google adsense

Friday, August 4, 2017

KONSEP SOLUSIO PLASENTA

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KASUS SOLUSIO PLASENTA

A.    Pengertian
Abrupsio plasenta (solusio plasenta) adalah pemisahan prematur plasenta yang terimplantasi normal dari dinding uterus, yang mengakibatkan perdarahan retoplasenta setelah gestasi minggu ke-20 dan sebelum janin dilahirkan. Pada kira-kira 80% kasus, terdapat perdarahan vagina (hemoragi eksternal); pada sisanya, perdarahan tersembunyi (hemoragi tersembunyi). Solusio plasenta dapat bersifat parsial atau komplet. Pada solusio plasenta janin mempunyai kesempatan hidup bila abrupsio mengenai kurang dari 50% permukaan plasenta. Kematian janin adalah inevitable pada abrupsio komplet (Walsh, 2007).
Klasifikasi solusio plasenta yaitu :
1.      Derajat 0
Asimptomatik, didiagnosis setelah kelahiran dengan memperhatikan bekuan etoplasma kecil. Rupture sinus marginal termasuk dalam kategori ini.
2.      Derajat 1
a.       Perdarahan vaginal
b.      Nyeri  tekan dan tetani uterus mungkin
c.       Tidak ada tanda syok maternal atau pola denyut jantung janin abnormal
3.      Derajat 2
a.       Perdarahan vaginal eksternal mungkin ada atau tidak adak
b.      Nyeri tekan  dan tetani uterus ada
c.       Tidak ada tanda syok maternal
d.      Ada pola abnormal denyut jantung janin
4.      Derajat 3
a.       Perdarahan vaginal eksternal mungkin ada atau tidak ada.
b.      Tetani uterus nyata
c.       Nyeri abdomen menetap
d.      Syok maternal
e.       Kematian janin

B.     Etiologi
Etiologinya trauma abdomen, tali pusat pendek, polihidramnion, dekompresi uterus tiba-tiba, fibroid, anomaly uterin, plasenta sirkumvalat, dan gangguan hipertensif. Kecelakaan  kendaraan pada ibu dan pemukulan adalah dua sumber yang paling umum sebagai penyebab trauma tumpul pada abdomen. Abrupsio plasenta marjinal mencakup ruang intervilus dan vena pada tepi plasenta dan secara khas kurang serius disbanding abrupsio yang terjadi pada bagian tengah. Abrupsi bagian tengah dapat mengenai arteri yang menimbulkan kehilangan darah banyak karena peningkatan tekanan pada pembuluh darah. Ketika darah keluar ke dalam otot uterin, perubahan warna merah sampai keunguan pada permukaan serosa dapat terlihat. Ketika plasenta diimplantasi pada dinding anterior uterus, perubahan warna mungkin terlihat pada kulit. Hal ini dianggap bahwa perkembangan ini akan menimbulkan atoni dan memerlukan histerektomi untuk menyelamatkan nyawa ibu (Walsh, 2007).

C.     Tanda dan gejala
Tanda dan gejala bervariasi, tergantung pada lusnya abrupsio. Berikut tanda dan gejalanya :
1.      Perdarahan per vagina
2.      Nyeri tekan uterus
3.      Nyeri punggung
4.      DJJ abnormal
5.      anemia
6.      Hipertonus uterus
7.      Kematian janin
8.      Gerak janin menurun
9.      Tanda vital dapat abnormal sampai dengan syok
10.  Perut terasa tegang

D.    Patofisiologis
Trauma
Perdarahan ke dalam desidualbasalis
Terbelah & meninggal lapisan tipis pada miometrium
Terbentuk hematoma desidual
Penghancuran plasenta
Ruptur pembuluh arteri spinalis desidua
Hematoma retroplasenta
Pelepasan plasenta lebih banyak
Uterus tidak mampu berkontraksi optimal
Darah mengalir keluar dapat melepaskan selaput ketuban
Syok hipovolemik


E.     Penatalaksanaan
1.      Penatalaksanaan Medis
a.       Pemberian ringer laktat
b.      Persalinan secara sesaria apabila terjadinya distres janin, perdarahan berat, koagulopati, peningkatan tonus rahim istirahat
c.       Transfusi darah
2.      Penatalaksanaan Keperawatan
a.       Pemeriksaan laboratorium meliputi: hitung sel darah, golongan darah dan Rh, profil pembekuan dan uji silang darah
b.      Melakukan pemeriksaan non invasif curah jantung
c.       Pemasangan kateter tekanan intrauterin
d.      Evaluasi kesehatan janin dengan melakukan pemeriksaan non stres, profil biofisik, dan USG.



Proses Keperawatan pada Kasus Solusio Plasenta
1.      Pengkajian
Identitas pasien, riwayat penyakit, riwayat kesehatn sekarang, riwayat penyakit yang lalu, riwayat penyakit keluarga, sosial ekonomi, keadaan psikologis.
Data Subjektif.
a.       Klien merasa haus dan dingin
b.      Nyeri sedang sampai dengan berat
c.       Nyeri terutama pada abdomen atau uterus
Data objektif
a.       Takikardi
b.      Hipotensi
c.       Vertigo
d.      Diaporesis
e.       Proteinuria

2.      Diagnosa
Kriteria hasil
Implementasi
Rasional
Evaluasi
Diagnos keperawatan: penurunan curah jantung yang berhubungan dengan perdarahan hebat akibat solusio plasenta
Volume darah intravaskular dan curah jantung dipertahankan, ditandai dengan nadi normal, tekanan darah, dan laboratorium normal
Mengkaji dan mencatat tanda-tanda vital, tekanan darah , LOC, CVP/PAWP, perfusi perifer, masukan dan haluaran dari jumlah perdarahan

Membantu pemberi perawatan kesehatan atau memulai terapi cairan IV atau terapi penggantian darah sesuai program: memberi medikasi sesuai program pemberi perawatan kesehatan.
Pengkajian akurat status hemodinamik merupakan dasar perencanaan dan evaluasi intervensi.




Perbaikan volume vaskular memerlukan terapi IV dan intervensi farmakologi. Kehilangan volume darah harus diperbaiki untuk mencegah komplikasi lanjut, seperti infeksi, gangguan pada janin, dan gangguan pada sistem organ vital ibu.
Perdarahan berhenti dan profil hemodinamika membaik. Nilai laboratorium kembali normal.
Diagnosa keperawatan: Risiko tinggi infeksi yang berhubungan dengan anemia dan perdarahan akibat solusio plasenta
Pasien tetap merasa aman, secara fisiologis dibuktikan oleh tidak ada infeksi dan nilai laboratorium kembali normal.
Mengkaji dan mendokumentasi TTV, tekanan darah, nyeri tekan pada uterus, perubahan bau rabas vagina.

Memantau hasil laboratorium untuk melihat adanya perubahan diferensiasi atau peningkatan SDM.

Mengkaji janin untuk melihat adanya tanda infeksi intra uterin, seperti takikardia janin dan penurunan nilai profil biofisiologis.
Pengkajian kurat perubahan samar pada status pasien dapat mendeteksi tanda dini infeksi.
Pasien tetap afebril, bebas tanda infeksi selama 6 minggu berikutnya dan melahirkan janin yang matur.
Diagnosa keperawatan: resiko tinggi cedera (janin) yang berhubungan dengan penurunan perfusi uterin/plasenta akibat perdarahan
Janin akan tetap aman secara fisiologis, dibuktikan oleh uji non stres reaktif, nilai profil biofisik normal, tidak ada deselerasi lanjt selama persalinan, dan bayi lahir tanpa gangguan.
Memantau janin sedikitnya setiap hari untuk melihat adanya tanda takikardia, penurunan gerak, kehilangan reaktifitas pada uji non stres, dan adanya deselarasi pada pemantauan janin.

Mendapat profil biofisik sesuai program untuk mengkaji tanda infeksi intra uterin.

Mendapatkan pemeriksaan ultrasonografi sesuai program untuk mengevaluasi pertumbuhan janin dan volume cairan amnion.
Resiko janin untuk mengalami gangguan intra uterin meningkat: pengkajian yang cermat dan konsisten akan mengidentifikasi perubahan status janin secara dini sehingga intervensi dapat di implementasikan
Janin mencapai maturitas (gestatsi minggu 39) tanpa gangguan. Pada saat lahir, bayi menunjukkan nilai apgar normal (9/9), pH tali pusat (7,32), dan tidak memerlukan resusitasi. Berat badan bayi 3345 gram dan pulang bersama keluarganya pada hari ketiga pasca partum.

Daftar pustaka:
Bobak, I.M, Lowdermilk,D.L,Jensen,M.D. 2004.Buku Ajar Keperawatan Maternitas,Edisi 4.Jakarta:EGC.

Walsh, Linda V.2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta :EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat