google adsense

Monday, August 7, 2017

Konsep Keperawatan Jiwa Komunitas/Community Mental Health Nursing(CMHN)

G.    Konsep Keperawatan Jiwa Komunitas/Community Mental Health Nursing(CMHN)
1.      Pengertian CMHN
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas atau Community Mental Health Nursing (CMHN) adalah pelayanan keperawatan yang komperhensif, holistik, dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa, rentan terhadap stres dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan (Keliat, Panjaitan, & Daulima, 2005).
Pelayanan keperawatan yang holistik adalah pelayanan yang difokuskan pada aspek bio-psiko-sosio-kultural dan spiritual:
a.       Aspek fisik dikaitkan dengan kehilangan organ tubuh yang dialami anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dalam rangka adaptasi mereka terhadap kondisi fisiknya.
b.      Aspek psikologis dikaitkan dengan berbagai masalah psikologis yang dialami masyarakat seperti ketakutan, trauma, kecemasan maupun kondisi yang lebih berat dimana memerlukan pelayanan agar mereka dapat beradaptasi dengan situasi tersebut.
c.       Aspek sosial dikaitkan dengan kehilangan suami/isteri/anak, keluarga dekat, kehilangan pekerjaan, tempat tinggal, harta benda serta adanya konflik yang berkepanjangan pada masyarakat yang memerlukan pelayanan dari berbagai sector terkait agar mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
d.      Aspek budaya dikaitkan dengan budaya tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan.
e.       Aspek spiritual dikaitkan dengan nilai-nilai agama yang kuat di masyarakat yang dapat diberdayakan sebagai potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.

2.      Latar Belakang
Akibat gempa dan tsunami serta konflik berkepanjangan prevalensi pasien gangguan jiwa di Aceh diperkirakann meningkat. Buktinya ialah tingkat hunian rumah sakit jiwa Banda Aceh yang mencapai 140%. Kondisi ini belumlah seberapa bila dibandingkan dengan jumlah pasien gangguan jiwa yang ada di tengah masyarakat yang ditemukan pada BC CMHN yaitu lebih dari 4000 jiwa.
Masalah kesehatan jiwa di Aceh merupakan masalah kesehatan masyarakat. Untuk penanggulangan masalah ini tidak akan efektif apabila hanya dilakukan dirumah sakit jiwa atau rumah sakit umum atau puskesmas saja. Strategi penanganan yang langsung menyentuh masyarakat sangat diperlukan sehingga cakupan pelayanan menjadi lebih menyeluruh.
CMHN baru dikembangkan di aceh setelah terjadinya gempa dan tsunami. CMHN merupakan bentuk pelayanan keperawatan tang komprehensif, holistic dan paripurna berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,rentan terhadap stress dan dalam tahap pemulihan serta pencegahan kekambuhan. Perawat bekerja sama dengan pasien, keluarga dan tim kesehatan lain dalam melakukan tindakan yang bertujuan untuk memberdayakan pasien dan keluarga agar mampu mandiri memenuhi kebutuhan serta meningkatkan ketrampilan koping dalam menyelesaikan masalah ( FIK UI & WHO, 2010).
Pendekatan CMHN yang di lakukan di merupakan pendekatan asuhan keperawatan jiwa masyarakat yang di lakukan untuk mengantipasi kurangnya tenaga kesehatan jiwa(perawat dan psikiater). Pelatihan CMHN di fokuskan pada tenaga perawat sementara untuk konseling dan terapi medis dengan psikotropika dilakukan oleh dokter  melalui pelatihan GP plus. Salah satu pendekatan CMHN adalah melalui pembentukan desa siaga sehat jiwa (DSSJ) yaitu desa yang penduduknya memiliki kesiapan  sumber daya dan kemampuan untuk mengatasi masalah kesehatan jiwa secara mandiri. Pengembangan DSSJ di wilayah provinsi NAD memerlukan keterlibatan masyarakat desa setempat melalui strategi pemberdayaan masyakat yaitu dengan memilih orang orang yang tepat. Kader kesehatan jiwa merupakan sumber daya masyarakat yang perlu di kembangkan dalam pengembangan DSSJ. dengan kata lain CMHN memberikan keperawatan dengan metode yang efektif dalam merespon kebutuhan kesehatan jiwa individu, keluarga atau kelompok. Pada akhirnya diharapkan CMHN, GP+ dan KKJ secara bersama sama dapat menjadi kelompok terlatih yang kuat sehingga memungkinkan wilayah wilayah untuk menyediakan pelayanan kesehatan primer bagi individu dengan gangguan mental.

3.      Model Piramida Pelayanan Kesehatan Jiwa Komunitas Yang Dikembangkan Di Aceh (lampiran 2)

4.      Bentuk Pelayanan Keperawatan Komprehensif CMHN
     Pelayanan keperawatan komprehensif dapat diberikan pada masyarakat pasca bencana dengan kondisi masyarakat yang sangat beragam dalam rentang sehat-sakit yang memerlukan pelayanan keperawatan pada tingkat pencegahan primer, sekunder dan tersier. Pelayanan keperawatan kesehatan jiwa yang komprehensif mencakup  tingkat pencegahan yaitu :
a.         Pencegahan primer
          Fokus pelayanan keperawatan jiwa pada peningkatan kesehatan dan pencegahan terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa, mempertahankan dan meningkatkan kesehatan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang belum mengalami gangguan sesuai dengan kelompok umur yaitu anak-anak, remaja, dewasa dan lanjut usia lanjut. Kegiatan pencegahan primer diarahkan pada populasi sehat, termasuk memberikan informasi dan mengajarkan keterampilan pertahanan koping untuk mengurangi stress dengan tujuan menghindari gangguan mental. Perawat dapat mengajarkan keterampilan sebagai orang tua untuk mengasuh anak dengan baik. 
b.        Pencegahan sekunder
          Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini masalah psikososial dan gangguan jiwa serta penanganan dengan segera. Tujuan pelayanan adalah menurunkan kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang berisiko/memperlihatkan tanda-tanda masalah psikososial dan gangguan jiwa. Perawat dapat melakukan skrining untuk depresi pada tempat kerja.
c.         Pencegahan sekunder
          Fokus pelayanan keperawatan pada peningkatan fungsi dan sosialisasi serta pencegahan kekambuhan pada pasien gangguan jiwa. Perawat dapat memberikan pengobatan jangka panjang di klinik. Tujuan pelayanan adalah mengurangi kecacatan/ketidakmampuan akibat gangguan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota masyarakat yang mengalami gangguan jiwa pada tahap pemulihan.
5.      Peran Perawat
Menurut Effendy (1998), peranan yang dapat dilakukan oleh perawat kesehatan masyarakat diantaranya adalah :
a.       Pelaksana pelayanan keperawatan  ( provider of nursing care )
Peranan yang utama dari perawat kesehatan masyarakat adalah sebagai pelaksana asuhan keperawatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik yang sehat maupun yang sakit atau yang mempunyai masalah kesehatan apakah itu dirumah, di sekolah, puskesmas, panti , dan sebagainya sesuai dengan kebutuhannya. Perawat dapat membuat permainan yang menyenangkan untuk merilekskan pikiran dan menenangkan psikologi klien.

b.      Sebagai pendidik ( Health education )
Memberikan pendidikan kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat baik dirumah , puskesmas, dan di masyarakat secara terorganisisr dalam rangka menanamkan perilaku sehat sehingga terjadi perubahan perilaku seperti yang diharapkan dalam mencapai tingkat kesehatan yang optimal. Perawat dapat mengajarkan klien tentang hal-hal yang dapat dilakukan untuk menghilangkan penat untuk menghindari stress.
c.       Sebagai pengamat kesehatan ( health monitor )
Melaksanakan monitoring terhadap perubahan-perubahan yang terjadi pada individu keluarga, kelompok, dan masyarakat yang menyangkut masalah–masalah kesehatan dan keperawatan yang timbul serta berdampak terhadap status kesehatan , melalui kunjungan rumah, pertemuan-pertemuan, observasi dan pengumpulan data.
d.      Coordinator pelayanan kesehatan ( coordinator of services )
Mengkoordinir seluruh kegiatan upaya pelayanan kesehatan masyarakat dalam mencapai tujuan kesehatan melalui kerja sama dengan tim kesehatan lainnya sehingga tercipta keterpaduan dalam sistem pelayanan kesehatan. Dengan demikian pelayanan kesehatan yang diberikan merupakan suatu kegiatan yang menyeluruh dan tidak terpisah-pisah antara satu dengan yang lainnya.
e.       Sebagai pembaharu ( innovator )
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan sebagai agen pembaharu terhadap individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat, terutama dalam merubah perilaku dan pola hidup yang erat kaitannya dengan peningkatan pemeliharaan kesehatan.
f.       Pengorganisir pelayanan kesehatan ( organisator )
Perawat kesehatan masyarakat dapat berperan serta dalam memberikan motivasi dalam rangka meningkatkan keikutsertaan masyarakat individu , keluarga, kelompok, dan masyarakat dalam setiap upaya pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh masyarakat misalnya kegiatan posyandu , dana sehat, mulai dari tahap peencanaan , pelaksanaan sampai dengan tahap penilaian, sehingga ikut berpatisipasi dalam kesehatan pengembangan dan pengorganisasian masyarakat dalam bidang kesehatan .
g.      Sebagai panutan  ( role model )
Perawat kesehatan masyarakat harus dapat memberikan contoh yang baik dalam bidang kesehatan kepada individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat tentang bagaimana tata cara hidup sehat yang dapat di tiru dan dicontoh oleh masyarakat .
h.      Sebagai tempat bertanya ( fasilitator )
Perawat dapat dijadikan tempat bertanya oleh individu, keluarga, kelompok, dam masyarakat untuk memecahkan berbagai permasalahan dalam bidang kesehatan yang dihadapi sehari-hari, dan perawat diharapkan membantu memberikan jalan keluar dalam mengatasi masalah kesehatan yang mereka hadapi.
i.        Sebagai pengelola ( manager )
Sebagai pengelola, perawat diharapkan  dapat mengelola berbagai kegiatan pelayanan kesehatan dengan beban tugas dan tanggung jawab yang di embankan kepadanya. 

DAFTAR PUSTAKA
AIPNI (2010). Kurikulum pendidikan ners. Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L., Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito, L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin, Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari, D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak, Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis; Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
 Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek, Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo, Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart, G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S. Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto & Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC


No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat