google adsense

Friday, August 4, 2017

Proses Keperawatan Kebutuhan Seksual

A.  Proses Keperawatan Kebutuhan Seksual
     Perawat merasa tidak nyaman membicarakan tentang seksualitas dengan klien, tetapi mereka dapat mengurangi rasa ketidaknyamanan dengan menggunakan beberapa metoda. Pertama mereka dapat membangun dasar pengetahuan dan pemahaman yang wajar tentang dimensi seksualitas sehat dan area yang paling umum dari perubahan atau disfungsi seksual. Kedua, perawat dapat mengkaji tingkat kenyamanan dan keterbatasan mereka sendiri dalam mendiskusikan seksualitas dan fungsi seksual. Mempraktikkan pelafalan tentang istilah yang berhubungan dengan seks dan seksualitas baik dalam bahasa professional atau bahasa awam adalah salah satu cara meningkatkan tingkat kenyamanan. Akhirnya, perawat dapat belajar untuk mengenali masalah yang berada di luar jangkauan keahlian mereka dan melakukan rujukan untuk klien guna mendapatkan bantuan (Potter & Perry, 2005)
1.    Pengkajian
a.    Faktor fisik
     Klien dapat mengalami penurunan keinginan seksual karena alasan fisik. Aktifitas seksual dapat menyebabkan nyeri dan ketidaknyamanan. Bahkan hanya membayangkan bahwa seks dapat menyakitkan sudah menurunkan keinginan seks. Penyakit minor, keletihan, medikasi, citra tubuh buruk, terutama ketika diperburuk oleh perasaan penolakan atau pembedahan yang mengubah bentuk tubuh, dapat menyebabkan klien kehilangan perasaannya secara seksual.
b.    Faktor hubungan
     Masalah dalam berhubungan dapat mengalihkan perhatian seseorang dari keinginan seks. Setelah kemesraan berhubungan telah memudar, pasangan mungkin mendapati bahwa mereka dihadapkan pada perbedaan yang sangat besar dalam nilai atau gaya hidup mereka. Penurunan minat dalam aktivitas seksual dapat mengakibatkan ansietas hanya karena harus mengatakan kepada pasangan perilaku seksual apa yang diterima atau menyenangkan.
c.       Faktor gaya hidup.
     Faktor gaya hidup, seperti penggunaan atau penyalahgunaan alkohol atau tidak punya waktu untuk mencurahkan perasaan dalam berhubungan, dapat mempengaruhi keinginan seksual. Menemukan waktu yang tepat untuk aktivitas seksual adalah factor gaya hidup yang lain.
d.      Faktor harga diri
     Tingkat harga diri klien juga dapat menyebabkan konflik yang melibatkan seksualitas. Harga diri seksual dapat menurun disebabkan oleh perkosaan, inses, dan penganiayaan fisik atau emosi meninggalkan luka yang dalam. Rendahnya harga diri seksual dapat juga diakibatkan oleh kurang adekuatnya pendidikan seks, model peran yang negatif dan upaya untuk hidup dalam pengharapan pribadi atau kultural yang tidak realistik (Potter & Perry, 2005).
e.       Riwayat kesehatan Seksual.
     Setiap riwayat keperawatan, apakah riwayat tersebut dikumpulkan di klinik, rumah sakit, atau kantor praktisi harus mencakup beberapa pertanyaan yang berkaitan dengan seks untuk  menentukan apakah klien mempunyai masalah atau ke khawatiran seksual. Pertanyaan yang dapat diajukan menurut Potter & Perry (2005) antara lain:
1)   Bagaimana perasaan anda tentang bagian seksual dari hidup anda?
2)   Apakah anda memperhatikan adanya perubahan dalam mempersepsikan diri sebagai pria, wanita, suami, atau istri?
3)   Bagaimana penyakit, medikasi, atau pembedahan yang anda alami telah mempengaruhi kehidupan seks anda?
4)   Apakah hal tersebut menjadi kekhawatiran anda?
     Pertanyaan yang mungkin ditujukan kepada orang tua anak menurut Potter & Perry (2005) mencakup hal berikut:
1)   Apakah anda memperhatikan anak anda mengeksplorasi tubuhnya, mis, anak menyentuh penisnya?
2)   Apakah anak anda telah mulai mengajukan pertanyaan tentang dari mana berasal?
3)   Pernahkan anda membicarakan dengan anak anda tentang seks, kehamilan dan kontrasepsi?
     Remaja mungkin merespon dengan baik terhadap pertanyaan seperti pertanyaan tentang PMS atau apakah tubuh mereka telah berkembang dengan ukuran ( kecepatan) yang tepat.
1)   Bagaimana pandangan klien terhadap kekuatiran seksual mereka?
2)   Apa yang klien anggap sebagai penyebab dari kekuatiran tersebut?
3)   Apa yang klien anggap sebagai penyebab dari kekuatiran tersebut?
4)   Tindakan seperti apa yang klien cari untuk menghilangkan kekuatiran ini?
5)   Bagaimana klien menghendaki kekuatiran untuk diselesaikan dan apa tujuan mereka terhadap pengobatan?
     Pembahasan antar perawat dan klien dapat mencakup pertanyaan sebagai berikut:
1)   Bagaimana metode  yang digunakan berfungsi?
2)   Resiko apa saja yang terkandung dalam penggunaan metoda tersebut?
3)   Adakah kontraindikasi yang menyingkirkan  metoda tertentu?
4)   Bagaimana metoda tersebut akan mempengaruhi hubungan seksuala?
5)   Apakah pasangan merasa keberatan dengan metoda tersebut?
6)   Akankah metoda tersebut menyebabkan ketidaknyamanan?
7)   Apakah metode tersebut tersedia  secara bebas, terjangkau, dan mudah untuk digunakan?
8)   Akankah kedua pasangan merasa malu untuk menggunakan metoda tersebut?
9)   Apakah resiko terhadap kehamilan dapat diterima?
10)         Apakah ada alternatif  lainnya?
     Pengkajian fisik: perawat mengkaji  payudara dan genitalia internal dan eksternal klien, mengkaji reaksi klien, menjawab pertanyaan yang diajukan klien, dan memberikan informasi tentang pemeriksaan atau struktur anatomis dan fisiologis. Klien wanita dapat belajar untuk melakukan pemeriksaan payudara sendiri ( sadari ) selama pengkajian fisik, memilih untuk mengajarkan klien melakukan latihan kagel. Klien pria dapat belajar untuk melakukan pemeriksaan testis mandiri selama pengkajian fisik. Pengetahuan struktur anatomis skrotum normal membantu klien dalam mendeteksi tnda kanker serviks ( Potter & Perry, 2005 )
2.    Diagnosa
     Diagnosa keperawatan NANDA dalam Potter & Perry (2005) untuk perubahan kesehatan seksualitas:
a.    Perubahan pola seksualits yang berhubungan dengan: ketakutan tentang kehamilan, efek anthipertensif, konflik atau stressor perkawinan, depresi terhadap kematian atau perpisahan dari pasangan.
b.    Disfungsi seksual berhubungan dengan: cedra medulla spinalis, penyakit kronis, nyeri, ansietas terkait hospitalisai.
c.    Sindrom trauma perkosaan yang berhubungan dengan : ketidakmampuan untuk mendiskusikan pengalaman perkosaan masa lalu.
d.   Gangguan citra tubuh yang berhubungan dengan : efek mastektomi atau kolostomi yang baru dilakukan.
e.    Gangguan harga diri yang berhubungan dengan : kerentanan yang dirasakan setelah mengalami serangan infark miokardium, pola penganiayaan ketika masa kecil.
f.     Kurang pengetahuan yang berhubungan dengan: aktivitas seksual sebelum menikah, penggunaan kontrasepsi .
g.    Konflik pengambilan keputusan yang berhubungan dengan : aktivtas seksual sebelum menikah, penggunaan kontrasepsi.

3.    Intervensi
a.    Eksplorasi pengetahuan pasien tentang seksualitas dan praktik serta prilaku seksual saat ini.
b.    Jelaskan pada pasien atau orang terdekat bahwa aktivitas seksual harus di hentikan hanya bila keadaan area parineal mengalami inflamasi atau terdapat fistula atau abses
c.    Mendapatkan pengetahuan tentang perkembangan dan fungsi seksual pria dan wanita
d.   Mencapai atau mempertahankan secara biologis dan emosional praktik seksual yang sehat
e.    Menetapkan atau mempertahankan kepuasan seksual bagi diri sendiri dan pasangan
f.     Mencapai, mempertahankan atau meningkatkan harga diri yang positif dengan mengintegrasikan keyakinan cultural, keagamaan, dan etik
g.    Mencapai kembali, mempertahankan, atau mendapatkan fungsi seksual yang mencukupi untuk menghilangkan ansietas.

4.    Implementasi
     Menurut kozier (2010) implementasi secara umum adalah:
a.    Memberi pendidikan kesehatan seksual, misalnya pendidikan seks, perawat dapat membantu klien memahami anatomi mereka sendiri dan bagaimana tbuh mereka berfungsi.
b.    Pencegahan penyakit menular seksual, misalnya menjelaskan bahwa infeksi tricomons dan candida dapat juga melalui rute non-seksual. Peningkatan insiden penyakit ini disebabkan oleh dua factor yaitu:
1)      Perubahan moralitas seksual yang mengizinkan peningkatan aktivitas seksual
2)      Peningkatan jumlah pasangan seksual, karena istilah penyakit menular menimbulkan rasa malu.
3)      Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan
     Pencegahan kehamilan yang tidak diinginkan harus ditujukan kepada remaja dan pasangan yang telah merencanakan waktu kelahiran anak pertama mereka dan ingin mengatur jarak kelahiran serta membatasi anggota keluarga. Perawata harus familier  dengan berbagai metode kontarasepsi, kuntungan dan kerugiaannya.
5.    Evaluasi
     Menurut kozier (2010) Tujuan yang ditetapkan selama fase perencanaan di evaluasi berdasarkan hasil yang diharapkan juga ditetapkan selama fase tersebut. Apabila semua hasil belum tercapai, perawat harus menggali penyebab dengan pertanyaan berikut:
a.    Apakah factor risiko diidentifikasikan dengan benar?
b.    Apakah klien menunjukan semua rasa takut dan kekhawatiran yang signifikan mengenai seksualitas?
c.    Apakah klien lebih nyaman setelah diskusi mengenai maslah seksual
d.   Apakah klien memahami penyuluhan yang diberikan perawat?
e.    Apakah penyuluhan kesehatan sesuai dengan budaya dan nilai agama klien?
     Menurut potter & perry (2005) yang perlu di evaluasi yaitu:
a.    Pasien memiliki hak untuk mengetahui fungsi tubuh mereka dan untuk memprediksi perubahan perkembangan.
b.    Pasien mengekspresikan pengertian tentang kebutuhan perubahan dalam praktik seksual.

c.    Pasien mengungkapkan kekuatiran, berbagai aktivitas dan kepuasan, dan menunjukkan faktor resiko.
\DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental of Nursing Concept, process, and practice, seventh edition. USA: Pearson Edication
Potter, P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Bobak. L. J. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC




No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat