google adsense

Monday, August 7, 2017

Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Menjelang Ajal

A.  Asuhan Keperawatan pada Lansia yang Menjelang Ajal
1.    Pengertian
Sakit gawat adalah suatu keadaan sakit, yang klien lanjut usia tidak dapat lagi atau tidak ada harapan lagi untuk sembuh. Pengertian kematian/mati adalah apabila seseorang tidak dapat lagi teraba denyut nadinya, tidak bernafas selama beberapa  menit, dan tidak menunjukan segala refleks, serta tidak ada kegiatan otak.
2.    Penyebab Kematian
a.    Keganasan (Karsinoma hati, paru, mammae)
b.    Penyakit kronis, misalnya:
1)   CVD (cerebrovascular diseases)
2)   CRF (chronic renal failure (gagal ginjal)
3)   Diabetes melitus (gangguan endokrin)
4)   MCI (myocard infarct (gangguan kardiovaskular)
5)   COPD (chronic obstruction ppulmonary diseases)
c.    Kecelakaan
3.    Ciri-ciri/ tanda klien lanjut usia menjelang kematian
a.    Gerakan dan penginderaan menghilang secara berangsur-angsur. Biasanya dimulai pada anggota badan, khusus kaki dan ujung kaki.
b.    Gerakan peristaltik usus menurun
c.    Tubuh klien lanjut usia tampak mengembung
d.   Badan dingin dan lembap, terutama pada kaki, tangan, dan ujung hidungnya.
e.    Kulit tampak pucat, berwarna kebiruan/kelabu.
f.     Denyut nadi mulai tidak teratur
g.    Nafas mendengkur berbunyi keras (stridor) yang disebabkan oleh adanya lendir pada saluran pernafasan yang tidak dapat dikeluarkan oleh klien lanjut usia.
h.    Tekanan darah menurun
i.      Terjadi gangguan kesadaran (ingatan menjadi kabur).

4.    Tahapan  Kematian
Tahap –tahap untuk itu tidak selamanya berurutan secara tetap tetapi dapat saling tindih kadang-kadang seorang klien lanjut usia melalui satu tahap tertentu untuk kemudian kembali lagi ke tahap itu. Lamanya setiap dapat bervariasi mulai dari beberapa jam sampai beberapa bulan, Aapbila suatu tahap tertentu berlangsung sangat singkat, bisa ;timbul kesan seolah-olah klien lanjut usia melompati satu tahap jika perawat memperhatikan secara seksama dan cermat.
a.    Tahap pertama (tahap penolakan)
Tahap ini adalah kejutan dan penolakan. Biasanya sikap itu ditandai dengan komentar : Saya? tidak mungkin. selama tahap ini klien lanjut usia sesungguhnya mengatakan bahwa maut menimpa semua orang kecuali dia. klien lanjut usia biasanya terpengaruh oleh penolaknnya sehingga ia tidak memperhatikan fakta-fakta yang mugkin sedang dijelaskan kepadanya oleh perawat. ia malahan dapat menekan apa yang telah ia dengar atau mungkin akan minta pertolongan dari berbagai macam sumber profesional dan non professional dalam upaya melarikan diri dari kenyataan bahwa maut sudah ada di ambang pintu.
b.    Tahap kedua (tahap marah)
Tahap ini ditandai oleh rasa amarah dan emosi yang tidak terkendalikan. klien lanjut usia itu berkata : Mengapa saya ? seringkali klin lanjut usia akan selalu mencela setiap orang dalam segala hal. ia mudah marah terhadap perawat dan petugas –petugas kesehatan lainnya terhadap apa saja yang mereka lakukan. pada tahap ini bagi klin lanjut usia lebih merupakan hikmah daripada kutukan . kemarahan di sini merupakan mekanisme pertahanan diri klin lanjut usia . akan tetapi, kemarahan yang sesungguhnya tertuju kepada kesehatan dan kehidupan. Pada saat ini perawat kesehatan harus hati-hati dalam memberikan penilaian dalam mengenali kemarahan dan emosi yang tak terkendalikan sebagai reaksi uyang terhadap kematian yang perlu diungkapkan.
c.    Tahap ketiga (tahap tawar-menawar)
Pada tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata: ya. benar, Aku, tetapi,… Kemaraahan biasanya mereda dank lien lanjut usia dapat menimbulkan kesana sudah dapat menerima apa yang sedang terjadi dengan sendirinya . akan tetapi, pada tahap tawar-menawar inilah banyak orang cenderung untuk menyelesaikan urusan rumah tangga mereka sebelum maut tiba, dan akan menyiapkan hal-hal seperti membuat surat dan mempersiapkan jaminan hidup bagi orang –orang tercinta yang ditinggalkan.
Selama tawar-menawar segala permohonan yang dikemukakan hendaknya dapat dipenuhi karena merupakan bagian dari urusan-urusan yang belum selesai dan harus dibereskan sebelum mati. misalnya klien lanjut usia mempunyai satu permintaan terakhir untuk melihat pertandingan olahraga , mengunjungi seorang kerabat, melihat cucu terkecuali, pergi makan di restorant, dan sebagainya. perawat dianjurkan memenuhi permohonan itu  karena tawar menawae membantu klien lanjut usia memasuki tahap-tahap berikutnya.
d.   Tahap keempat (tahap sedih)
Tahap ini klien lanjut usia pada hakekatnya berkata : “ya, benar aku”, ini biasanya merupakan saat-saat yang sedih, karena klien lanjut usia sedang dalam suasana berkabung karena di masa lampau ia sudah kehilangan orang yang dicintainya dan sekarang ia akan kehilangan nyawanya sendiri ,bersama dengan itu harus harus meninggalkan semua hal yang menyenangkan yang telah dinikmatinya . selama tahap ini klien lanjut usia cenderung untuk tidak banyak bicara dan sering menangis. saatnya bagi perawat untuk duduk dengan tenang di samping klien lanjut usia yang sedang melalui masa sedihnya sebelum mati.
e.    Tahap kelima (tahap akhir/tahap menerima)
tahap ini ditandai oleh sikap menerima kematian. Menjelang saat ini klien Lanjut Usia telah membereskan urusan-urusan yang belum selesai dan mungkin tidak ingin berbicara lagi oleh karena ia sudah menyatakan segala sesuatunya. tawar-menawar sudah lewat dan tibalah saat kedamaian dan ketenanagan. seseorang mungkin saja berada lama sekali dalam tahap menerima tetapi bukanlah tahap pasrah yang berarti kelelahan. Dengan kata lain, pasrah kepada maut tidak berarti menerima maut.
5.    Hak asasi klien menjelang kematian
Lanjut usia berhak unutk diperlakukan sebagai manusia yang hidup sampai ia mati. Adapun hak-hak lansia dalam Nugroho (2008) adalah:
a.    Berhak untuk tetap merasa mempunyai harapan, meskipun fokusnya dapat saja berubah.
b.    Berhak untuk dirawat oleh mereka yang dapat mnehidupkan terus harapan, walaupun dapat berubah.
c.    Berhak untuk merasakan perasaan dan emosi mengenai kematian yang sudah dekat dengan caranya sendiri.
d.   Berhak untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan mengenai perawatannya.
e.    Berhak untuk mengharapkan terus mendapatkan perhatian medis dan perawatan, walaupun tujuan penyembuhan harus diubah menjadi tujuan memberi rasa nyaman.
f.     Berhak untuk tidak mati dalam kesepian
g.    Berkah untuk bebas dalam rasa nyeri
h.    Berhak untuk memproleh jawaban yang jujur atas pertanyaan
i.      Berhak untuk tidak ditipu
j.      Berhak untuk mendapatkan bantuan dari dan untuk keluarganya dalam menerima kematian
k.    Berhak untuk mati dengan tenang dan terhormat
l.      Berhak untuk mempertahankan individualitas dan tidak dihakimi atas keputusan yang mungkin saja bertentangan dengan orang lain.
m.  Membicarakan dan memperluas pengalaman keagamaan dan kerohanian
n.    Berhak untuk mengaharapkan bahwa kesucian tubuh manusia akan dihormati sesudah mati.
6.    Proses keperawatan
a.    Pengkajian
Tujuan pengkajian adalah memberikan gambaran yang terus menerus mengenai kesehatan pasien yang memungkinkan tim perawatan merencanakan asuhan keperawatannya secara perseorangan.
Pengumpulan data dimulai dengan upaya unutk mengenal pasien dan keluarganya. Siapa pasien itu dan bagaimana kondisinya akan membahayakan jiwanya. Rencana pengobatan apa yang telah dilaksanakan? Tindakan pengobatan apa saja yang telah diberikan? Adakah dilaksanakan? Adakah bukti mengenai pengetahuannya, prognosisnya, dan pada tahap proses kematian yang mana pasien berada? Apakah menderita rasa nyeri? Apakah pasien menyadari keadaanya?
1)   Perasaan takut
Kebanyakan pasien merasa takut terhadap nyeri yang tidak terkendali yang begitu sering diasosiasikan dengan keadaan sakit terminal, terutama apabila keadaan itu disebabkan oleh penyakit yang ganas.perawat harus menggunakan pertimbangan yang sehta apabila sedang merawat orang sakit terminal. Perawat harus mengendalikan rasa nyeri pasien dengan cara yang tepat.
Perasaan takut yang muncul mungkin takut terhadap nyeri, walaupun secara teori, nyeri tersebut dapat diatasi dengan obat penghilang rasa nyeri, seperti aspirin, dehidrokodein, dan dektromoramid.
Semua orang akan mengalami kematian tersebut.dalam mengahdapi kematian ni, pada umumnya orang merasa takut dan cemas. Ketakutan dan kecemasan terhadap kematian ini dapat membuat pasien tegang dan stres.
2)   Emosi
Emosi pasien yang muncul pada tahap menjelang kematian, antara lain mencela dan  mudah marah.

3)   Tanda Vital
Perubahan fungsi tubuh seringkali tercermin pada suhu tubuh, denyut nadi, pernafasan, dan tekanan darah. Mekanisme fisiologi yang mengatur berkaitan satu sama lain. Setipa perubahan yang berlainan dengan keadaan yang normal dianggap sebagai indikasi yang penting untuk mengenali keadaan kesehatan seseorang.
4)   Kesadaran
Kesadaran yang sehat dan adekuat dikenal sebagai awas waspada, yang merupakan ekspresi tentang apa yang dilihat, didengar, dialami, dan perasaan keseimbangan, nyeri, suhu, raba, getar, gerak, tekan, dan sikap, bersikap adekuat, yaitu tepat dan sesuai. (Mahar Mardjono & P. Sidharta, 1981).
Tingkat Kesadaran
Tingkat Kesadaran
1
Komposmentis
Sadar sempurna
2
Apatis
Tidak ada perasaan/kesadaran menurun (masa bodoh)
3
Somnolen
Kelelahan (mengantuk berat)
4
Soporus
Tidur lelap patologis (tidur pulas)
5
Subkoma
Keadaan tidak sadar/hampir koma
6
Koma
Keadaan pingsan lama disertai dengan penurunan daya reaksi (keadaan tidak sadar walaupun dirangsang dengan apapun/tidak dapat disadarkan).

5)   Fungsi Tubuh
Tubuh terbentuk atas banyak jaringan dan organ. Setiap organ mempunyai fungsi khusus. Perawat mengkaji penurunan fungsi tubuh klien lansia menjelang ajal.

b.    Diagnosis keperawatan
1)   Gangguan pemenuhan kebutuhan oksigen yang berhubungan dengan adanya penyumbatan jalan nafas
2)   Keterbatasan pergerakan yang berhubungan dengan tirah baring lama.
3)   Cemas berhubungan dengan memikirkan penyakitnya dan keluarga.

c.    Intervensi
Diagnosis
Tujuan
Intervensi
Evaluasi
Gangguan kebutuhan oksigen
Kebutuhan oksiegn terpenuhi
§  Menciptakan lingkungan yang sehat
§  Mengamati keadaan pernafasan klien
§  Melatih klien untuk bernafas
Kebutuhan oksigenasi terpenuhi.

Keterbatasan pergerakan
Kebutuhan pergerakan
(sendi dan otot) terpenuhi
a.       Melatih range of motion
b.      Mengubah posisi setiap 2 jam sekali.
Kebutuhan pergerakan dapat terpenuhi
Kecemasan
Rasa cemas hilang/berkurang
Menciptakan lingkungan yang terapeutik:
a.       Memodifikasi lingkungan sesuai keinginan klien lansia.
b.      Mempertahankan suhu ruang yang sesuai.
c.       Memberikan pencahayaan yang cukup.
d.      Luangkan waktu untuk klien lansia dan keluarga untuk mendiskusikan perasaan dan emosinya.
Rasa cemas dapat hilang/berkurang

d.   Perawatan paliatif pada lanjut usia menjelang ajal
Perawatan paliatif adalah semua tindakan aktif unutk meringankan beban penderita, terutama yang tidak mungkin disembuhkan. Menghilangkan rasa nyeri dan keluhan lain serta memperbaiki aspek psikologis, sosial , dan spiritual (Nugroho, 2008).
Dalam memberi perawatan paliatif, tim tersebut harus berpijak pada pola dasar yang digariskan oleh WHO dalam Nugroho (2008), yaitu:
1)   Meningkatkan kualitas hidup dan menganggap kematian sebagai proses normal.
2)   Tidak mempercepat dan menunda kematian lanjut usia
3)   Menghilangkan nyeri dan keluhan lain yang mengganggu
4)   Menjaga keseimbangan psikologis dan spiritual
5)   Berusaha agar lanjut usia yang sakit tetap aktif sampai akhir hayatnya.

6)   Berusaha membantu mengatasi suasan duka cita keluarga klien lanjut usia.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat