google adsense

Monday, August 7, 2017

Management mass casualty

E.     Management mass casualty
1.      Pengertian
Adalah pengelolaan korban peristiwa massal, yang ditujukan untuk meminimalkan korban jiwa dan kecacatan (PAHO, 2001). Mass casualty incident adalah suatu situasi secara signifikan membutuhkan ketersediaan pelayanan emergensi medis (emergency medical services), fasilitas dan sumber-sumber lainnya.
Perawatan medis untuk sejumlah besar korban kemungkinan diperlakukan hanya setelah terjadinya bencana jenis tertentu. Kebanyakan cedera tertahan selama berlangsungnya dampak sehingga kebutuhan terbesar akan layanan kedaruratan muncul pada beberapa jam pertama. Banyak nyawa yang tidak tertolong karena sumber daya setempat tidak digerakkan dengan cepat (Pan America Health Organization, 2006).
Beban untuk mengorganisasi dan mengantarkan transportasi, pertolongan pertama, layanan medis, dan persediaan ada pada negara yang terkenan dampak. Bantuan dari masyarakat internasional tampaknya tidak membuat banyak perbedaan dalam menyelamatkan nyawa selama periode  kebutuhan yang terbesar karena bantuan itu membutuhkan waktu (Pan America Health Organization, 2006).
Dalam pendekatan layanan klasik yang biasa digunakan untuk menghadapi korban dalam jumlah besar setelah suatu bencana, sukarelawan pertama dilatih untuk memberikan triase dasar dan perawatan lapangan pada korban sebelum mengevakuasi mereka ke fasilitas layanan kesehatan yang paling dekat (Pan America Health Organization, 2006).
Pengelolaan korban massal terbagi ke dalam tiga area: layanan kedaruratan pra-rumah sakit (pencarian dan penyelamatan, pertolongan pertama, triase, dan stabilisasi korban); penerimaan dan perawatan di rumah sakit; dan redistribusi pasien ke rumah sakit lain jika diperlukan (Pan America Health Organization, 2006).
2.      Kompetensi perawat berhubungan dengan mass casualty incident
a.    Critical thinking
1)      Menggunakan kerangka pemikiran yang berlandaskan etika dan standar nasional dalam membuat keputusan dan memprioritaskan suatu kebutuhan pada saat terjadinya bencana
2)      Menggunakan keputusan klinik dan berbagai kemampuan dalam membuat keputusan pada saat melakukan pengkajian suatu masalah yang potensial sehingga sesuai selama MCI
3)      Menggunakan keputusan klinik dan berbagai kemampuan dalam membuat keputusan dalam menilai masalah yang potensial yang tepat, perawatan individu secara berkelanjutan setelah MCI
4)      Menggambarkan fase kejadian saat bencana, saat darurat dan pasca bencana dalam bentuk asuhan keperawatan yang penting untuk:
a) Individu
b)Keluarga
c) Kelompok khusus, seperti anak-anak, wanita hamil; dan
d)     Komunitas
5)   Menjelaskan prinsip-prinsip triase secara spesifik untuk MCI (Stanley, 2005)
b.      Pengkajian
1)   Umum
a)    Mengkaji isu keamanan dan perlindungan diri, tim tanggap bencana, dan para korban di setiap pelaksanaan fase respon bencana
b)   Mengidentifikasi kemungkinan berbagai indikator dari pemaparan massal terhadap bencana (yaitu mengelompokkan individu dengan gejala yang sama)
c)    Menggambarkan tanda-tanda dan gejala umum terhadap pemaparan dari bahan kimia, biologi, radiologi, nuklir, dan agen peledak (CBRNE)
d)   Menunjukkan kemampuan untuk mengakses informasi terkini mengenai nuklir, biologi, kimia, bahan peledak, dan agen pembakar yang telah ditentukan
e)    Mendeskripsikan beberapa elemen yang penting termasuk gambaran dari pengkajian MCI itu sendiri
f)    Mengidentifikasi kelompok-kelompok khusus dari pasien yang sngat rentan selama MCI, misalnya sangat muda (remaja), dewasa, imunosupresi
g)   Kajian cepat terhadap situasi dan menyusui kebutuhan perawatan
h)   Triase  dan inisiasi hidup hemat ukuran pertama
i)     Penggunaan intervensi keperawatan esensial dan penghapusan kegiatan keperawatan yang tidak penting.
j)     Adaptasi keterampilan keperawatan yang diperlukan untuk situasi darurat bencana dan lainnya. Perawat harus menggunakan imajinasi dan akal dalam berurusan dengan kurangnya persediaan, peralatan , dan personil.
k)   Kepemimpinan dalam mengkoordinasikan triase pasien, perawatan, dan transportasi selama masa krisis
l)     Penyediaan pengertian, kasih sayang, dan dukungan emosional bagi semua korban dan keluarga mereka.
2)   Spesifik
a)    Fokus pada riwayat kesehatan
b)   Mengkaji respon psikologis awal terhadap individu, keluarga, dan komunitas
c)    Melakukan pengkajian kesehatan: jalan nafas, kardiovaskuler, sistem integumen (luka terbuka, luka bakar, kemerahan), nyeri, kecelakaan dari kepala sampai kaki, gastrointestinal, neurologi, muskuloskeletal, mental status, dan spiritual emosional
d)   Mengkaji respon psikologis dalam jangka panjang terhadap individu, keluarga, dan komunitas
e)    Menggambarkan dampak psikologis pada responden dan penyedia layanan kesehatan (Stanley, 2005).
f)    Lakukan penilaian trauma dari kepala sampai kaki .
g)   Mengetahui indikasi intubasi .
h)   Suntik intravena Dan memantau TTV .
i)     Obat-obatan darurat .
j)     Prinsip terapi cairan .
c.       Alat Penilaian
1)      Ukuran dan tingkat kerusakan bencana
2)      Kebutuhan kesehatan.
3)      Kualitas dan kuantitas yang dibutuhkan untuk tenaga keperawatan (Asuransi, nomor, durasi, pengetahuan, keterampilan khusus, organisasi)
4)      Jenis pelayanan yang dibutuhkan (lembaga, penampungan, daerah, dll)
5)      Meninjau kembali status kesehatan dan  penyedia perawatan kesehatan
6)      Pola kehidupan sehari-hari dan jadwal profiders perawatan kesehatan di lokasi
7)      Akses untuk mendapatkan informasi
8)      Akses transportasi  dan dari situs dan modus dan rata-rata data
9)      Rincian kegiatan perawatan kesehatan
d.      Kemampuan yang bersifat teknis
1)      Mempraktikkan keamanan dalam penataan medikasi pengobatan
2)      Mempraktikkan keamanan dalam penataan immunisasi
3)      Mengkaji kebutuhan yang tepat terkait prosedur dekontaminasi bahan kimia, biologis, isolasi dari radiasi nuklir
4)      Mendemonstrasikan pengetahuan dan skill terkait personal proteksi dan safety
5)      Mendemonstrasikan kemampuan untuk mempertahankan keamanan pasien selama dalam upaya transportasi pasien melalui immobilisasi, dan monitoring
6)      Menunjukkan administrasi aman obat, terutama vasoaktif dan agen analgesik , melalui oral (PO), subkutan (SQ), intramuskular (IM), dan intravena (IV) rute administrasi.
7)      Menunjukkan pengetahuan tentang intervensi keperawatan yang tepat untuk efek samping dari obat diberikan
8)      Adaptasi keterampilan keperawatan yang diperlukan untuk situasi darurat bencana dan lainnya . Perawat harus menggunakan imajinasi dan akal dalam berurusan dengan kurangnya persediaan, peralatan , dan personil.
9)      Kepemimpinan dalam mengkoordinasikan triase pasien , perawatan , dan transportasi selama masa krisis
10)  Menunjukkan intervensi terapeutik dasar, termasuk:
a)      Dasar keterampilan pertolongan pertama
b)      Pemberian oksigen dan teknik ventilasi
c)      Kateter urin
d)      Naso tube - lambung
e)      Teknik lavage
f)       Perawatan luka awal
g)      Prosedur dekontaminasi yang tersedia
h)      Menunjukkan pengetahuan dan keterampilan yang berkaitan dengan perlindungan pribadi dan keselamatan ,
i)        termasuk penggunaan Personal Protective Equipment ( PPE )
j)        Melaksanakan cairan / terapi nutrisi , dengan mempertimbangkan sifat cedera dan / atau agen terkena dan pemantauan hidrasi dan keseimbangan cairan sesuai.
k)      Menilai dan mempersiapkan transportasi , jika diperlukan , termasuk ketentuan untuk perawatan dan pemantauan selama transportasi .
l)        Menunjukkan kemampuan untuk menjaga keselamatan pasien selama transportasi melalui imobilisasi , pemantauan , dan intervensi terapeutik.
m)    Menunjukkan penggunaan peralatan komunikasi darurat dan informasi teknik manajemen yang dibutuhkan dalam respon MCI
n)      Transportasi
Area ambulans harus mudah dicapai dari stasiun perawatan medis. meskipun pertimbangan transportasi mungkin tidak menjadi tanggung jawab perawat, semua penyedia layanan kesehatan harus menyadari rencana untuk transportasi dan tahu di mana kendaraan transportasi akan berada. Penerimaan pasien di rumah sakit harus ditentukan sebelumnya dan mekanisme untuk memberitahu pasien untuk ke rumah sakitharus dilaksanakan sebelum kejadian.
e.       Cunny (1998) mendeskripsikan tiga tipe kegiatan perencanaan lanjutan:
1)      Strategic Planning
Perencanaan kegiatan yang berfokus pada mempersiapkan organisasi untuk semua  jenis ancaman bencana.
2)      Contingency Planning
Perencanaan terkait dengan ancaman situs-Spesifik yang dapat terjadi setiap saat.
3)      Forward Planning
Kegiatan untuk kejadian segera diketahui perencanaan, misalnya, perencanaan badai salju akan dating.
f.       Terapi Keperawatan
1)      Konsep dasar pertolongan pertama
2)      Triase dan transportasi
3)      Manajemen nyeri
4)      Manajemen hipovolemia dan penggantian cairan
5)      Penjahitan dan perawatan luka awal
6)      Luka ledakan/berhubungan dengan kehilangan jaringan, teknik bilasan mata
7)      Fraktur/imobilisasi fraktur
8)      Manajemen perdarahan
9)      Stabilisasi cedera menghancurkan
10)  Melakukan mobilisasai pada pasien dengan cedera tulang belakang. 
g.      Komunikasi
1)      Menjelaskan rantai komando lokal dan manajemen sistem
2)      Mengidentifikasi peran sendiri
3)      Menunjukkan pendokumentasian keadaan darurat yang sesuai meliputi pengkajian, intervensi, tindakan keperawatan, dan hasil
4)      Mengidentifikasi sumber daya yang tepat untuk merujuk
5)      Jelaskan strategi penanganan yang tepat untuk mengelola diri dan orang lain
6)      Cari dan menggambarkan rencana tanggap darurat untuk tempat seseorang kerja dan perannya dalam masyarakat, negara, dan rencana regional
7)      Mengidentifikasi peran seseorang sendiri dalam rencana tanggap darurat untuk tempat kerja
8)      Diskusikan keamanan dan kerahasiaan selama MCI
9)      Menunjukkan dokumentasi darurat sesuai penilaian, intervensi tindakan keperawatan dan hasil selama dan setelah MCI
10)  Mengidentifikasi sumber daya yang tepat untuk merujuk permintaan dari pasien, media, atau lain untuk informasi mengenai MCIs .
11)  Jelaskan prinsip-prinsip komunikasi risiko untuk kelompok dan individu yang terkena eksposur selama MCI .
12)  Mengidentifikasi reaksi terhadap rasa takut, panik dan stres para korban, keluarga, dan responden yang mungkin ditunjukkan selama situasi bencana
13)  Jelaskan strategi penanganan yang tepat untuk mengelola diri dan orang lain
14)  System komunikasi
Sistem komunikasi harus ditetapkan sehingga penyedia layanan kesehatan dapat berkomunikasi satu sama lain , dengan pemimpin, dan dengan mitra kerjasama seperti polisi, pemadam kebakaran , keamanan , dan rumah sakit setempat . Seperti bencana dan MCIs , radio akan memberikan sebagian besar komunikasi . Telepon biasa dan walkie talkie sangat membantu jika tersedia .
h.      Etika
1)      Mengidentifikasi berbagai isu etik berhubungan dengan kejadian MCI
2)      Menjelaskan pertimbangan etik, legalitas, psikologis, dan pertimbangan budaya ketika berhadapan mereka yang sekarat dan lainnya

i.        Keragaman manusia
1)      Diskusikan aneka budaya, spiritual, dan isu sosial masyarakat yang berakibat pada respon individual pada kejadian MCI
2)      Diskusi tentang keragaman emosional, psikologis, dan respon sosial budaya
j.        Susunan Staff
Kebutuhan staf perawat akan ditentukan berdasarkan sejumlah faktor, termasuk jumlah stasiun bantuan medis dan keperawatan. Sanders dan coalegues (1986) merekomendasikan bahwa staff penyedia layanan kesehatan untuk kejadian khusus mengakomodasi penyediaan:
1)      pertolongan dasar pertama dan bantuan hidup dasar dalam 4 menit
2)      bantuan hidup lanjutan dalam 8 menit dan
3)      evakuasi ke rumah sakit dalam waktu 30 menit
k.      Dokumentasi
Item standar rekam medis mencakup data demografi dan riwayat medis singkat, termasuk obat-obatan, dan alergi, jenis penyakit atau cedera, pengobatan yang diberikan dan disposisi. dokumentasi Pasien harus mencakup beberapa deskripsi karakteristik, termasuk usia, jenis kelamin, jenis aktivitas, ketersediaan alkohol dan obat-obatan lainnya, dan setiap variabel penting lainnya


l.        Personil Tambahan
Polisi dan departemen kebakaran harus terlibat dalam semua kejadian-kejadian khusus perencanaan karena mereka akan perlu hadir selama kejadian untuk menyediakan lingkungan yang aman bagi peserta, penonton, dan penyedia layanan kesehatan. Penentuan harus dilakukan untuk lokasi dan ketersediaan layanan bantuan hidup dasar dan layanan dukungan hidup. Beberapa peristiwa dapat memberikan keamanan pribadi mereka sendiri. Rancangan pelayanan keperawatan mengharuskan perawat menyadari yang akan menghadiri kejadian dalam hal keamanan, pengendalian massa, dan dukungan medis lainnya sehingga pelayanan dapat diberikan yang akan mengintegrasikan dengan semua rencana penyediaan layanan lainnya.
m.    Kurangnya Pedoman
Salah satu tantangan utama untuk menyediakan perawatan kesehatan di massa adalah berkurangnya standar atau pedoman formal, yang dapat membantu dokter perawatan kesehatan setempat langsung yang harus memberikan pelayanan (Jaslow, Yancey & Milsten, 2000; Parillo , 1998). Perguruan tinggi pelayanan medis darurat Amerika telah menerbitkan makalah posisi mengenai rekomendasi mereka, tetapi penyebab berbagai variabel terkait dengan peristiwa massa, pembentukan pedoman tetap menjadi tantangan (Milsten, 2002).

n.      Tujuan Dari Perawatan Darurat Pada Kumpulan Massa
Tujuan perencanaan untuk mengumpulkan massa untuk memfasilitasi penyediaan medis darurat dan perawatan, serta pelestarian kemampuan sistem adalah layanan normal. Meskipun pengumpulan massa adalah kumpulan individu pada dasarnya sehat, keadaan darurat yang terjadi dengan peningkatan frekuensi dan penyediaan jumlah yang cukup perawatan yang tepat diperlukan. Pada akses situs ke pasien, triase, stabilisasi, dan transportasi ke tingkat perawatan yang lebih definitif. Perawat juga harus siap untuk menangani luka ringan hingga kematian akibat serangan jantung mendadak yang tak terduga atau kelahiran premature.
o.      Jenis Kejadian (event)
Perawat harus dapat mengantisipasi pasien dalam jumlah besar dari berbagai keadaan pasien dan lingkungan tempat bencana tersebut terjadi. Kelelahan otot dan trauma yang lebih umum untuk korban kejadian olahraga. Alkohol, penggunaan narkoba, dan dehidrasi lebih tinggi pada konser musik rock daripada penonton kejadian olahraga. Banyak ditemukan pasien dengan keluhan ringan seperti sakit kepala, kelelahan, abrasi kecil, luka gores, luka bakar, dan sengatan lebah. Michael dan barbera (1997) melaporkan bahwa individu yang menghadiri konser rock dan massa paus lebih mungkin untuk menderita penyakit yang signifikan selama kejadian.
p.      Durasi Kejadian
Berapa lama kejadian dijadwalkan akan berlangsung ? Akankah kejadian terjadi pada hari libur atau hari Minggu ? Apakah akan terbuka setelah gelap ? Apakah kejadian tersebut dijadwalkan terjadi di daerah pedesaan atau di tengah-tengah kota besar? Apakah ada orang yang hidup di dasar di mana kejadian ini terjadi? Faktor ini akan mempengaruhi tidak hanya jumlah peserta, tetapi juga jenis masalah medis diobati.
Secara umum, semakin lama durasi kejadian, semakin besar jumlah orang yang akan mencari perawatan (Flabouris & Brigewater, 1996). Tingkat penggunaan perawatan kesehatan mungkin lebih tinggi dalam menetapkan mana kelompok diperbolehkan untuk bergerak lebih bebas. Mobilitas tersebut memungkinkan untuk trauma lebih ringan dan penyakit paparan terkait atau tenaga yang berhubungan daripada peristiwa di mana penonton duduk untuk sebagian besar durasi (Michael & barbera, 1997). Penyedia layanan kesehatan mungkin harus siap sedia sebelum dan sesudah kejadian untuk memberikan perawatan untuk kejadian staf dan untuk peserta saat mereka tiba (Leonard & Moreland , 2001).
q.      Medis Dan Keperawatan Aid Stasiun
Penempatan stasiun bantuan medis dan keperawatan harus strategis sehingga stasiun mudah diakses dalam waktu yang singkat oleh semua. Ukuran dari kejadian dan tata letak sisi akan menentukan jumlah stasiun bantuan yang dibutuhkan. Sebagai contoh, sebuah kejadian dalam ruangan kecil mungkin hanya memerlukan satu stasiun bantuan, sedangkan kejadian di lapangan terbuka besar seperti eksposisi, pertunjukan udara, atau ras mobil mungkin memerlukan beberapa stasiun. Semua stasiun bantuan harus jelas ditandai dengan tanda-tanda. Lokasi dan arah ke stasiun bantuan harus tercantum dalam program kejadian (dalam semua bahasa yang tepat) dan mengumumkan melalui pengeras suara selama kejadian.Stasiun bantuan harus memiliki meja dan ruang yang cukup untuk peralatan, perlengkapan, dan personel. Dan harus memiliki tempat tidur atau dipan bagi pasien untuk berbaring. Idealnya harus terletak di dekat fasilitas sanitasi. Akomodasi harus dilakukan bagi penyandang cacat dan akomodasi khusus harus dibuat untuk setiap, kelompok kerentanan tinggi berisiko tinggi yang hadir. (Veenama, 2007)
Bagaimana pasien akan mengakses daerah triase dan pengobatan dan bagaimana keperawatan dan personil EMS akan mencapai pasien yang tidak mampu ambulasi? Tergantung pada ukuran dan ruang lingkup kejadian, ketentuan harus dibuat untuk tim perawatan kesehatan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang tidak dapat berjalan ke pusat kesehatan. Kebanyakan pasien akan hadir ke stasiun untuk menerima perawatan, tetapi beberapa tidak akan dapat begitu. Pertimbangan harus diberikan untuk apa peralatan perawat dan paramedis dapat menggunakan dan dengan cara apa peralatan akan dilakukan. Leonard dan Moreland (2001) merekomendasikan bahwa tempat terbuka yang sangat besar mungkin memerlukan tim mobile untuk memiliki persediaan seperti obat IV, monitor jantung, peralatan intubasi, oksigen, dan defibrillator. Perangkat pelepasan pasien seperti mobil golf, kursi roda dapat membantu dalam penmindahan pasien dari kerumunan Leonard dan Moreland (2001). Hati-hati memilih lokasi area perawatan pasien adalah yang terpenting dalam meningkatkan efektivitas.(Veenama, 2007).
r.        Evaluasi
1)      Evaluasi lingkungan dan mitigasi atau penghapusan bahaya kesehatan.
2)      Pencegahan cedera lebih lanjut atau sakit
3)      Pengajaran, pengawasan, dan pemanfaatan tenaga medis tambahan dan relawan.
Dalam semua jenis kejadian khusus dan MCIs, American palang merah (guidelisness for disaster nursing, 2002) menyatakan bahwa perawat diharapkan untuk melatih kepemimpinan.
a.       Melakukan pengkajian dan triase pada kondisi pasien yang diprioritaskan
b.      Penyediaan perawatan, pengobatan, dan perlindungan kesehatan
c.       Mendeteksi perubahan dalam kepemimpinan dan organisasai yang aktif untuk  memodifikasi atau mengeliminasi bahaya kesehatan
d.      Menangani korban massal itu menjadi penting

 Daftar Pustaka

BNPB. 2012. Peraturan Kepala BNPB No. 2 Tahun 2012 Tentang Pedoman Umum Pengkajian Risiko Bencana, diunduh dari  www.bnpb.go.id/upload/pubs/1.pdf
Effendi & Makhfudli. (2009). Keperawatan Kesehatan Komunitas: Teori Dan Praktik Dalam Keperawatan. Jakarta: Selemba Medika.
Hospital Disaster Plan & Regional Disaster Plan, diunduh dari http://www.pusdiklat-aparaturkes.net/index dan  www.bencana-kesehatan.net
Japanese Red Cross Society & PMI. (2009). Keperawatan Bencana. Banda Aceh: Forum Keperawatan Bencana
Pan America Health Organization. (2006). Bencana alam: perlindungan kesehatan masyarakat. Jakarta: EGC
Pan America Health Organization (2001). Establishing a mass casualty management system. Washington: PAHO
Seni, W. (2011). Siklus manajemen bencana. Diakses pada tanggal 18 November 2013 pukul 22.35 WIB dari
Sukandarrumidi. (2010). Bencana Alam dan Bencana Anthropogene. Yogyakarta: Kanisius
Undang-Undang Republik Indonesia No. 24 Tahun 2007-PNPB. Diakses dari http://www.bnpb.go.id/page/read/5/definisi-dan-jenis-bencana
Veenema, T.G. (2007 ). Disaster nursing and emergency preparedness for chemical, biological, and radiological terorisme and other hazard ( 2 nd ed ). New York : Springer Publishing Company.
Zailani. 2009. Keperawatan Bencana. Banda Aceh: Forum Keperawatan Bencana


No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat