google adsense

Monday, August 7, 2017

Kualitas Hidup Lansia, Aspek-aspek Kualitas Hidup dan Upaya Pemerintahan dalam Peningkatan Kesejahteraan Lansia

A.  Kualitas Hidup Lansia, Aspek-aspek Kualitas Hidup dan Upaya Pemerintahan dalam Peningkatan Kesejahteraan Lansia
1.    Definisi kualitas hidup
kualitas hidup mendeskripsikan istilah yang merujuk pada emosional, social, dan kesejahteraan fisik seseorang, juga kemampuan mereka untuk berfungsi dalam kehidupan sehari-hari (Donald, 2001).
Kualitas hidup merupakan persepsi individu dari posisi mereka dalam hidup ditinjau dari konteks budaya dan sistem nilai dimana mereka tinggal, dan berhubungan dengan standar hidup, harapan, kesenangan, dan perhatian mereka. Selain into, kualitas hidup  merupakn indicator penting untuk menilai keberhasilan intervensi pelayanan kesehatan, baik dari segi pencegahan maupun pengobatan (Suharmiati, 2003). Domain kualitas hidup tidak hanya mencakup domain fisik saja, namun juga mencakup kinerja dalam memainkan peran social, keadaan emosianal, fungsi-fungsi intelektual dan kognitif serta perasaan sehat dan kepuasan hidup (Croog dan Levine, 1998). (dalam Diana A., 2010)
World Health Organization Quality Of Life  ( WHOQOL) mendefinisikan kualitas hidup sebagai persepsi individu terhadap kehidupannya di masyarakat dalam konteks budaya dan sistem nilai yang ada yang terkait dengan tujuan, harapan, standar, dan juga perhatian. Selain itu, kualitas hidup dapat diartikan sebagai derajat dimana seseorang menikmati hidupnya. (Anton Purwanto, 2008). Hal ini sesuai dengan yang dikemukakan oleh Ahmad Munir (2010) bahwa keadaan fisik, psikologis, lingkungan tinggal banyak mempengaruhi kualitas hidup.
Menurut Neugarten, kualitas hidup adalah ukuran kebahagiaan dan mempunyai 5 aspek, yaitu:
a.    merasa senang dengan aktivitas yang dilakukan sehari-hari.
b.    Menganggap hidupnya penuh arti dan menerima dengan tulus kondisi hidupnya.
c.    Merasa telah berhasil mencapai cita-cita atau sebagian besar hidupnya
d.   Mempunyai citra diri yang positif
e.    Mempunyai sikap hidup yang optimistic dan suasana hati yang bahagia.

Kualitas hidup dalam hal ini merupakan suatu konsep yang sangat luas yang dipengaruhi oleh (Curtis, 2000):
a.    Kondisi fisik individu
b.    Psikologis
c.    Tingkat kemandirian
d.   Hubungan individu dengan lingkungan

2.    Aspek aspek kualitas hidup
Felce & Perry (1995) dalam Odom dkk (2007), mengkategorikan lima aspek dalam konsep kualitas hidup yang berbeda-beda rincian, tetapi secara umum penting untuk diketahui oleh orang-orang, dikembangkan berdasarkan literatur dan ini bagian dari keseluruhan penilaian kualitas hidup, yaitu:
a.    Kesejahteraan fisik (physical well-being)
Kesejahteraan fisik misalnya: kesehatan, kebugaran, dan keselamatan, mobilitas dan keamanan fisik. penyakit dan kegelisahan, tidur dan beristirahat, energi dan kelelahan, mobilitas, aktivitas sehari-hari, ketergantungan pada obat/medis dan kapasitas pekerjaan berpengaruh pada kesehatan fisik.
b.    Kesejahteraan material (material well-being)
Kesejahteraan material misalnya: pendapatan (termasuk didalamnya yaitu keamanan atau jabatan yang tetap), kekayaan, kualitas perumahan (misalnya privacy atau bersifat rahasia, kepemilikan/harta, makanan dan lingkungan sekitar). Dan alat transportasi.
c.    Kesejahteraan sosial (social well-being)
Kesejahteraan sosial misalnya: hubungan interpersonal, kegiatan masyarakat, dan penerimaan masyarakat. Menurut Notoadmodjo (2007), kesejahteraan sosial meningkatkan kualitas penghidupan dan kehidupan para lansia dengan memelihara dan meningkatkan taraf kesejahteraan sosial mereka serta melembagakan usaha kesejahteraan sosial bagi para lanjut usia.
d.   Kesejahteraan produktif (produktive well-being) atau aspek pengembangan dan aktivitas.
Kesejahteraan produktif terbagi dalam dua dimensi yaitu: kompetensi atau kemampuan (pilihan, pengendalian diri dan kebebasan) dan produktivitas atau kontribusi, Contohnya seperti: pekerjaaan, pendidikan dan pekerjaaan rumah tangga. Kesejahteraan produktif juga termasuk misalnya: pengembangan pribadi, penentuan nasib sendiri, pekerjaan yang berguna atau membangun.
e.    Kesejahteraan emosional (emotional well-being)
Kesejahteraan emosional misalnya: kebahagiaan, kepuasan dengan diri sendiri, bebas dari stress. Menurut Stanley dan Beare (2006), kesejahteraan emosional membantu lansia mempertahankan kesadaran tentang resiko dan situasi berbahaya yang mungkin terjadi. Aspek psikososial ini membuat lansia mampu membuat perubahan gaya hidup yang tepat.

Dimensi dari kualitas hidup berbeda dari satu studi ke studi yang      lainnya. Kualitas hidup dipandang subjektif dan objektif atau kedua-duanya dikonsepkan sebagai suatu yang tidak berdimensi atau multidimensi. Pandangan yang tidak berdimensi adalah seseorang yang ditanya untuk dievaluasi kualitas hidupnya dengan menggunakan satu indikator yang global atau secara keseluruhan, dan indikator ini sah dan dapat dipercaya. Pandangan multidimensi adalah seseorang yang mengevaluasi atau menilai kualitas hidup mereka berdasarkan pada beberapa kriteria (Frank & Stomborg, 1992)Menurut Gatersleben (2000), banyak teoritikus telah mencoba merumuskan aspek-aspek orang yang berusaha untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup mereka. Menurutnya empat konsep teoritis kualitas hidup dapat dibedakan yaitu:
a.    Indikator kualitas hidup objektif (sosial ekonomi)
Kualitas hidup telah didefinisikan secara objektif dengan mengartikan beberapa item seperti pendapatan, perumahan, fungsi fisik dan menghirup udara yang murni, namun indikator objektif tidak menyatakan kepada kita bagaimana perasaan individu dan pengalaman hidup mereka. Indikator objektif suatu kualitas hidup yaitu kondisi kesehatan, keadaan psikologis, dan kepuasan hidup (Frank & Stomborg, 1992).
Sebagian besar penelitian sosial ilmiah telah muncul tentang kondisi yang meningkatkan kualitas hidup manusia. indikator kualitas hidup objektif pada umumnya mengacu pada  kondisi masyarakat diukur secara objektif (Gatersleben, 2000).
b.    Indikator kualitas hidup subjektif (individual)
Indikator kualitas hidup subjektif merujuk kepada penilaian orang-orang dan evaluasi terhadap kondisi mereka. Studi pada indikator kualitas hidup menghubungkan ukuran subjektif dari keseluruhan kesejahteraan dengan sejumlah aspek subjektif terukur seperti pendapatan seorang individu dan tingkat pendidikan. Kesejahteraan subjektif bisa diukur dengan menanyakan kepada orang-orang bagaimana kebahagiaan mereka dengan kehidupan mereka pada umumnya atau dengan bertanya kepada mereka bagaimana apakah mereka puas dengan kehidupan mereka secara umum. Penelitian telah menunjukkan bahwa hampir semua orang merasa cukup senang (puas) dengan kehidupan mereka. Hanya dalam keadaan sangat miskin orang-orang cenderung merasa sedikit kurang bahagia (Gatersleben, 2000).

3.    upaya pemerintah dalam peningkatan kesejahteraan lansia
Menurut departemen sosial dalam notoadmojdo ( 2007 ), terdapat program pemerintah yaitu aksi nasional kesejahteraan lansia serta peningkatan kualitas  hidup lansia , yang bertujuan untuk :
a.    memberikan kesempatan bagi para lanjut usia yang potensial untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya, baik untuk berkarya lebih lanjut ataupun untuk pengembangan hobi mereka melalui lembaga – lembaga pendidikan dan pelatihan formal maupun nonformal.
b.    Memberikan kesempatan dengan memberdayakan para lanjut usia yang potensial dan produktif untuk  berkarya sesuai dengan kemampuan, pengetahuan dan pengalamnya.

c.    Meningkatkan dan memantapkan iman dan ketakwaan para lansia  sesuai agamanya ayau kepercayaannya terhadap Tuhan Yang maha Esa serta memandu pelaksanaannya dalam kehidupan sehari – hari. 

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat