google adsense

Monday, August 7, 2017

Konsep Model Keperawatan Kesehatan Jiwa

A.    Konsep Model Keperawatan Kesehatan Jiwa
1.    Teori Psikoanalisis (Sigmund Freud 1856-1939)
Teori psikoanalisis dikembangkan oleh sigmund freud (1856-1939) pada akhir abad ke-19 dan awal abad ke-20 di vienna, tepat freud menghabiskan sebagian besar hidupnya. Banyak praktisi psikoanalisi dan ahli teori tercatat lainnya memberi kontribusi pada ilmu pengetahuan ini, teapi freud adalah perintis yang tidak diragukan lagi. Banyak klinisi dan ahli teori tidak sependapat dengan banyak teori psikoaanlisi freud kemudian mengembangkan teori dan gaya terapi mereka sendiri.
Freud mengembangkan ide dan penjelasan awal tentang perilaku manusia dari pengalamannya meneliti beberapa klien, semua wanita yang memperlihatkan perilaku seperti gangguan penglihatan dan wicara, ketidakmampuan untuk makan, dan paralisis ekstremitas. Gejala ini tidak memiliki dasar fisiologi atau penyebab dan dengan demikian dianggap perilaku neurotik atau “histeris” wanita. Setelah lama penelitian wanita tersebut, freud menyimpulkan bahwa banyak masalah timbul akibat trauma masa kanak-kanak atau gagal menyelesaikan tugas perkembangan psikoseksual. Kebutuhan dan perasaan seksual yang tidak terpenuhi, juga peristiwa trauma, direpresi (dikeluarkan dari alam sadar). Perilaku histeris atau neurotik timbul akibat konflik yang tidak selesai. Pengalaman awal meneliti klien wanita membentuk dasar teori, keyakinan, dan metode terapi psikoanalisi freud.
Teori psikoanalisis mendukung gagasan bahwa semua perilaku manusia ada penyebabnya dan dapat dijelaskan (teori deterministik). Freud yakin banyak perilaku manusia dimotivasi oleh impuls dan naluri seksual yang direpresi.
a.          Komponen kepribadian : Id, Ego, dan Superego.
Freud mengonseptalisasi struktur kepribadian dalam tiga komponen: Id, Ego dan Superego. Id nerupakan bagian sifat individu yang mencerminkan naluri dasar atau bawaan, seperti perilaku mencari kesenangan, agresi, dan impuls seksual. Id mencari kesenangan instant, menyebabkan perilaku impulsif dan tidak dipikirkan, dan tidak mematuhi aturan atau konvensi sosial. Superego merupakan bagian sifat individu yang mencerminkan konsep moral dan etis, nilai, serta harapan sosial dan orang tua.
Oleh karena itu, superego secara langsung berlawanan dengan Id. Komponen ketiga, ego, merupakan kekuatan pengimbang atau penengah antara id dan superego. Ego dianggap menunjukkan perilaku dewasa dan adaptif yang memungkinkan individu berhasil menjalankan fungsinya di dunia. Ansietas diyakini  timbul akibat upaya ego menyeimbangkan naluri impulsif id dengan aturan ketat superego.
b.    Perilaku yang Dimotivasi oleh Pikiran dan Perasaan Alam Bawah Sadar
Kepribadian manusia diyakini berfungsi pada tiga tingkat kesadaran : conscious, preconscious, dan unconscious  (Gabbard, 2000). Conscious adalah persepsi, pikiran, dan emosi yang ada pada kesadaran individu, seperti sadar akan perasaan bahagia atau berpikir tentang seseorang yang dicintai. Pikiran dan emosi preconscious berada diluar kesadaran individu pada saat itu, tetapi dapat diingat kembali dengan sedikit upaya, misalnya individu dewasa mengingat apa yang dia lakukan, pikirkan, atau rasakan saat masih kanak-kanak. Unconscious alam pikiran dan perasaan yang memotivasi walaupun ia tiak menyadarinya sama sekali. Hal ini mencakup sebagian besar mekanisme pertahanan dan beberapa dorongan naluri atau motivasi. Menurut teori Freud,  memori tentang peristiwa trauma yang terlalau menyedihkan untuk diingat individu, direpresi ke keadaan unconscious.
Freud yakin bahwa banyak hal yang kita lakukan dan katakan dimotivasi oleh alam bawah sadar, pikiran atau perasaan yang ada pada tingkat kesadaran preconscious atau unconscious. “salah bicara Freudian” merupakan istilah yang biasa digunakan untuk menggambarkan salah bicara, misalnya berkata, “kamu kelihatan gemuk hari ini” kepada teman yang kelebihan berat badan, padahal anda ingin mengatakan “kamu terlihat menggemaskan hari ini”. Freud yakin “salah bicara“ ini bukan kejadian yang tidak disengaja atau kebetulan, tetapi merupakan indikasi perasaan atau pikiran alam bawah sadar yang tanpa sengaja mucul dalam percakapan sehari-hari.
c.    Analisis Mimpi Freud
Freud yakin bahwa mimpi individu mencerminkan lebih dari sekedar alam bawah sadar dan memiliki makna yang signifikan (Gabbard, 2000). Analisis mimpi, metode utama yang digunakan dalam psikoanalisis dilakukan dengan mendiskusikan mimpi klien untuk menemukan makna dan arti yang sebenarnya. Freud yakin bahwa mimpi bermakna karena mimpi mengungkap pikiran dan perasaan alam bawah sadar individu walaupun kadang kala makna mimpi tersebut tersembunyi atau simbolik. Misalnya, seorang klien wanita mungkin memberitahu bahwa ia terus bermimpi yang menakutkan tentang ular yang mengejarnya. Interpretasi freud adalah bahwa wanita tersebut merasa takut berhubungan intim dengan dengan pria.
Metode lain yang digunakan untuk memasuki pikiran dan perasaaan alam bawah sadar ialah asosiasi bebas. Di dalam asosiasi ahli terapi mencoba menemukan pikiran dan perasaan klien yang sesungguhnya dengan mengucapkan kata dan meminta klien berespon cepat dengan hal yang pertama terpikir oleh. Freud yakin bahwa respon yang cepat tersebut akan lebih mungkin untuk menemukan persaan atau pikiran alam bawah sadar atau yang direpresi
d.   Praktik psikolanalisis terkini
Psikoanalisis berfrokus pada upaya menemukan penyebab pikiran klien yang tidak disadari dan direpresi, perasaan, dan konflik yang diyakini menyebabkan ansietas, dan membantu klian memahami serta menyelesaikan konflik dan ansietas tersebut. Ahli terapi analisis menggunakan teknik asosiasi bebas, analisi mimpi dan interpretasi prilaku.
Psikoanalisis masih dipraktikkan saat ini, tetapi sangat terbatas. Analisis bersifat jangka panjang disertai sesi mingguan atau lebih sering selama berapa tahun.
2.      Teori intrapersonal
Harry Stack Sulivan (1892-1949) adalah psikiater kebangsaan Amerika yang mengembangkan teori perkembangan kepribadian yang mencakup arti hubungan interpersonal. Sulivan yakin kepribadian individu melibatkan lebih dari sekedar karakteristik individual, terutama bagaimana individu berinterkasi dengan orang lain. Ia berfikir bahwa hubungan yang tidak adekuat atau memuaskan minimbulkan ansietas, yang menurutnya merupakan dasar untuk semua masalah emosional (sulivan 1953). Pentingnya dan arti hubungan interpersonal dalam kehidupan individu mungkin merupakan kontribusi terbesar sulivan pada bidang kesehatan.
 Lima tahap kehidupan
Sulivan menetapkan lima tahap perkembangan kehidupan ( masa bayi, kanak-kanak, juvenil, praremaja, remaja), masing-masing berfokus pada bebagai hubungan interpersonal. Sulivan juga menjelaskan tiga  mode pengalaman kognitif perkembangan dan yakin bahwa gangguan jiwa berhubungan dengan persintesi salah satu mode sebelumnya. Mode prototaksis, karakteristik masa bayi dan kanak-kanak, mencakup pengalaman singkat yang tidak berhubungan satu sama lain. Penderita skizofrenia dewasa menunjukan pengalaman prototaksis persisnten. Mode parataksis dimulai pada masa kanak-kanak awalan ketika anaka mulai menghubungkan pengalaman secara berurutan. Anak mungkin tidak memahami makna logis pengalamannya dan mungkin melihat pengalaman tersebut sebagai kebetulan atau peristiwa yang terjadi begitu saja anak berupaya mengurangi ansietas dengan mengulangi pengalaman yang dikenalnya walaupun ia mungkin tidak memahami apa yang dilakukannya. Sulivan menjelaskan ide paranoid dan salah bicara sebagai hal yang dilakukan individu dalam mode parataksis. Pada mode sintaksis, yang mulai tampak pada anak usia sekolah dan menjadi lebih dominan pada masa praremaja, individu mulai mempersepsikan dirinya dan dunia dalam konteks lingkungan dan dapat menganalisis pengalaman di berbagai keadaan. Maturitas dapat di definisikan sebagai bentuk utama mode sintaksis (sulivan).
 Hubungan terapeutik perawat/ pasien
Hildegard Peplau (1909) adalah ahli teori dan klinis keperawatan. Peplau mengembangakan konsep hubungan terapeutik perawat/oasien yang meliputi empat fase :
a.       Fase orientasi diatur oleh perawat dan dilakuakan dengan melibatkan klien dalam terapi, memberi penjelasan dan informasi serta menjawab pertanyaan.
b.      Fase identifikasi dimulai ketika klien berhubungan  secara interdepnden dengan perawat, mengungkapkan perasaan dan mulai merasa lebih kuat.
c.       Fase eksploitasi klien menggunakan pelyanan yang ditawarkan dengan maksimal.
d.      Fase resolusi, fase yang tidak lagi membutuhkan pelayanan profesioanal dan menghentikan perilaku bergantung, hubungan berakhir.

3.      Teori Psikobiologis
Fokus pada teori psikobiologi adalah peran dari neurofisiologi, neurokimia, genetik dan endokrin yang berpengaruh pada penyakit jiwa. Perubahan yang terjadi pada neurobiologi dan molekuler biologi merupakan hal yang penting dan berkaitan dengan penyakit jiwa. Akibat dari malfungsi atau malforasi dari otak diantaranya adalah gangguan skizofrenia, skizoafektif, gangguan depresi bipolar, gangguan kecemasan dan panik, kurang perhatian, gangguan hiperaktif. Keadaan abnormalitas pada otak akan dapat menyebabkan respon neurobiologik yang maladaptif. Respon neurobiologik yang maladaptif berkaitan dengan kesehatan, lingkungan, sikap, dan perilaku individu.

4.      Model Sosial
a.       Tokoh
Dikemukakan oleh Szasz dan Caplan.
b.      Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Faktor sosial dan lingkungan menimbulkan stress, yang menyebabkan ansietas, dan mengakibatkan timbulnya gejala. Perilaku yang tidak dapat diterima atau menyimpang diartikan secara sosial dan memenuhi kebutuhan sistem sosial.
c.       Proses terapeutik
Pasien dibantu untuk menghadapi sistem sosial. Intervensi krisis dapat digunakan. Menipulasi lingkungan dan menunjukkan dukungan khusus juga diterapkan. Dukungan kelompok sebaya dianjurkan.
d.      Peran pasien dan ahli terapi
Pasien secara aktif menyampaikan masalahnya kepada ahli terapi dan bekerjasama dengan ahli terapi untuk menyelesaikan masalahnya. Menggunakan sumber yang ada di masyarakat. Ahli terapi mengkaji sistem sosial pasien dan membantu pasien menggunakan sumber yang tersedia atau menciptakan sumber baru.

5.      Model Eksistensial
a.       Tokoh
Dikemukakan oleh Peris, Glasser, Ellis, Rogers, dan Frankl
b.      Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Hidup akan bermakna bila seseorang dapat mengalami dan menerima diri sepenuhnya. Penyimpangan prilaku terjadi jika individu gagal dalam upayanya menemukan dan menerima diri. Menjadi diri sendiri dapat dialami melalui hubungan murni dengan orang lain.
c.       Proses terapeutik
Individu dibantu untuk mengalami kemurnian hubungan. Terapi sering dilakukan dalam kelompok. Pasien dianjurkan untuk mengkaji dan menerima diri serta dibantu untuk mengendalikan perilakunya.
d.      Peran pasien dan ahli terapi
Pasien bertanggung jawab terhadap perilakunya dan berperan serta dalam suatu pengalaman yang berarti untuk mempelajari tentang diri yang sebenarnya. Ahli terapi membantu pasien mengenal nilai diri. Ahli terapi mengklarifikasi realitas situasi dan mengenalkan pasien tentang perasaan tulus dan kesadaran diri.

6.      Model Suportif
a.       Tokoh
Dikemukakan oleh Werman dan Rockland
b.      Pandangan tentang penyimpangan perilaku
Masalah terjadi akibat faktor biopsikososial. Penekanan pada respon koping maladaptif saat ini.
c.       Proses terapeutik
Uji coba realitas dan tindakan peningkatan harga diri. Dukungan sosial diidentifikasi dan respon koping yang adaptif dikuatkan.
d.      Peran pasien dan ahli terapi

Pasien terlibat secara aktif dalam pengobatan. Ahli terapi menjalin hubungan yang hangat dan empati dengan pasien.

DAFTAR PUSTAKA
AIPNI (2010). Kurikulum pendidikan ners. Fakultas keperawatan universitas indonesia. Jakarta
Asmadi. (2008). Teknik Prosedural Keperawatan: konsep dan aplikasi kebutuhan dasar klien. Jakarta: Salemba Medika
Atkinson,L., Lita, Atkinson, C., Richard, dkk. (1992). Pengantar Psikologi Jilid I (edisi Ke-11). Batam: Interaksara
Carpenito, L. J. (1997). Buku saku: Diagnosa keperawatan. Edisi 6. Jakarta:EGC
Deglin, Judith Hopfer.( 2004). Pedoman Obat untuk Perawat Ed.4. Jakarta: EGC
Hawari, D.(2008) Manajemen Stres Cemas dan Depresi, Jakarta : Balai Penerbit FKUI
Hudak, Carolyn M. (1997). Keperawatan Kritis; Pendekatan Holistik. Jakarta EGC
 Isaacs, Ann.( 2004). Panduan belajar : keperawatan kesehatan jiwa dan psikiatrik. Edisi 3. Jakarta :EGC
Kaplan Harold I. (1998). Ilmu Kedokteran Jiwa Darurat. Jakarta : Widya Medika Kozier, B., Erb, G., Berman, A., & Snyder, S. J. (2010). Asepsis. Buku ajar fundamental keperawatan: Konsep, proses dan praktek.Ed. 7. Vol 2. Jakarta: EGC
Kee, Joyce L. (1996). Farmakologi: Pendekatan Proses Keperawatan. Jakarta: EGC
Keliat, B.A., Panjaitan, R.U., & Daulima, N.H.C., (2005). Proses keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Mycek, Mary J. (2001). Farmakologi: Ulasan Bergambar Ed. 2. Jakarta: Widya Medika
Potter & Perry (2005). Buku Ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik. Edisi 4 Volume 1. Jakarta: EGC
Pustaka familia. 2006. Konsep Diri Positif, Menentukan Prestasi Anak. Yogyakarta: Kanisius
Riyanti,B.P.,Prabowo, Hendro, dan Puspitawati, Ira. (1996). Psikologi Umum I (Seri Diktat Kuliah). Jakarta: Universitas Gunadarma
Stuart, G.W., & Sundeen, S.J., (1998). Buku Saku Keperawatan Jiwa (terjemahan). Edisi 3. Jakarta: EGC
Suliswati dkk. 2005. Konsep dasar keperawatan kesehatan jiwa. Jakarta : EGC
Sunaryo (2004). Psikologi Untuk Keperawatan. Jakarta: EGC
S. Hall, Calvin, dan Gardner Lindzey. (1993). Theories of Personality (terjemahan A. Supratika). Yogyakarta: Kanisius
Tarwoto & Wartonah. (2004). Kebutuhan dasar manusia dan proses keperawatan. Jakarta: Salemba Medika
Videbeck, Sheila. L. (2008), Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta. EGC
Wong, D. L, (2008). Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Edisi 6 Volume 1. Jakarta: EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat