google adsense

Friday, August 4, 2017

Asuhan Persalinan Normal Kala I dan II

A.  Asuhan Persalinan Normal Kala I dan II
1.    Definisi
     Persalinan adalah proses yang dimulai dengan kontraksi regular yang di ikuti dengan pembukaan dan penipisan serviks dan akhirnya melahirkan bayi. Peranan hormon tertentu dan signal dari bayi sendiri ikut memainkan peranannya. Saat di mulai persalinan dapat dicirikan dengan kontraksi regular menjadi semakin kuat dan sering, walaupun terjadi perubahan posisi atau berjalan terus-menerus. Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim menuju jalan lahir atau dengan jalan lain.
     Persalinan normal yaitu proses pengeluaran buah kehamilan cukup bulan yang mencakup pengeluaran bayi, plasenta dan selaput ketuban, dengan presentasi kepala (posisi belakang kepala ), dari Rahim ibu melalui jalan lahir ( baik jalan lahir lunak maupun kasar), dengan tenaga ibu sendiri ( tidak ada intervensi dari luar ). Dalam persalinan terdapat 4 kala persalinan ( Winkjosastro, 2005).
2.    Faktor esensial dalam persalinan
     Terdapat beberapa faktor esensial pada persalinan yaitu passenger ( penumpang, yaitu janin dan plasenta ), passageway ( jalan lahir ), powers ( kekuatan ) posisi ibu, dan psychologic respons.
a.    Passenger
     Cara passenger ( janin ) bergerak di sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa factor yaitu: ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap dan posisi janin. Plasenta juga dianggap sebagai penumpang yang memyertai janin. Namun plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kelahiran normal ( bobak, Lowdermilk & jenses, 2004).
     Penyulit yang terjadi pada janin, persalinan yang dapat dipersulit karena masalah-masalah janin, plasenta, tali pusat atau cairan amnion dan apabila terjadi posisi –posisi tidak lazim terjadi pada janin atau salah satu di antara hal-hal yang tersebut diatas maka kesulitan dalam persalinan akan terjadi.
b.    Passageway
     Jalan lahir ( passageway ) merupakan komponen yang sangat penting dalam proses persalinan yang terdiri dari jalan lahir tulang dan jaln lahir lunak. Proses persalinan merupakan proses mekanis yang melibatkan salah satunya adalah jalan lahir, jalan lahir merupakan komponen yang tetap, artinya dalam konsep obstetri modern tidak digunakan untuk dapat melancarkan proses persalinan kecuali jalan lahir lunak pada keadaan tertentu tanpa membahayakan janin.
c.    Power
     Ibu melakukan kontraksi involunter dan volunter secara bersamaan untuk mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi uterus involunter yang disebut kekuatan primer menandai dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunter dimulai untuk mendorong yang disebut kekuatan sekunder, yang memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
     Kelainan pada penyulit power berupa kelainan yang disebabkan oleh his ( kelainan tenaga). His yang normal dimulai dari salah satu sudut di fundus uteri yang kemudian menjalar merata ke seluruh korpus uteri dengan adanya dominasi, kemudian mengadakan relaksasi secara merata dan menyeluruh, hingga tekanan dalam ruang amnion kembali ke asalnya kurang lebih 10 mmHg ( Winkjosastro, 2002).
d.   Posisi ibu
     Wanita mungkin ingin melakukan beberapa posisi seperti jongkok ( Scherer, 1989; Gardosi, Sylvester, Lynch, 1989; Andrews, Chrzanowski, 1990; McKay, Roberts, 1990). Untuk posisi ini dibutuhkan alas yang keras dan wanita membutuhkan penyangga samping. Pada ranjang bersalin, tersedia palang untuk membantu wanita berjongkok ( Gbr.12-19). Posisi yang lain adalah posisi berbaring miring dengan tungkai atas ditahan oleh perawat atau pemimpin persalinan atau diletakkan di atas bantal. Sebagian wanita menyukai posisi Fowler ( dapat dilakukan menggunakan bantal penyangga berbentuk baji atau ditopang oleh ayah/ pasangan yang mendukungnya). Sebagian yang lain, menyukai posisi tangan dan lutut atau posisi berdiri saat mengedan. Apabila seorang wanita bertumpu pada kedua kaput femur, tekanan pada asetabulum akan menanbah diameter transversa pintu bawah panggul sampai satu cm. Hal ini akan bermanfaat, jika penurunan kepala lambat karena oksiput gagal berputar dari posisi lateral ( diameter transversa panggul ) ke posisi anterior (liu, 1989).
     Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologis persalinan. Posisi tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih hilang, memberi rasa nyaman, dan memperbaiki sirkulasi. Saat janin menuruni jalan lahir, tekanan bagian presentasi pada reseptor regang dasar panggul merangsang refleks mengedan ibu. Rangsangan reseptor regang ini akan merangsang pelepasan oksitosin dari hipofisis posterior ( refleks ferguson ). Pelepasan oksitosin menanbah intensitas kontraksi uterus. Apabila ibu mengedan pada posisi duduk atau berjongkok, otot-otot abdomen bekerja lebih sinkron ( saling menguatkan) dengan kontraksi rahim.
Hamil.
3.    Tahap pertama persalinan/kala 1
     Tahap pertama persalinan dimulai dengan kontraksi uterus yang teratur dan diakhiri dengan dilatasi serviks cepat. Perwatan dimulai ketika wanita melaporkan salah satu atau lebih hal-hal berikut (Bobak, Lowdermilk & Jensen, 2004):
a.       Awitan kontraksi uterus yang progresif, teratur, yang meningkat kekuatan , frekuensi dan durasinya.
b.      Rabas vagina yang mengandung darah (bloody show).
c.       Rabas cairan dari vagina (selaput ketuban pecah spontan).
     Kala I atau tahap pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap di mana kontraksi uterus minimal 2 kali dalam 10 menit. Menurut Winkjosastro (2005) fase pada kala 1 terbagi menjadi:
a.    Fase laten
     Pembukaan serviks yang berlangsung lambat di mulai dari 0 sampai ukuran diameter 3 cm selama 8 jam.
b.    Fase aktif
     Mulai dari pembukaan 3 cm hingga mencapai 10 cm yang berlangsung kira-kira 6 jam. Frekuensi dan lama kontraksi uterus umumnya meningkat dan di anggap adekuat. Fase aktif dibagi dalam 3 fase:
1)      Fase akselerasi yang berlangsung dalam waktu 2 jam d mana pembukaanya dari 3 cm sampai 4 cm.
2)      Fase dilatasi maksimal yang berlangsung dalam waktu 2 jam dan pembukaan berlangsung sangat cepat dari 4 cm sampai 9 cm.
3)      Fase deselerasi berlangsung lambat kembali dalam waktu 2 jam dan pembukaan menjadi 10 cm/lengkap.
4.    Proses keperawatan persalinan kala I
a.    Pengkajian
     Menurut bobak (2004), Pengkajian dimulai saat perawat pertama kali kontak dengan wanita, baik melalui telepon atau bertemu secara langsung. Kebanyakan wanita mula-mula akan menelpon rumah sakit untuk memastikan apakah sudah saatnya mereka datang kerumah sakit. Perilaku seorang perawat dalam berkomunikasi dengan wanita pada kontak pertama dapat memberi wanita itu kesan positif.
    Pertama-tama faktor-faktor dikaji untuk menentukan apakah wanita itu sudah mengalami persalinan sejati dan harus masuk rumah sakit (Cuningham, MacDonald, Gant 1993). Apabila seorang pasien menelpon dan belum dapat dipastikan apakah ia perlu masuk rumah sakit, perawat harus menyarankannya memanggil seorang pemberi jasa kesehatan atau datang kerumah sakit.
    Apabila seorang wanita datang ke unit prenatal, pengkajian perioritas utama. Perawat akan mengkaji sistem secara terinci melalui wawancara, pengkajian fisik, dan pemeriksaan laboratorium untuk menentukan status persalinan wanita itu.
1)   Formolir penerimaan
     Formulir penerimaan dapat memberi perawat arahan untuk memperoleh informasi penting dari seorang wanita yang akan melahirkan. Sumber informasi tambahan dapat diperoleh dari :
a)      Catatan prenatal
     Perawat yang bertugas di bagian penerimaan meninjau kembali catatan prenatal untuk mengidentifikasi kebutuhan dan resiko kebutuhan individual wanita itu.Apabila wanita itu tidak menjalani perawatan prenatal, gali alasan yang mendasari alasan tersebut.Apabila wanita itu merasa tidak nyaman, perawat sebaiknya mengajukan pertanyaan diantara kontraksi, ketika wanita itu dapat berkonsentrasi dengan lebih baik. Penting untuk mengetahui usia wanita sehingga perencanaan perawatan dapat disesuaikan dengan kelompok usianya. Hubungan tinggi dan berat badan juga penting diketahui untuk mengidentifikasi resiko disproporsi sefalovelvis (CPB).Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan adalah kesehatan umum, kondisi medis, status pernafasan, jenis dan waktu konsumsi makanan, dan riwayat pembedahan.
     Riwayat obstetri dan kehamilan pada masa lalu dan saat ini harus dikaji dengan teliti. Riwayat obstetri yang penting mencakup hal –hal berikut :
(1)   Kehamilan grafiditas
(2)   Kelahiran diatas usia viabilitas(sekitar kehamilan 22 minggu)
(3)   Persalinan dan kelahiran preterm
(4)   Abortus spontan dan abortus elektif
(5)   Jumlah anak yang hidup atau paritas
      Masalah obstetri lain yang perlu diperhatikan ialah; pendarahan per vaginam, hipertensi akibat kehamilan, anemia, diabetes kehamilan, infeksi (bakteri/PMS), dan imunodefisiensi. Apabila ini bukan persalinan dan pengalaman melahirkan yang pertama, penting bagi wanita itu untuk mencatat karakteristik pengalaman sebelumnya. Lama persalinan, jenis anastesi yang dipakai, dan jenis persalinan.
2)   Wawancara
     Keluhan atau alasan utama wanita datang kerumah sakit ditentukan dalam wawancara.Keluhan utama dapat berupa kantong air nya pecah dengan atau tampak kontraksi. Pada kasus ini, ia datang untuk pemeriksaan obstetri. Pemeriksaan obstetri dilakukan pada wanita yang tidak jelas apakah persalinannya telah dimulai.Hal ini bertujuan mendiagnosis persalinan tanpa menerima pasien secara resmi mengurangi atau menghindari beban biaya pada pasien.Pasien tersebut diperiksa untuk melihat tanda-tanda prodromal persalinan dan awal terjadinya kontraksi yang teratur.Ia diminta untuk menjelaskan hal-hal berikut:
a)      Frekuensi dan lama kontraksi
b)      Lokasi dan karakteristik rasa tidak nyaman akibat kontraksi (mis. Sakit pinggang, rasa tidak enak pada suprapubis)
c)       Menetapnya kontraksi meskipun terjadi perubahan posisi saat ibu berjalan atau berbaring
d)     Keberadaan dan karakter rabas atau show dari vagina
e)      Status membran amnion, mis semburan atau rembesan cairan.
3)   Pemeriksaan laboratorium dan diagnostik
a)      Spesimen Urine
     Spesimen urine diperoleh untuk membantu mempertahankan data mengenai kesehatan wanita.Prosedur ini mudah dilakukan dan dapat memberi keterangan tentang status hidrasi (berat jenis, warna, jumlah), status gizi (keton), komplikasi yang mungkin terjadi.
b)      Pemeriksaan Darah
     Protokol pemeriksaan darah berbeda-beda disetiap rumah sakit dan tergantung kepada riwayat kesehatan pasien.Contoh pemeriksaan minimal adalah pemeriksaan hematokrit, dimana specimen diperoleh dengan memakai sentrifus pada unit perinatal. Apabila golongan darah wanita belum ditentukan, darah akan diambil untuk penentuan golongan dan faktor Rh. Apabila telah dilakukan pemeriksaan golongan darah, pemberi jasa kesehatan dapat memilih untuk mengulang pemeriksaan itu.
c)      Ruptur Ketuban
     Selaput ketuban (kantung air) dapat pecah dengan spontan setiap saat selama persalinan.Perawat bertanggung jawab memantau DJJ selama beberapa menit segera setelah ketuban pecah (ROM), untuk menentukan kesejahteraan janin dan mencatat hasil pengkajian. Ketuban pecah akitifisial (AROM) kadang-kadang dilakukan untuk membantu persalinan atau untuk menempatkan monitor internal karena keadaan janin sulit diperhatikan melalui tindakan eksternal.
4)   Faktor-faktor psikososial
     Penampilan dan perilaku wanita serta pasangannya secara keseluruhan merupakan petunjuk yang berharga tentang jenis dukungan yang ia akan perlukan. Faktor-faktor yang perlu dikaji adalah sebagai berikut:
a)      Interaksi verbal
     Apakah wanita itu bertanya “Dapat ia meminta apa yang ia perlukan”?apakah pasanganya mengambil alih semua pembicaraan? Apakah wanita itu berbicara kepada orang-orang yang mendukungnya? Apakah ia berbicara bebas dengan perawat atau hanya berespon terhadap pertanyaan yang diajukan?
b)      Bahasa tubuh
Apakah ia tampak santai atau tegang? Sejauh mana tingkat kecemasaannya? Bagaimana ia bereksi terhadap sentuhan perawat dan pendukungnya? Apakah ia mengubah posisi atau berbaring diam dengan kaku? Apakah ia menghindari kontak mata? Dimana pasangannya duduk? Apakah ia tampak letih?berapa banyak ia beristirahat dalam beberapa hari terakhir?
c)      Kemampuan persepsi
     Apakah ia memahami apa yang perawat katakan?adakah hambatan dalam bahasa?apakah tingkat kecemasannya membuatnya membutuhkan penjelasan berulang-ulang?dapatkah ia mengulang kembali?apa yang disampaikan kepadanya atau apakah ia tampak mengerti?
d)     Tingkat kenyamanannya
     Sejauh mana wanita itu mengekspresikan apa yang ia alami?bagaimana ia
Bereaksi terhadap kontraksi?apakah ada tanda-tanda non verbal tehadap rasa nyeri yang dialaminya?apakah ia mengeluh tentang perawatannya?mengeluh kepada pasangannya?mampukah ia meminta suatu tindakan unytuk mengurangi rasa tidak nyamannya?
5)   Stres dalam persalinan
     Wanita yang bersalin biasanya akan mengutarakan berbagai kekhawatiran jika dtanya, tetapi mereka jarang dengan spontan menceritakannya. Oleh karena itu, penting sekali bagi perawat untuk menanyai wanita apa yang ia harapkan agar tidak terjadi salah pengertian atau menfganjurkan klien untuk bertanya kepada tenaga kesehatan tentang suatu masalah. Contoh kekhawatiran yang sering diutarakan wanita yang bersalin: apakah bayi saya akan baik-baik saja? Apakah saya akan bertahan dalam persalinan ini?.
     Tanggung jawab perawat terhadap wanita yang sedang bersalin adalah menjawab pertanyaan-pertanyaannya atau perupaya mencari jawaban untuknya, memberi klien atau keluarga/orang terdekat klien itu dukungan, merawat klien bersama dengan orang yang diinginkan wanita itu untuk menjadi pendukungnya, dan menjadi penasihatnya. Perawat menjelaskan kepada wanita itu bahwa ia tidak diharapkan memperlihatkan sikap khusus dan pengharapan yang harus dimilikinya adalah bahwa ia akan memperoleh seorang bayi
6)   Faktor budaya
     Faktor budaya adalah penting untuk mengetahui ltar belakang etnik/budaya wanita untuk mengantisipasi intervensi perawatan yang mungkin perlu ditambahkan atau dihilangkan dalam rencana perawatan individu.Apabila suatu permintaan khusus bertentangan dengan protokol yang ada, wanita harus dianjurkan untuk bertanya kepada pemberi jasa kesehatan untuk menulis permintaan khusus itu. Contohnya, pada beberapa budaya, sudah merupakan tradisi untuk membawa plasenta pulang kerumah; sedanghkan pada budaya lain wanita harus diberi makanan bergizi selama bersalin.
7)   Pemeriksaan fisik
     Pemeriksaan awal mencakup pemeriksaan sistem umum, perasat leopold untuk menentukan presentasi janin, posisi janin, dan titik intensitas maksimun untuk mendengar denyut jantung janin(DJJ), pengkajian kontraksi uterus, pemeriksaan vagina untuk mengkaji dilatasi dan penipisan servik, dan status membran/cairan amnion. Pasien sering kali memusatkan perhatiannya pada kontraksi karena hal itu merupakan petunjuk yang jelas tentang seberapa jauh persalinan telah berlangsung.
a)      Pengkajian sistem secara umum
     Pengkajian sistem secara singkat perlu dilakukan oleh perawat, termasuk pemeriksaan jantung, paru-paru, kulit: adanya edema di tungkai, di muka, ditangan, sakrum; dan reflek tendon dalam serta klones. Tanda-tanda vital dan tekanan darah dikaji saat wanita masuk rumah sakit.Pemeriksaan dilakukan mengetahui apakah hasil normal dan untuk menjadi dasar perbandingan pengkajian selanjutnya.Kemudian tekanan darah harus diukur kembali 30 menit kemudian untuk memperoleh data setelah wanita berelaksasi. Suhu dipantau untuk mengetahui adanya tanda-tanda infeksi
b)      Perasa leopold(palpasi abdomen)
     Setelah wanita berada ditempat tidur, perawat memintannya untuk berbaring terletang sebentar sehingga perawat dapat melakukan perasat leopold. Perasat ini memberi petunjuk mengenai (1) jumlah janin, (2) bagian presentasi, letak dan sikap janin, (3) seberapa jauh penurunan janin kedalam panggul, dan (4) lokasi PMI, dan DJJ pada abdoment wanita.
Gambar 2.


                                                            


c)      Auskultasi denyut jantung janin
     Penting bagi wanita untuk mengerti kaitan lokasi PMI DJJ dengan presentasi, letak dan posisi janin.pengkajian resiko tinggi komplikasi persalinan dapat didiagnosis berdasarkan variasi faktor-faktor ini.PMI DJJ adalah tempat pada abdomen ibu, dimana DJJ paling keras terdengar.Tempat ini biasanya di punggung janin.PMI juga membantu penentuan posisi janin.Pada presentasi perteks, DJJ terdengar dibawah umbilikus ibu, baik pada kuadran baewah kiri atau kanan abdomen.Pada presentasi sungsang, DJJ terdengar diatas umbilicus ibu.Dengan turunnya janin dan terjadinya rotasi dalam, DJJ terdengar pada tempat yang lebih rendah dan lebih dekat ke garis tengah abdomen ibu.
d)     Pengkajian kontraksi uterus
     Karakteristik berikut menjelaskan:
(1)   Frekuensi seberapa sering kontraksi uterus terjadi; periode waktu antara awal suatu kontraksi dan awal kontraksi berikutnya atau dari puncak ke puncak
(2)   Intensitas, kekuatan kontraksi yang paling besar
(3)   Durasi periode waktu antara awal dan akhir suatu kontraksi
(4)   Tonus istirahat ketegangan otot uterus diantara kontraksi
     Cara yang paling sering digunakan untuk mengukur kontraksi uterus adalah palpasi atau pemantauan aktifitas listrik eksternal atau internal. Frekuensi dan durasi kontraksi dapat ditentukan dengan menggunakan ketiga metode diatas dalam memantau aktifitas uterus.Palpasi adalah metode yang kurang akurat dalam menentukan intensitas kontraksi uterus. Istilah-istilah berikut dipakai untuk menggambarkan yang dirasakan selama palpasi:
(1)   Lemas fundus sedikit tegang dan mudah membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.
(2)   Moderat fundus, keras dan sulit membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.
(3)   Kuat fundus kaku, seperti karton dan hampir tidak mungkin membentuk lekukan jika ditekan dengan ujung-ujung jari.
e)      Periksa dalam
     Pemeriksaan dalam memberi keterangan apakah seorang wanita sudah memasuki persalinan sejati dan memungkinkan pemeriksa menentukan apakah selaput ketuban telah pecah.Persalinan dimulai dengan pecahnya ketuban secara spontan (SROM) pada hampir 25% wanita hamil aterm. Ada selang waktu, jarang melebihi 24 jam yang mendahului awal persalinan.
b.    Diagnosa
     Diagnosa keperawatan memberi petunjuk jenis tindakan perawatan yang perlu diterapkan dalam rencana perawatan.Dalam menegakkan diagnosis keperawatan, perawat menganalisis makna temuan yang didapatkan selama pemeriksaan. Diagnosa yang mungkin muncul :
1)      Nyeri yang berhubungan dengan kontraksi yang kuat
2)      Defisit volume cairan yang berhubungan dengan kurangnya masukan cairan
3)      Gangguan pertukaran gas, janin, yang berhubungan dengan posisi maternal dan hiperventilasi
4)      Ansietas yang berhubungan dengan kurang pengetahuan tentang prosedur pemeriksaan fisik, belum berpengalaman menjadi orang tua.
5)      Distres spiritual ibu yang berhubungan dengan ketidakmampuan mencapai hal yang diharapkan.
c.    Intervensi
     Perawat dan pasien menentukan dan memprioritaskan hasil akhir yang diharapkan dengan berorientasi pada pasien.Penyusunan rencana bersama pasien penting untuk mengimplementasikan hasil akhir yang diharapkan. Sepanajng kala pertama persalinan wanita akan melakukan hal-hal berikut :
1)      Menunjukkan kemajuan persalinan yang normal
2)      Menyatakan puas terhadap bantuan orang-orang yang mendukungnya dan staf keperawatan.
3)      Menyatakan secara verbal keinginannya untuk berperan serta dalam persalinan dan sebisa mungkin berpartisipasi selama persalinan.
4)      Terus menunjukkan kemajuan normal selama persalinan, sememntara itu DJJ tetap dalam batas-batas normal tanpa ada tanda disstres.
5)      Mempertahankan status hidrasi yang memadai melalui masukan peroral dan perintravena
6)      Berkemih sekurang-kurangnya setiap 2 jam untuk mencegah distensi kandung kemih.
7)      Dorong pendukung untuk berpartisipasi dengan memberi kata-kata yang menghibur dan melakukan tindakan untuk mengurangi rasa nyeri dan membuat rileks.
d.   Implementasi
1)      Mengajarkan pasien tentang tehnik pernapasan (tarik nafas dari hidung tahan sampai hitungan  ke 3, 1..2..3.., buang nafas pelan-pelan dari mulut, bisa diulangi 5 sampai 8X).
2)      Mendukung dan menganjurkan suami atau anggota keluarga yang lain untuk mendampingi pasien selama proses persalinan.
3)      Memberikan cairan dan nutrisi kepada pasien.
4)      Mengajarkan kepada pasien cara meneran yang efektif (bila kontraksi, pasien tarik nafas dari mulut… tahan…angkat kepala lihat perut lalu meneran, buang nafas dari mulut secara perlahan-lahan, ulangi sampai bayi nya lahir).
5)      Menjelaskan kepada  pasien beberapa alternative  posisi ( duduk, jongkok, miring) bersalin dan berikan pilihan sesuai posisi yang diinginkan pasien.
6)      Menganjurkan pasien untuk mengosongkan kandung kemih secara rutin.
7)      Menganjurkan pasien untuk hygiene umum (mandi, sikat gigi).
8)      Mancatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dalam partograf.
e.    Evaluasi
     Perawat harus dengan teliti mengkaji setiap interaksi dengan calon ibu dan keluarganya dan dengan kritis menilai sejauh mana hasil akhir perawatan yang diharapkan tercapai. Hasil berikut mencerminkan perawatan yang efektif:
1)      Pasien  menunjukkan kemajuan persalinan yang normal sementara DJJ tetap dalam batas normal tanpa ada tanda-tanda stress janin.
2)      Pasien  menunjukkan rasa puas terhadap bantuan dari pendukungnya dan sifat perawat.
3)      Pasien  menyatakan keinginannya untuk berpartisipasi dalam perawatannya selama persalinan dan berpartisipasi sebatas kemampuannya selama persalinan.
4)      Pasien  mempunyai status hidrasi yang mmadai dan dapat  mengosongkan kandung kemihnya sesuai kebutuhan
5)      Pasien  dapat member  tahu pendukungnya dan staf perawat tentang tindakan yang membantu untuk mengurangi nyeri dan untuk membantu nya rileks.
5.    Tahap persalinan kala II
     Tahap kedua persalinan adalah dimana janin dilahirkan. Tahap ini dimulai dari dilatasi serviks lengkap (10 cm) dan berakhir dengan lahirnya bayi (Bobak, 2004). Ada tujuh gerakan cardinal pada janin adalah:
a.    Engagement
     Turunnya kepala bayi secara biparietal diameter (biasanya wajah bayi menghadap kebagian kanan ibu), karena pintu atas panggul memiliki bagian transversal lebih lebar dari muka-belakang, sedangkan kepala bayi lebih lebar muka belakang dibanding biparietal (kiri-kanan kepala).
b.    Penurunan
     Kepala bayi masuk kedalam rongga pelvis atau disebut juga lightening. Kepala bayi mulai menyesuaikan diri terhadap jalan lahir (moulage).
c.    Fleksi
     Flexion artinya kepal bayi menekuk (menundukkan kepala, sehingga dagu menempel ke dada).
d.   Putaran paksi dalam
     Rotasi internal terjadi saat kepala mencapai dasar panggul, hal ini untuk mengakomodasi perubahan ukuran panggul yang mana pada dasar panggul diameter terbesar adalah depan-belakang.
e.    Ektensi
     Setelah rotasi interna sempurna, maka selanjutnya kepala bayi akan keluar dari vagina berturut-turut kepala, muka dan dagu.
f.     Putaran paksi luar
     Setelah kepala bayi diluar, maka kepala akan kembali keposisi semula yaitu menghadap ke bagian kanan ibu, menyesuaikan dengan badan yang masih berada dalam rahim.
g.    Kelahiran
     Selanjutnya bahu depan (bahu kanan) bayi lahir, diikuti bahu belakang (bahu kiri), badan dan kaki bayi.
Gambar 2.16. proses kelahiran bayi
Fase-fase kala II adalah
a.    Fase pertama
     Pada fase pertama dimulai ketika wanita mengatakan bahwa ia ingin mengedan, biasanya pada puncak kontraksi. Wanita mungkin mengeluhkan peningkatan nyeri
b.    Fase kedua
     wanita semakin ingin mengedan dan seringkali mengubah posisi untuk mencari posisi mengedan yang lebih nyaman
c.    Fase ketiga
     bagian presentasi sudah berada di perenium dan usaha mengedan menjadi paling efektif untuk melahirkan
6.    Asuhan keperawatan pada kala II persalinan
a.    Pengkajian
     Tanda-tanda yang dapat menunjukan bahwa kala/tahap kedua telah dimulai adalah:
1)   Muncul keringat tiba-tiba di bibir atas
2)   Muntah
3)   Asliran darah meningkat
4)   Ekstremitas gemetar
5)   Semakin gelisah, ada pernyataan “Saya tidak tahan lagi”
6)   Usaha mengedan yang involunter
Tabel 2.4. Kemajuan kala II persalinan
Kriteria
Fase 2
Kontraksi (kekuatan)
Sangat kuat sekali
Frekuensi
2 sampai 2 ½ menit
Penurunan
Meningkat dan reflex ferguson* menjadi aktif
Stasiun show: warna dan jumlah
+2 sampai +4
Aliran darah merah tua, meningkat bermakna
Usaha mengedan spontan
Rasa mengedan semakin tidak tertahankan
Vokalisasi
Suara keras atau menghembuskan nafas dengan bersuara, member tahu saat kontraksi muncul
Perilaku ibu
Merasa ingin mengedan
Mengubah pola pernafasan, menahan nafas empat sampai lima detik dengan bernafas secara teratur diantaranya lima sampai tujuh kali setia kontraksi
Mengeluarkan suara yang keras dan menghembuskan nafas dengan bersuara
Sering mengubah posisi

b.    Diagnosa keperawatan
1)      Resiko tinggi cedera pada ibu dan janin berhubungan dengan penggunaan maneuver  valsava secara kontinu
2)      Rendah diri situasional berhubungan dengan
a)      Kurang pengetahuan tentang efek normal dan efek menguntungkan bersuara (vokalisasi) selama mengedan
b)      Ketidakmampuan untuk bertahan dalam proses melahirkan tanpa obat
3)      Koping individu tidak efektif berhubungan dengan pengarahan persalinan yang berlawanan dengan keinginan fisiologis wanita untuk mengedan
4)      Nyeri berhubungan dengan usaha mengedan dan distensi perineum
5)      Ansietas berhubungan dengan ketidakmampuan mengendalikan defekasi saat mengedan
6)      Ansietas berhubungan dengan deficit pengetahuan dalam hal sebab-sebab sensasi pada perineum
7)      Resiko tinggi cedera pada ibu berhubungan dengan posisi tungkai ibu pada penopang kaki tidak tepat
8)      Rendah diri situasional pada ayah berhubungan dengan ketidakmampuan mendukung ibu dalam tahap akhir persalinan
c.    Intervensi
1)   Lakukan upaya untuk meredakan nyeri, yaitu:
a)      Mengubah posisi
b)      Memberi perawatan mulut
c)      Menjaga kebersihan ranjang agar tetap kering
d)     Menghindari keributan dan suara percakapan diluar atau hal lain yang mengganggu konsentrasi (seperti tertawa, pembicaraan staf didalam atau luar kamar bersalin. Wanita dianjurkan untuk member tahu tindakan lain yang ia perlukan)
2)   Pertimbangan Perinatal
a)      Suplai, Instrumen,dan perlengkapan
Intervensi:
(1)     Siapkan meja persalinan atau case cart selama fase transisi pada wanita nulipara dan selama fase aktif pada wanita multipara
(2)     Siapkan instrument persalinan:
(3)     Alat untuk menyikat: sikat untuk menggosok, sikat kuku, bahan pembersih, dan masker dengan pelindung atau kaca mata pelindung
(4)     Gaun dan sarung tangan steril untuk pemberi jasa kesehatan, selimut dan handuk steril untuk menyelimuti wanita dan instrument steril lain (seperti tabung suntik, benang jahit, dan larutan anastetik) disusun diatas meja steril
(5)     Wadah dan air steril untuk mencuci tangan selama proses melahirkan
(6)     Bahan untuk membersihkan vulva (wadah steril, air steril, larutan pembersih)
(7)     Selimut dan ranjang bayi dihangatkan. Bahan untuk perawatan profilaksis mata bayi dan suntikan vitamin K
(8)     Perlengkapan kedaruratan, anastesia, laringoskop, dan bahan-bahan tersedia dan berfungsi dengan baik jika diperlukan dalam keadaan darurat, seperti mengontrol perdarahan ibu atau mengontrol disres pernafasan bayi
(9)     Bahan tambahan (anastesik, oksitosik untuk injeksi, dan forsep kebidanan)
b)      Posisi ibu
(1)     Posisi jongkok, dibutuhkan alas yang keras dan penyangga samping. Pada ranjang bersalin, tersedia palang untuk membantu wanita berjongkok
(2)     Posisi berbaring miring, tungkai atas ditahan oleh perawat atau pemimpin persalinan atau diletakkan diatas bantal
(3)     Posisi fowler, dapat dilakukan menggunakan bantal penyangga berbentuk baji atau ditopang oleh pasangan yang mendukungnya
(4)     Posisi berdiri, beban tubuh akan bertumpu pada kedua kaput femur, tekanan pada esetabulum akan menambah diameter transversa pintu bawah panggul sampai satu cm
c)      Upaya mengedan
(1)   Dorong wanita untuk mengedan saat mereka merasa ingin mengedan dari pada member arahan untuk mengedan terlalu lama
(2)   Pantau pernafasan wanita sehingga tidak menahan napas lebih lama dari lima detik setiap kali mengedan
(3)   Ingatkan wanita untuk mengambil napas dalam untuk mengisi kembali paru-paru setiap kali kontraksi selesai
(4)   Untuk memastikan persalinan kepala janin berjalan lambat, anjurkan wanita untuk mengendalikan keinginannya untuk mengedan, yaitu dengan mengarahkan wanita untuk bernafas pendek dan cepat keras atau menghembuskan nafas perlahan melalui bibir sewaktu kepala bayi muncul
d)     Denyut jantung janin
(1)   Jika DJJ melambat atau variabilitas menurun, minta wanita berbaring miring untuk mengurangi tekanan vena kava asenden dan aorta desenden pada uterus
(2)   Berika oksigen dengan masker pada kecepatan 10 sampai 12 L/mnt.
e)      Mekanisme melahirkan
(1)   Bersama wanita dan pasangannya, perawat menilai tanda-tanda utama persalinan
(2)   Sesaat sebelum lahir, otot perineum akan semakin teregang, dan bila perlu dilakukan episiotomy, inilah saat untuk melakukannya agar memiinimalkan kerusakan jaringan lunak
(3)   Perawat mengendalikan kelahiran kepala dengan cara:
(a)      Member tekanan kearah rectum, menarik kebawah untuk membantu fleksi kepala sewaktu kepala bagian belakang berada dibawah simfisis pubis
(b)     Member tekanan kearah atas dari daerah koksigeus untuk meluruskan kepala sewaktu kelahiran sebenarnya berlangsung sehingga otot perineum terlindung
(c)      Membantu ibu melakukan kendali volunteer usaha mengedan dengan memimpinnya bernafas pendek dan cepat
(d)     Untuk melindungi jaringan ibu, harus diusahakan agar kelahiran berlangsung tahap demi tahap untuk mencegah cederra intracranial pada bayi
(e)      Bila tali pusar melilit pada leher, perawat harus melepas tali pusat dengan perlahan dari kepala, apabila lilitan ketat, maka tali pusat diklem dua kali, putuskan diantara kedua klem dan lepaskan dari lilitan leher sebelum melanjutkan proses kelahiran
(f)      Usapkan kasa basah pada hidung untuk membersihkan lender dan darah
(g)      Masukan balon pompa kedalam mulut dan oroofaring untuk menyedott isi mulut dan orofaring
(h)     Selanjutnya, kepala ditarik kearah bawah dan belakang untuk membantu bahu anterior muncul dibawah lengkung simfisis dan menggelincir dibawah arkus pubis.
(i)       Dalam keadaan normal, bahu dilahirkan dengan sedikit tarikan ke bawah untuk mencegah trauma pada perineum, lalu kepala diangkat keatas kea rah simfisis pubis, sehingga bahu dilahirkan melalui perineum
(j)       Sewaktu fleksi lateral berlangsung, tangan perawat menahan berat bayi untuk mencegah trauma periniumsedikit rotasi tubuh kearah kanan atau kiri dapat dilakukan untuk membantu kelahiran
(k)     Jika bayi sudah dilahirkan, tali pusat dapat langsung diklem
(l)       Perawat menanyakan pada pasangan wanita apakah ia ingin memotong tali pusat
(m)   Jika ya, perawat member satu gunting bersih dan member intruksi untuk memotong tali pusat 2,5 cm diatas klem
d.    Evaluasi
Hasil yang diharapkan:
1)   Wanita berpartisipasi aktif dalam proses persalinan, baik ia maupun janinnya
2)   Tidak mengalami cedera selama proses melahirkan
3)   Wanita mampu memperoleh kelegaan /ketenangan

4)   Memperoleh dukungan dari anggota keluarga yang dipilihnya
Daftar Pustaka

Barrios, Diana. 2010. Post Partum: Maternal Physiologic Changes. Merritt Collage.
Bahiyatun. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Nifas Normal. Jakarta: EGC
Bobak. 2004. Buku ajar keperawatan maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC

Carpenito, Lynda Juall. 2009. Diagnosis Keperawatan Aplikasi pada praktik klinis. Edisi 9. Jakarta: EGC

Cunningham, F. G. et. al. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Hamilton, Persis Mary. 1995. Dasar – dasar keperawatan maternitas. Ed. 6 . Jakarta: EGC
Hidayati, Ratna. 2009. Asuhan Keperawatan pada Kehamilan Fisiologis dan patologis. Jakarta: Salemba Medika.
Henderson, Christine. 2005. Buku ajar konsep kebidanan. Jakarta : EGC
Lauralee, Sherwood. 2001. Fisiologi manusia dari sel ke sistem. Jakarta : EGC
Llwellyn-Jones, Derek. 2001. Dasar-dasar obstetric dan ginekologi. Jakarta : Hipokretes
Perry, Shannon E. 2010. Maternal child nursing care. Jakarta : EGC
Potter, Patricia A. 2005. Buku ajar fundametal keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Jakarta: EGC
Rabe, Thomas. 2002. Buku saku ilmu kebidanan. Jakarta : Hipokrates
Rachimhadhi, T. 2010. Ilmu kebidanan. Ed. 4. Jakarta: Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
Saleha, 2009. Asuhan kebidanan pada masa nifas. Jakarta: Salemba Medika
Susan L. Elrod & William D. Stanfield. 2006. Genetika, edisi 4. Jakarta : Erlangga
Swearingen, P. L. 2000. Keperawatan medikal bedah edisi 2. Jakarta: EGC
Walsh, Linda V.2007. Buku Ajar Kebidanan Komunitas. Jakarta :EGC
Wiknjosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Jakarta: Yayasan Rachimhadhi Sarwono Prawirohardjo.




No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat