koping.
Adalah tiap upaya yang diarahkan pada penatalaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi diri (stuart, sundeen; 1995). Manusia sebagai suatu sistim yang dapat menyesuaikan diri disebut mekanisme koping, yang dibedakan menjadi 2 (dua), yaitu Mekanisme koping bawaan dan dipelajari. 
Mekanisme koping bawaan, ditentukan oleh sifat genetic yang dimiliki, umumnya dipandang sebagai proses yang terjadi secara otomatis tanpa dipikirkan sebelumnya oleh manusia. Sedangkan mekanisme koping yang dipelajari, dikembangkan melalui strategi seperti melaui pembelajaran atau pengalaman-pengalaman yang ditemui selama menjalani kehidupan berkontribusi terhadap respon yang biasanya dipergunakan terhadap stimulus yang dihadapi.
Respon adaptif, adalah keseluruhan yang meningkatkan itegritas dalam batasan yang sesuai dengan tujuan “human system”.
Respon maladaptif, yaitu segala sesuatu yang tidak memberikan kontribusi yang sesuai dengan tujuan “human system.
Dua Mekanisme Coping yang telah diidentifikasikan yaitu: Susbsistim Regulator dan Susbsistim Kognator.   Regulator dan Kognator adalah digambarkan sebagai aksi dalam hubungannya terhadap empat effektor atau cara penyesuaian diri yaitu: Fungsi Phisiologis, konsep diri, fungsi peran, dan Interdependensi. (Baca Poin 1.4: Sistem Regulator dan Kognator)

3)      Output
Faz Patrick & Wall (1989), manusia sebagai suatu sistim adaptive adalah espon adaptive (dapat menyesuaikan diri) dan respon maldaptive (tidak dapat menyesuaikan diri). Respon-respon yang adaptive itu mempertahankan atau meningkatkan intergritas, sedangkan respon maladaptive dapat mengganggu integritas. Melalui proses feedback, respon-respon itu selanjutnya akan menjadi Input (masukan) kembali pada manusia sebagai suatu sistim.
Perilaku adaptasi yang muncul bervariasi, perilaku seseorang berhubungan dengan metode adaptasi. Koping yang tidak konstruktif atau tidak efektif berdampak terhadap respon sakit (maladaptife). Jika pasien masuk pada zona maladaptive maka pasien mempunyai masalah keperawatan adaptasi (Nursalam; 2003).

4)      Subsistem Regulator dan Kognator
Adalah mekanisme penyesuaian atau Koping yang berhubungan dengan perubahan lingkungan, diperlihatkan melalui perubahan Biologis, Psikhologis dan social. Subsistim Regulator adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan pada sistim saraf, kimia tubuh, dan organ endokrin. Subsistim regulator merupakan mekanisme kerja utama yang berespon dan beradaptasi terhadap stimulus lingkungan. Subsistim Kognator  adalah gambaran respon yang kaitannya dengan perubahan kognitif dan emosi, termasuk didalamnnya persepsi, proses informasi, pembelajaran, membuat alasan dan emosional.
Dapat dijelaskan bahwa Semua input stimulus yang masuk diproses oleh subsistim Regulator dan Cognator. Respon-respon susbsistem tersebut semua diperlihatkan pada empat perubahan yang ada pada manusia sebagai sistim adaptive yaitu : fungsi fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan Interdependensi (Kozier, Erb, Blais, Wilkinson;1995).
Berikut ini pengertian empat perubahan dan contohnya:
a.       Perubahan Fungsi Fisiologis
Adanya perubahan fisik akan menimbulkan adaptasi fisiologis untuk mempertahankan keseimbangan.
Contoh : Keseimbangan cairan dan elektrolit, fungsi endokrin (kelenjar adrenal bagian korteks mensekresikan kortisol atau glukokortikoid, bagian medulla mengeluarkan epenefrin dan non epinefrin), sirkulasi dan oksigen.
b.      Perubahan konsep diri
Adalah keyakinan perasaan akan diri sendiri yang mencakup persepsi, perilaku dan respon. Adanya perubahan fisik akan mempengaruhi pandangan dan persepsi terhadap dirinya.
Contoh : Gangguan Citra diri, harga diri rendah.
c.       Perubahan fungsi peran
Ketidakseimbangan akan mempengaruhi fungsi dan peran seseorang.
Contoh : peran yang berbeda, konflik peran, kegagalan peran.
d.      Perubahan Interdependensi
Ketidakmampuan seseorang untuk mengintergrasikan masing-masing komponen menjadi satu kesatuan yang utuh.
Contoh :  kecemasan berpisah.
Cara penyesuaian diri diatas ditentukan dengan menganalisa dan mengkatagorikan perilaku manusia, dimana perilaku tersebut merupakan hasil dari aktivitas Kognator dan Regulator yang diobservasi.
Kebutuhan dasar untuk intergritas yang mencakup: Intergritas Fisik, Psikhologis dan Sosial. Proses persepsi ditemukan baik dalam subsistim regulator maupun dalam subsistem kognator dan digambarkan sebagai proses yang menghubungkan dua subsistem tersebut. Input-input untuk regulator diubah menjadi persepsi. Persepsi adalah proses dari kognator dan respon-respon yang mengikuti sebuah persepsi adalah Feedback baik untuk kognator maupun Regulator. Secara keseluruhan konsep manusia sebagai sistim Adaptive dapat digambarkan dengan skema pada Gambar 1 dibawah ini.
Gambar 2.2:  Skema Manusia Sebagai Sistem Adaptive

Umpan Balik

·   Mekanisme koping
·   Regulator
·   Kognator
Output
Input
Proses kontrol
Efektor
*    Stimuli internal dan external
*    Tkt. Adaptasi
§ Fokal
§ Kontextual
§ Residual

Respons :
§ Adaptif
§ Maladaptif
·   Fs. Fisiologi
·   Konsep Diri
·   Fs. Peran
·   Interdependen
 








Sumber : Tomey and Alligood.  2006. Nursing theoriest, utilization and application.   Mosby : Elsevier.

2.      Stimulus.
Roy menjelaskan bahwa Lingkungan digambarkan sebagai stimulus (stressor) lingkungan sebagai stimulus terdiri dari dunia dalam (internal) dan diluar (external) manusia.(Faz Patrick & Wall,1989).   “Stimuluis Internal adalah keadaan proses mental dalam tubuh manusia berupa pengalaman, kemampuan emosional, kepribadian dan Proses stressor biologis (sel maupun molekul) yang berasal dari dalam tubuh individu. Stimulus External dapat berupa fisik, kimiawi, maupun psikologis yang diterima individu sebagai ancaman”(dikutip oleh Nursalam;2003).

a.       Tingkat Adaptasi
Tingkat adaptasi merupakan kondisi dari proses hidup yang tergambar dalam 3 (tiga kategori), yaitu 1) integrasi, 2) kompensasi, dan 3) kompromi. Tingkat adaptasi seseorang adalah perubahan yang konstan yang terbentuk dari stimulus. Stimulus  merupakan masukan ( Input ) bagi manusia sebagai sistem yang adaptif. Lebih lanjut stimulus itu dikelompokkan menjadi 3 (tiga) jenis stimulus, antara lain: 1) stimulus fokal, 2) stimulus kontektual, dan 3) stimulus residual.
1)      Stimulus Fokal
yaitu stimulus yang secara langsung dapat menyebabkan keadaan sakit dan ketidakseimbangan yang dialami saat ini. Contoh : kuman penyebab terjadinya infeksi
2)      Stimulus Kontektual.
yaitu stimulus yang dapat menunjang terjadinya sakit (faktor presipitasi) seperti keadaan tidak sehat. Keadaan ini tidak terlihat langsung pada saat ini, misalnya penurunan daya tahan tubuh, lingkungan yang tidak sehat.
3)      Stimulus Residual
yaitu sikap, keyakinan dan pemahaman individu yang dapat mempengaruhi terjadinya keadaan tidak sehat, atau disebut dengan Faktor Predisposisi, sehingga terjadi kondisi Fokal, misalnya ; persepsi pasien tentang penyakit, gaya hidup, dan fungsi peran.

b.      Sehat-Sakit (Adaptive dan Maladaptif)
Kesehatan dipandang  sebagai keadaan dan proses menjadi manusia  secara utuh dan integrasi  secara keseluruhan . Integritas  atau keutuhan manusia  meyatakan secara tidak langsung  bahwa kesehatan  atau kondisi  tidak terganggu  mengacu  kelengkapan  atau kesatuan  dan kemungkinan tertinggi  dari pemenuhan   potensi manusia. Jadi intergrasi  adalah sehat  sebaliknya  kondisi tidak ada integrasi adalah kurang sehat. Definisi kesehatan ini  lebih dari tidak adanya sakit  tapi termasuk  penekanan  pada kondisi baik.
Dalam model adaptasi  keperawatan   konsep sehat dihubungkan dengan konsep adaptasi. Adaptasi  yang tidak memerlukan energi  dari koping  yang tidak efektif  dan memungkinkan  manusia berespon  terhadap stimulus yang lain. Mengurangi dan tidak menggunakan energi  ini dapat  meningkatkan penyembuhan dan mempertinggi kesehatan, ini adalah pembebasan energi  yang dihubungkan  dengan konsep adaptasi dan kesehatan.
Adaptasi adalah  komponen pusat  dalam model adaptasi  keperawatan didalamnya menggambarkan  manusia sebagai sistem yang dapat menyesuaikan diri . Adaptasi  dipertimbangkan  baik proses  koping  terhadap stressor  dan produk akhir dari koping. Proses  adaptasi termasuk fungsi  holistik  untuk mempengaruhi kesehatan  secara positif  dan itu meningkatkan integritas.      Proses  adaptasi  termasuk semua interaksi manusia dan lingkungan dan dua bagian proses. Bagian pertama dari proses ini dimulai dengan perubahan dalam lingkungan internal dan eksternal yang membutuhkan sebuah respon.  Perubahan-perubahan itu adalah stressor-strassor atau stimulus focal dan ditengahi oleh faktor-faktor kontekstual dan residual. Bagian bagian stressor menghasilkan interaksi  yang biasanya  disebut stress, bagian kedua dari stress adalah nekanisme koping yang merangsang menghasilkan respon adaftif atau inefektif .
Produk adaptasi  adalah hasil dari proses adaptasi dan digambarkan dalam istilah  kondisi yang meningkatkan  tujuan-tujuan manusia yang meliputi: kelangsungan hidup, pertumbuhan dan pengeuasaan yang disebut Intergritas. Kondisi akhir ini adalah kondisi keseimbangan  dinamik yang meliputi peningkatan dan penurunan respon respon. Setiap kondisi adaptasi baru dipengaruhi oleh tingkat adaptasi, sehingga keseimbangan dinamik dari manusia berada pada tingkat yang lebih tinggi.
Lingkup yang besar dari stimulus dapat disepakati dengan suksesnya manusia sebagai adaptive sistem. Jadi peningkatan adaptasi mengarah pada tingkat-tingkat yeng lebih tinggi pada keadaan baik atau sehat. Adaptasi kemudian disebut adalah suatu fungsi dari stimulus yang masuk dan tingkatan adaptasi lebih spesifik, fungsi yang lebih tinggi antara stimulus fokal dan sistim adaptasi.

c.       Keperawatan.
Roy menggambarkan  keperwatan sebagai disiplin ilmu dan praktek . Sebagai ilmu, keperawatan “mengobservasi, mengklasifikasi dan menghubungkanproses yang secara positif berpengaruh  pada status kesehatan (1983). Sebagai  disiplin  praktek keperawatan  menggunakan pendekatan pengetahuan secara ilmiah  untuk menyediakan pelayanan pada orang-orang (1983). Lebih spesifik dia mendefinisikan  keperawatan sebagai ilmu  dan praktek  dari peningkatan adaptasi  untuk tujuan  mempengaruhi kesehatan secara positif. Keperawatan meningkatkan adaptasi  individu dan kelompok dalam situasi yang berkaitan  dengan kesehatan. Jadi model adaptasi  keperawatan  menggambarkan  lebih spesifik  perkembangan ilmu keperawatan  dan praktek keperawatan  yang berdasarkan ilmu keperawatan tersebut. Dalam model tersebut  keperawatan terdiri dari tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. 
Keperawatan adalah sepanjang menyangkut seluruh  kehidupan manusia yang  berinteraksi dengan perubahan lingkungan dan jawaban terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Ketika stressor yang tidak biasa  (focal stimulus) atau koping mekanisme yang lemah membuat upaya manusia yang biasa menjadi koping yang tidak efektif manusia memerlukan seorang perawat. Ini tidak harus, bagaimanapun diinterpretasi  untuk memberi arti bahwa  aktivitas tidak hanya diberikan ketika manusia itu sakit. Roy menyetujui pendekatan  holistic keperawatan  dilihat  sebagai proses  untuk mempertahankan  keadaan baik  dan tingkat fungsi yang tinggi.
Keperawatan terdiri dari dua yaitu tujuan keperawatan dan aktivitas keperawatan. Tujuan keperawatan adalah  mempertinggi interaksi manusia dengan lingkungan. Jadi peningkatan  adaptasi  dalam tiap 4 cara menyesuaikan diri: yaitu fungsi fisiologi, konsep diri, fungsi peran dan  interdependensi. Harapan terhadap peningkatan integritas adaptasi dan berkontribusi terhadap kesehatan manusia, kualitas hidup dan kematian yang bermanfaat. Tujuan keperawatan diraih ketika stimulus fokal berada didalam suatu area tingkatan adapatasi manusia, dan ketika stimulus fokal tersebut tidak ada dalam area, manusia dapat membuat suatu penyesuaian diri atau respon efektif. Adaptasi tidak memerlukan  energi dari upaya koping yang tidak efektif dan memungkinkan individu untuk merespon stimulus yang lain. Kondisi tersebut  dapat mencapai peningkatan penyembuhan  dan kesehatan. Jadi, peranan penting adaptasi sangat ditekankan pada konsep ini.
Tujuan dari adaptasi adalah  membantu perkembangan aktivitas keperawatan, yang digunakan pada proses  keperawatan meliputi  pengkajian,diagnosa keperawatan, intervensi,dan evaluasi. Adaptasi model keperawatan ditetapkan “data apa yang dikumpulkan, bagaimana mengindentifikasi masalah dan tujuan utama, pendekatan apa yang dipakai dan bagaimana mengevaluasi efektifitas   proses keperawatan. Unit unit analisis dari  pengkajian keperawatan adalah interaksi manusia dengan lingkungan. Proses pengkajian termasuk dalam dua tingkat pengkajian.
Tingkat pertama mengumpulkan data tentang perilaku manusia, dalam tiap empat cara penyesuaian diri. Data-data tersebut  dikumpulkan dari hasil observasi penilaian respon  dan  komunikasi dengan individu. Dari data tersebut perawat membuat alasan sementara  tentang apakah perilaku dapat menyesuaikan diri atau tidak efektif.
Tingkat kedua pengkajian adalah mengumpulkan data tentang focal, kontekstual, dan residual  stimuli. Sebelum tingkat pengkajian ini  perawat  mengidentifikasi factor-faktor yang mempengaruhi perilaku yang diobservasi pada pengkajian tingkat pertama. Keterlibatan ini penting  untuk menetapkan  factor-faktor utama  yang mempengaruhi perilaku. Intervensi keperawatan dibawa dalam  konteks proses keperawatan dan meliputi pengelolaan atau manipulasi stimulus focal,kontekstual dan residual. Manipulasi  atau pengaturan  stimulus (baik internal dan eksternal) bisa termasuk didalam penghilangan, peningkatan, pengurangan, pemeliharaan atau merubah stimulus.
Melalui pengelolaan factor-faktor stimulus, pencetus tidak efektifnya perilaku  diubah atau  meningkatkan kemampuan individu untuk mengatasi masalah. Itu adalah memperlebar penyesuaian diri. Jadi stimulus akan  jatuh ke area yang   dibangun oleh tingkat penyesuaian diri manusia dan perilaku adaptif akan terjadi. Intervensi keperawatan berikutnya, mengevaluasi hasil akhir perilaku  dan memodifikasi pendekatan-pendekatan  keperawatan  sesuai kebutuhan  Ini harus dicatat  bahwa dalam model  manusia dihormati sebagai individu yang berpartisipasi aktif  dalam  perawatan dirinya. Tujuan disusun berdasarkan tujuan yang saling menguntungkan.
Menurut Roy, kapan Keperawatan itu dibutuhkan?. Jawabannya adalah: Manusia sebagai Sistem Adaptive (dapat menyesuaikan diri), sakit atau memilki potensi sakit. Biasanya ketika mengalami stress atau kelemahan/kekurangan mekanisme Coping, biasanya manusia berusaha untuk menanggulangi yang tidak efektif. Menusia berusaha meminimalkan kondisi yang tidak efektif yang memelihara yang adaptive. Dengan peningkatan adaptasi menusia terbebas dari pemakaian energi dan enegi tersebut dapat digunakan untuk stimulus yang lain.


3.      Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan.
Adaptasi adalah konsep sentral dan konsep yang menyatukan  konsep-konsep lain dalam model ini. Penerima pelayanan keperawatan adalah manusia sebagai adaptif sistem yang menerima stimulus  dari lingkungan internal dan eksternal. Stimulus-stimulus ini mungkin berada dalam area atau di luar area adaptasi manusia  dan subsistem regulator  dan kognator digunakan untuk mempertahankan adaptasi dengan memperhatikan 4 cara penyesuaian diri. Saat stimulus jatuh dalam  area adaptasi manusia, respon adaptif akan terjadi  dan energi dibebaskan untuk berespon terhadap stimulus lain. Dalam hal ini meningkatkan integritas atau kesehatan. Keperawatan mendorong adaptasi melalui penggunaan proses keperawatan dengan tujuan meningkatkan kesehatan. Hubungan antar komponen dasar  dari model adaptasi keperawatan digambarkan  berikut ini:
Keperawatan
 



                                                                               Menggunakan proses Keperawatan
                                                                                     untuk meningkatkan
Integriatas
Adaptasi
Kesehatan
Manusia
Output
 
           
Input
               
Respon inefektif
Interaksi
Lingkungan
 


Hubungan komponen Dasar dalam Model Adaptasi Keperawatan. (sumber: Craven, Ruth F, (2000). Fundamentals of Nursing: Human Health and Function, 3rd ed, DLMN/DLC.


4.      Mengidentifikasi Penerapan Proses Keperawatan Pendekatan  Teori Model Adaptasi Roy
Teori Model adaptasi Roy menuntun perawat mengaplikasikan Proses keperawatan. Element Proses keperawatan menurut Roy meliputi: Pengkajian Perilaku, Pengkajian stimulus, Diagnosa keperawatan Rumusan Tujuan, Intervensi dan Evaluasi.
a.      Pengkajian Perilaku
Pengkajian perilaku (Behavior Assessment) merupakan tuntunan bagi perawat untuk mengatahui respon pada manusia sebagai sistim adaptive. Data spesifik dikumpulkan oleh perawat melalui proses Observasi, pemeriksaan dan keahlian wawancara. “Faktor yang yang mempengaruhi respon adaptif meliputi: genetic, jenis kelamin, tahap perkembangan, obat-obatan, alcohol, merokok, konsep diri, fungsi peran, ketergantungan, pola interaksi social, mekanisme koping dan gaya hidup, stress fifik dan emosi, budaya, lingkungan fisik” (Martinez yang dikutip oleh Nursalam, 2003)
1)      Pengakajian Fisiologis.
Ada 9 (Sembilan) perilaku Respon Fisiologis yang menjadi perhatian pengkajian perawat yaitu;
1)      Oksigenasi: menggambarkan pola penggunaan oksigen berhubungan dengan respirasi dan sirkulasi.
2)      Nutrsisi: menggambarkan pola penggunaan nutrisi untuk memperbaiki kondidi tubuh dan perkembangan.
3)      Eliminasi: menggambarkan Pola eliminasi.
4)      Aktivitas dan istirahat: mengambarkan pola aktivitas, latihan, istirahat dan tidur.
5)      Intergritas kulit: mengambarkan pola fisiologis kulit.
6)      Rasa/senses: menggambarkan fungsi sensoris perceptual berhubungan dengan panca indra.
7)      Cairan dan elektrolit: menggambarkan pola fisiologis penggunaan cairan dan elektrolit.
8)       Fungsi Neurologis: menggambarkan pola kontrol neurologis, pengaturan dan intelektual.
9)      Fungsi endokrin: menggambarkan pola kontrol dan pengaturan termasuk respon nstress dan system reproduksi.

2)      Pengkajian Konsep diri.
Pengkajian Konsep diri: menggambarkan atau menidentifikasi tentang pola nilai, kepercayaan emosi yang berhubungan dengan Ide diri sendiri. Perhatian ditujukan pada keadaa diri sendiri tentang fisik, individual dan moral-etik.
3)      Pengkajian Fungsi Peran.
Pengkajian Fungsi peran (sosial): menggambarkan atau mengidentifikasi tentang pola interaksi sosial seseorang berhubungan dengan orang lain akibat dari peran ganda.
4)      Pengkajian Interdpendensi.
Pengkajian Interdependensi: menggambarkan atau Mengidentifikasi pola nilai menusia, kehangatan, cinta dan memiliki. Proses tersebut terjadi melalui hubungan interoersonal terhadap individu maupun kelompok.\
Pengkajian pasien dari tiap empat model adaptive dilaksanakan dengan pendekatan sistimatis dan holistic. Pengkajian itu diklarifikasikan, difocuskan oleh perawat atau Team keperawatan sebagai data dasar untuk memberikan asuhan keperawatan pada pasien. Secara ideal keseluruhan  data pasien tersebut saling berhubungan dan pengkajian keperawatan dicatat dalam format empat model adaptive keperawatan. Dan dapat dimengerti sebagai masukan data bagi tem asuhan keperawatan yang terlibat pada pasien. Dibutuhkan Keahlian dalam praktek keperawatan kaitannya dengan skill pengkajian perilaku dan pengetahuan membandingkan criteria evaluasi spesific respon perilaku manusia bahwa adaptive atau inefefektive (maladaptive). Data dikelompokkan dalam: data subjective, objective dan data pengukuran/peneriksaan fisik. Perilaku yang ditemukan dapat bervariasi dari apa yang diharapkan, mewakili semua respon baik efektive maupun maladaptive. Roy sudah menidentifikasikan sejumlah respon yang berkaitan dengan aktivitas Subsistim regulator dan Subsistem Kognator yang tidak efektive, seperti pada table berikut :

Table 2.3  Indikasi Kesulitan Adaptasi
Gejala berat dari aktivitas Regulator :
§ peningkatan deyut jantung dan tekanan darah.
§ Tegang.
§ Hilang nafsu makan.
§ Peningkatan  kortisol serum
Gejala Inefektiv dari Kognator :
·         Gangguan persepsi/ proses informasi.
·         Pembelajaran inefektive.
·         Tidak mampu membuat justifikasi.
·         Afektive tidak sesuai.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

b.       Pengkajian Stimulus.
Setelah pengkajian perilaku, perawat menganalisis data-data yang muncul ke dalam pola perilaku pasien (empat model respon perilaku) untuk menfidentifikasi respon-respon inefektive atau respon-respon adaptive yang perlu didukung oleh perawat untuk dipertahankan. Ketika perilaku inefektive atau perilaku adaptive yang memerlukan dukungan perawat, perawat membuat pengkajian tentang stimulus internal dan ekternal yang mungkin mempengaruhi perilaku. Dalam fase pengkajian ini perawat mengumpulkan data tentang stimulus fokal, kontektual dan residual yang dimiliki pasien. Proses ini mengklarifikasi penyebab dari masalah dan mengidentifikasi factor-faktor kontektual (faktor presipitasi) dan residual (factor Predisposisi) yang berhubungan erat dengan penyebab. Berikut  ini stimulus yang berpengaruh yang telah diidentifikasi (dikutip dari  Julia B.George; 1995).

 Budaya

: Status sosial ekonomi, Ektnis (suku/Ras), sistim kepercayaan.
Keluarga
:  Struktur keluarga, tugas keluarga.
Fase perkembangan
: Usia, jenis kelamin, tugas, keturunan dan faktor keturunan.
Intergritas dari cara-cara penyesuaian (modes Adaptive)
: Fisiologis (termasuk patologi penyakit), konsep diri, fungsi peran, interdependensi.
Efektivefitas Kognator
:  Persepsi, pengatahuan, skill.
Pertimbangan lingkungan
: Perubahan lingkungan internal dan ekternal, menajemen pengobatan, penggunaan obat-obatan. Alkohol, dan merokok.

c.       Diagnosa Keperawatan.
Rumusan Diagnosa Keperawatan adalah  problem (P), Etiologi (E), Sinthom/kharakteristik data (S). Roy menjelaskan ada tiga metode merumuskan diagnosa keperawatan. (dikutip dari  Julia B.George; 1995. Nursalam;2003) adalah sebagai berikut:
1)      Metode Pertama
Adalah menggunakan satu tipologi diagnosa yang berhubungan dengan 4 (empat) cara penyesuaian diri (adaptasi). Penerapan metode ini ialah dengan cara mengidentifikasi perilaku empat model adaptasi, perilaku adaptasi yang ditemukan disimpulkan menjadi respon adaptasi (lihat tabel 2). Respon tersebut digunakan sebagai pernyataan Masalah keperawatan. Misalnya: inadekuat pertukuran gas.(masalah fisiologis) datanya ialah; sesak kalau beraktivitas, bingung/agitasi, bernafas dengan bibir dimoncongkan, sianosis.  Konstipasi (masalah fisiplogis eliminasi) datanya: sakit perut, nyeri waktu defikasi, perubahan pola BAB. Kehilangan (masalah konsep diri) datanya: diam, kadan-kadang menangis, kegagalan peran (masalah fungsi peran).
2)      Metode Kedua
Adalah membuat diagnosa keperawatan berdasarkan hasil observasi respon dalam satu cara penyesuaian diri dengan memperhatikan stimulus yang sangat berpengaruh. Metode ini caranya ialah menilai perilaku respon dari satu cara penyesuaian diri, respom perilaku tersebut dinyatakan sebagai statemen masalah. Sedangkan penyebab adalah hasil pengkajian tentang stimulus. Stimulus tersebut dinyakatan sebagai penyebab masalah. Misalnya: Nyeri dada yang disebabkan oleh kurannyag suplay oksigen ke otot jantung

3)      Metode Ketiga 
Adalah kumpulan respon-respon dari satu atau lebih cara (mode Adaptive) berhubungan dengan beberapa stimulus yang sama. Misalnya pasien mengeluh nyeri dada sangat beraktivitas (olah raga) sedangkan pasien adalah atlit senam. Sebagai pesenam tidak mampu melakukan senam. Kadaan ini disimpulkan diagnosa keperawatan yang sesuai adalah Kegagalan peran berkaitan dengan keterbatan fisik. Pasien tidak mampu untuk bekerja melaksnakan perannya.
Tabel 2.4 Typologi Yang Biasanya Berkaitan Dengan Problem Adaptasi.
FISIOLOGIS MODE
1.      Oksigenasi.
·         Hipoksia/syoks.
·         Gangguan ventilasi.
·         Inadekuat pertukaran gas.
·         Inadekuat transport Gas
·         Gangguan perfusi jaringan.
2.      nutrisi.
·         Malnutrisi.
·         Mual,muntah.
·         Anoreksia.
3.      eliminasi.
·         Diare.
·         Konstipasi.
·         Kembung.
·         Retensi Urine.
·         Inkontinensia urine.
4.      aktivitas dan istirahat.
·         Inadekuat pola aktivitas dan istirahat.
·         Intolenransi aktivitas.
·         Immobilisasi.
·         Gangguan tidur.
5.      intergritas kulit.
·         Gatal-gatal.
·         Kekeringan.
·         Infeksi.
·         Dekubitus
6.      sensoris.
·         Nyeri akut.
·         Nyeri kronis.
·         Sensori overload.
·         Gangguan sensori primer.
·         Potensial injuri.
·         Kehilangan kemampuan perawatan diri.
·         Gangguan persepsi.
·         Potensial injuri/ hilang kemam-puan merawat diri.
7.      cairan dan elektriolit.
·         Dehidrasi.
·         Retensi cairan intra seluler.;
·         Edema.
·         Shok hipo/hipervolemik.
·         Hyper atau hipokalsemia.
·         Ketidakseimbangan asam basa.
8.      Fungsi Nerologis.
·         Penurunan kesadaran.
·         Defisit memori.
·         Ketidakstabilan perilaku dan mood.
9.      Fungsi endokrin.
·         Inefektiv regulator hormon.
·         Inefektiv pengembangan reproduksi.
·         Ketidakstabilan sikulus ritme stress internal.

KONSEP DIRI
Pandangan terhadap fisik.
·         Penurunan konsep seksual.
·         Agresi.
·         Kehilangan.
·         Seksual disfungtion.

Pandangan terhadap personal.
·         Cemas tidak berdaya.
·         Harga diri rendah.
·         Merasa bersalah.

FUNGSI PERAN

INTERDEPENDENSI
·         Transisi peran.
·         Peran berbeda.
·         Konflik peran.
·         Kegagalan peran.

·         Kecemasan.
·         Merasa.
·         Ditinggalkan/isolasi.
Sumber: Julia B.George, RN,PhD (editor) 1995, Nursing Theories, The Base for Profesional Nursing Practice. 4th. Appleton & lange Norwalk, Connecticut.

d.      Merumuskan Tujuan
Tujuan adalah harapan perilaku akhir dari manusia yang dicapai. Itu  dicatat merupakan indikasi perilaku dari perkembangan adaptasi masalah pasien. Pernyataan masalah meliputi perilaku. Pernyataan tujuan meliputi: perilaku, perubahan yang diharapkan dan waktu. Tujuan jangka panjang menggambarkan perkembangan individu, dan proses adaptasi terhadap masalah danm tersedianya energi untuk tujuan lain (kelangsungan hidup, tumbuh, dan reproduksi). Tujuan jangka pendek mengidentifikasi hasil perilaku pasien setelah managemen stimulus fokal dan kontektual. Juga keadaan perilaku pasien itu indikasi koping dari sub sistim regulator dan kognator.

e.       Rencana Tindakan
Rencana tindakan keperawatan ialah perencanaan yang bertujuan untuk mengatasi/memanipulasi stimulus fokal kontektual dan residual, Pelaksanaan juga difokus pada besarnya ketidakmampuan koping manusia atau tingkat adaptasi, begitu juga hilangnya seluruh stimulus dan manusia dalam kemampuan untuk beradaptasi. Perawat merencanakan tindakan keperawatan spesifik terhadap gangguan atau stimulus yang dialami. Standar tindakan keperawatan menurut teori adaptasi roy adalah seperti terlihat pada tabel 3. (dikutip oleh Nursalam,2003)
Tujuan intervensi keperawatan adalah pencapaian kondisi yang optimal, dengan menggunakan koping yang konstruktif (Julia B.George; 1995). Intervensi  ditujukan pada peningktan kemampuan koping secara luas. Tindakan diarahkan pada subsistim regulator (proses fisiologis/biologis) dan kognator (proses pikir. Misalnya: perspesi, pengetahuan, pembelajaran).

Tabel 2.5 kriteria standar Intervensi Keperawatan Menurut teori Adaptasi Roy
STANDAR TINDAKAN GANGGUAN FISIOLOGIS
Memenuhi kebutuhan Oksigen.
Kriteria:
1.   menyiapkan tabung oksigen dan flow meter.
2.   menyiapkan hemodifier berisi air.
3.   menyiapkan slang nasal dan masker.
4.   memberikan penjelasan pada pasien.
5.   mengatur posisi pasien.
6.   memasang slang nsal dan masker.
7.   memperhatikan reaksi pasien.
Memenuhi kebutuhan Nutrisi:
Kriteria
1.   menyiapkan peralatan dalam dressing car.
2.   menyeiapkan cairan infus/makanan/darah.
3.   memberikan penjelasan pada pasien.
4.   mencocokan jenis cairan/darah/diet makanan
5.   mengatur posisi pasien.
6.   melakukan pemasangan infus/darah/makana

Memenuhi kebutuhan Eliminasi
kriteria
1.   menyiapkan alat pemberian hukmah/gliserin, dulkolac & peralatan pemasangan kateter
2.   memperhatikan suhu cairan/ukuran kateter
3.   menutup dan memasang selimut.
4.   mengobservasi keadaan feses dan uerine.
5.   Mengobservasi rekasi pasien.
Memenuhi kebutuihan aktivitas dan Istirahat/tidur.
Kriteria
1.  melakukan latihan gerak pada pasien tidak sadar.
2.  melakukan mobilisasi pad pasien pasca operasi.
3.  mengatur posisi yg nyama pada pasien.
4.  menjaga kebersihan lingkungan.
5.  Mengopservasi reaksi pasien.

Memenuhi kebutuhan Intergritas kulit (kebersihan dan kenyamanan fisik)
Kriteria
1.  memandikna pasien yang tidak sadar/ kondisinya lemah.
2.  mengganti alat-alat tenun sesuai kebutuhan/ kotor.
3.  Merapikan alat-alat pasien.
Mencegah dan mengatasi reaksi fisiologsi
Kriteria
1.  Mengopservasi tanda-tanda vital sesuai kebutuhan.
2.  melakukan tes alergi pada pemberian obat baru.
3.  mengobservasi reaksi pasien.

STANDAR TINDAKAN GANGGUAN KONSEP DIRI
Memenuhi kebutuhan emosional dan spiritual.
Kriteria
1.   Melaksnakan Orientasi pada pasien baru.
2.   memberikan penjelasan tentang tibndakan yang kan dilakukan.
3.   memberikan penjelasan dangan bahasa sederhana.
4.   memperhatikan setiap keluhan pasien.
5.   memotivasi pasien untuk berdoa.
6.   membantu pasien beribadah.
7.   memperhatikan pesan-pesan pasien.

STANDAR TINDAKAN PAD GANGGUAN PERAN
1.   Menyakinkan kepada pasien bahwa dia adalah tetap sebagai individu yang berguna bagi keluarga dan msayarakat.
2.   mendukung upaya kegiatan atau kreativitas pasien.
3.   melibatkan pasien dalam setiap kegiatan, terutama dalam pengobatan dirinya.
4.   Melibatkan pasien dalam setiap mengambil keputusan menyangkut diri pasien.
5.   bersifat terbuka dan komunikastif pada pasien.
6.   mengijinkan keluarga untuk memberikan dukungan kepada  pasien
7.   perawat dan keluarga selalu memberikan pujian atas sikap pasien yang dilakukan secara benar dalam perawatan.
8.   Perawat dan keluarga selalu bersikap halus dan meneriman jika ada sikap yang negatif dari klein.

STANDAR TINDAKAN PADA GANGGUAN INTERDEPENSI
1.   membantu pasien memenuhi kebutuhan makan dan minum.
2.   membantu pasien memenuhi kebutuhan eliminasi.
3.   membantu pasien memenuhi kebutuhan kebesihan diri (mandi).
4.   membantu pasien untuk berhias atau berdandan.

f.        Evaluasi:
Proses keperawatan diselesaikan/dilengkapi dengan fase evaluasi. PerilakuTujuan  dibandingkan dengan respon-respon perilaku yang dihasilkan, dan bagaimana pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Penetapan keberhasilan suatu asuhan keperaweatan didasarkan pada perubahan perilaku dari kriteria hasil yang ditetapkan. Perawat memperbaiki tujuan dan intervensi setelah hasil evaluasi ditetapkan.
5.      Aplikasi Teori Adaptasi Roy dalam Keperawatan Keluarga
Model adaptasi Suster Calista Roy (1976) menjabarkan konsep individu sebagai sistem adaptif yang berinteraksi dengan stimulus melalui empat cara respons: fisiologis, konsep diri, fungsi peran dan saling ketergantungan. Menurut Roy, asuhan keperawatan berfokus pada respons seorang terhadap interaksi dengan lingkungan eksternal dan terhadap stimulus internal dan eksternal yang mempengaruhi adaptasi. Dalam karya awal Roy (1976), keluarga dipandang sebagai ruang lingkup individu. Kemudian Roy dan Roberts (1981) mengubah penjabaran konsep keluarga sebagai (konteks) ini menjadi “keluarga sebagai suatu system adaptif yang seperti individu, memiliki input, kendali interna dan proses umpan balik, dan output” (Whall & Fawcett, 1991a, hlm. 23). Roy menjelaskan bahwa keluarga, individu, kelompok, organisasi social, dan komunitas, dapat menjadi unit analisis dan fokus praktik keperawatan. McCubbin dan figley (1983) menyatakan bahwa konsep koping dalam model Roy dapat dengan mudah diperluas menjadi unit keluarga, yaitu pola koping keluarga yang tidak efektif menyebabkan masalah fungsi keluarga. Selain itu, teori Roy menekankan promosi kesehatan dan pentingnya membantu klien dalam memanipulasi lingkungan mereka, yang konsisten dengan interaksi lingkungan keluarga yang ditekankan dalam keperawatan keluarga.

Kegunaan dan kepopularitasan model Roy terbukti dalam Boston-Based Research in Nursing Society (BBARNS), yang terbukti meningkatkan proyek kemitraan dan kolaboratif diantara para peneliti keperawatan yang bekerja menggunakan model Roy (Pollack, Frederickson, Carson, Mawssey, & Roy, 1994). Contoh penelitian yang menggunakan Model adaptasi Roy termasuk studi yang dilakukan Zhan (2000) tentang adaptasi kognitif dan konsistensi diri pada lansia yang mengalami gangguan pendengaran dan studi yang dilakukan Badger (1991) tentang citra tubuh interna dikalangan anak tunarungu dan yang dapat mendengar. Baru-baru ini, Hanna dan Roy (2001) membahas kesinambungan pengembangan model Roy terkait dengan keperawatan keluarga dan mencatat bahwa keluarga dapat dijabarkan sebagai ruang lingkup individu atau keluarga dapat dijabarkan sebagai orang atau kelompok yang saling terkait.
DAFTAR PUSTAKA

Christensen, Paula J. 2009. Proses keperawatan: aplikasi model konseptual. Ed. 4. Jakarta: EGC
Efendy. (1998). Dasar-dasar keperawatan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Effendi, Ferry. (2009). Keperawatan kesehatan komunitas: teori, dan praktik dalam keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Friedman, M.M. (1998). Keperawatan keluarga: teori dam praktek. Ed.3. Jakarta: EGC
Friedman., Marilyn M. (2010). Buku ajar keperawatan keluarga: riset, teori dan praktik. Ed.5. Jakarta: EGC
Mubarak, Wahit Iqbal. (2009). Ilmu keperawatan komunitas buku 2: konsep dan aplikasi. Jakarta: Salemba Medika
Mubarak, W.I. & Santoso, B.A. (2006). Buku ajar ilmu keperawatan komunitas: teori & aplikasi dalam praktik dengan pendekatan asuhan keperawatan komunitas, gerontik, dan keluarga. Jakarta: Sagung Seto
Setiadi. (2007). Konsep dan penulisan riset keperawatan. (Ed.1). Jogjakarta: Graha Ilmu
Suprajitno. (2004). Asuhan keperawatan keluarga: aplikasi dalam praktik. Jakarta: EGC
Agusman, F. (2011). Aplikasi teori Orem terhadap asuhan keperawatan keluarga. Diambil pada 28 November 2012 dari: http://ebookbrowse.com/aplikasi-teori-orem-terhadap-asuhan-keperawatan keluarga-ppt.d143522297

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat