google adsense

Monday, August 7, 2017

Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera

A.    Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera
A.    Konsep Pencegahan Jatuh dan Cedera
1.        Pengertian jatuh dan kaitannya dengan cedera
Jatuh merupakan 90% jenis kecelakaan yang dilaporkan dari seluruh kecelakaan yang terjadi di rumah sakit. Resiko jatuh lebih besar dialami klien lansia. Selain lansia, riwayat jatuh terdahulu, masalah pada sikap berjalan dan mobilisasi, hipotensi postural, perubahan sensorik, disfungsi saluran dan kandung kemih dan beberapa kategori diagnose medis tertentu seperti kanker, penyakit kardiovaskular, neurologi dan serebrovaskuler dapat meningkatkan resiko ini.
Jatuh dan cedera terkait telah memiliki beberapa definisi (close, elise & hooper,1999; masud,2001). Jatuh dapat dipicu oleh 2 faktor utama yaitu intrinsic dan ekstrinsik. Factor intrinsic adalah mereka yang memiliki asal usul fisiologis, dan factor ekstrinsik adalah mereka berasal dari bahaya lingkungan atau lainnya. Kegunaan dalam membedakan antara kedua factor risiko tersebut akan memudahkan untuk mengidenfikasi strategi pencegahannya. Menurut tinetti, speechly, dang inter (tinetti, speechley & ginter, 1998).mjatuh pada populasi geriatric yang tidak dirawat didefinisikan sebagai “sebuah peristiwa yang menngakibatkan mereka jatuh atau terbaring di atas tanah atau lantai yang bukan di sebabkan oleh factor intrinsic seperti stroke. Sedangkan “Agostini, Barker, dan Bogardus (2001) mengdopsi definisi bagi pasien yang dirawat pada pelayanan kesehatan akut dan kronik dan mengidentifikasikan jayuh sebagai hal yang terjadi tanpa di sengaja terjatuh atau terbaring di tanah, lantai, atau tingkat rendah lainnya, tetapi bukan sebagai akibatdari factor eksternal.

2.        Penyebab jatuh sebagai kesalahan medis
Jatuh sangat berkaitan dengan kesalahan medis: “kegagalan tindakan yang direncanakan (yaitu, kesalahan penatalaksaan) atau “penggunaan rencana yang salah untuk mencapai tujuannya” (yaitu, kesalahan perencanaan), kesalahan penatalaksanaan merupakan kegagalan dalam melakukan tindakan yang sudah direncanakan seperti penempatan bell panggilan yang jauh dari pasien (committee on Data Standards for Patient safety, 2003; Committee on quality of healt care in America, 1999).

3.        Dampak cedera yang diakibatkan dari jatuh
Dari hasil laporan kecelakaan pada pelayanan keperawatan akut yang digunakan oleh American Nurses Association, Dational Database of Nursing Quality Indikators (ANA-NDNQI), cedera yang diakibatkan oleh jatuh dapat dikategorikan sebagai berikut:
a.       None; tidak adanya cedera sekunder akibat jatuh
b.      Minor; mengindikasikan cedera tersebut memerlukan intervensi sederhana.
c.       Moderate; menunjukkan luka yang membutuhkan jahitan atau balutan.
d.      Major; cedera yang memerlukan operasi dan pemeriksaan lebih lanjut (misalnya; untuk cedera neurologis)
e.       Dead; mengacu pada hasil cedera berkelanjutan akibat jatuh (American Nurses Assosiation).

4.        Pencegahan Jatuh Dan Cedera
Untuk mencegah dan mengurangi resiko jatuh dan cidera di rumah sakit, maka perawat bisa memaksimalkan penggunaan penyangga tempat tidur dan restrain.
a.       Penyangga tempat tidur
Sisi pembatas tempat tidur juga mencegah klien yang tidak sadar jatuh dari tempat tidur atau dari brankar. Tetapi, penggunaan sisi pembatas tempat tidur untuk klien yang disorientasi menyebabkan kebingungan yang lebih besar dan cedera yang lebih berat.




Gambar 2.6 Tempat tidur pasien dewasa dengan pembatasnya.



Gambar 2.7 Tempat tidur pasien bayi/anak.
 

b.      Restrain
Restrain adalah salah satu dari sekian banyak peralatan yang digunakan untuk membatasi mobilisasi klien. Penggunaan dan pemasngan restrain memiliki lima kriteria:
1)        Restrain membatasi gerakan klien seminimal mungkin.
2)        Restrain tidak mengganggu pengobatan atau memperberat masalah kesehatan klien.
3)        Restrain mudah diganti atau dilepas
4)        Restrain tidak perlu mencolok
Ada beberapa jenis restrain. Restrain yang paling banyak digunakan adalah:
1)        Restrain jaket (restrain rompi)
Gambar 2.8 contoh restrain jaket/restrain  rompi
 


2)        Restrain sabuk (Restrain tali tubuh)
Gambar 2.9 contoh restrain sabuk


3)        Restrain sarung tangan atau Restrain tapak tangan
Gambar 2.10 contoh restrain sarung tangan
 



4)        Restrain ekstremitas
Gambar 2.11 contoh restrain ekstremitas
 


5)        Kursi “geriatri” dan kursi roda yang digunakan untuk membatasi aktivitas klien juga dapat di anggap sebagai restrain
Gambar 2.12 contoh restrain kursi geriatri




6)        Restrain mumi
Gambar 2.13 contoh restrain mumi

7)        Restrain siku
Gambar 2.14 contoh restrain siku
 

5.        Proses keperawatan pada pasien jatuh dan cedera
a.       Pengkajian
1)      Riwayat keperawatan
2)      Pengkajian fisik
a)      Perubahan muskuloskeletal:
(1)     Kekuatan dan fungsi otot  menurun
(2)     Sendi menjadi kurang dapat digerakkan
(3)     Postur tubuh, umumnya menjadi kifosis
(4)     Rentang gerak terbatas
b)      Penurunan sistem saraf:
(1)   Seluruh reflek volunter menjadi lebih lamban.
(2)   Penurunan kemampuan berespon terhadap stimulus dalam jumlah yg banyak.
(3)   Panca indra menjadi kurang efesien.
c)      Perubahan sensorik:
(1)     Penglihatan perifer dan akomodasi lensa menurun
(2)     Lensa berubah menjadi opasitas
(3)     Ambang stimulus terhadp cahaya dan nyeri meningkat
(4)     Gangguan pendengaran karena nada frekuensi tinggi kurang dapat dipersepsi.
d)     Genitauria
(1)   Peningkatan nokturia
(2)   Peningkatan terjadinya inkontinensia
Tabel 2.5 Faktor resiko cedera
Faktor resiko
Tindakan pencegahan
Penglihatan buruk
Pastikan bahwa kacamata klien berfungsi dengan baik
Pastikan pencahayaan tepat
Tandai jalan ke arah pintu dan tepi anak tangga jika perlu
Pertahankan keteraturan lingkungan
Disfungsi kognitif (bingung, disorientasi, gangguan daya ingat atau hambatan pembuatan keputusan)
Buat batasan aktivitas yang aman
Singkirkan benda yang membahayakan
Gangguan gaya berjalan atau keseimbangan atau kesulitan berjalan karena disfungsi ekstremitas bawah
Gunakan sandal atau sepatu yang pas di kaki dengan sol antiselip
Gunakan alat bantu ambulasi jika perlu (tongkat, kruk, walker, rungkup/ penompang kursi roda)
Dorong olahraga dan aktivitas sesuai toleransi untuk mempertahankan kekuatan otot, fleksibilitas sendi dan keseimbangan
Pastikan kerapian lingkungan dengan kerapian karpet yang terpasang baik
Kesulitan untuk berdiri dan duduk di kursi atau bangkit dari tempat tidur
Dorong klien untuk meminta bantuan
Pertahankan posisi tempat tidur dalam posisi yang rendah
Lengkapi kamar mandi dengan susur tangan
Naikkan dudukan toilet
Hipotensi ortostatik
Minta klien untuk berdiri secara perlahan dari posisi berbaring ke posisi duduk, kemudian ke posisi berdiri, diam di tempat selama beberapa detik sebelum mulai bejalan
Sering berkemih atau menggunakan dieretic
Sediakan kursi buang air di tempat tidur
Bantu pasien berkemih secara teratur dan terjadwal
Kelemahan akibat proses penyakit atau terapi
Dorong klien untuk meminta bantuan
Pantau toleransi aktivitas klien
Regimen pengobatan saat ini yg meliputi penggunaan sedative, hipnotik, obat penenang, narkotik, analgesik dan diuretic
Naikkan penyangga tempat tidur pertahankan penyangga tempat tidur tetap terpasang walaupun posisi tempat tidur rendah
Pantau orientasi dan status kewaspadaan
Diskusikan bagaimana alkohol dapat menyebabkan cedera jatuh
Dorong peninjauan terhadap semua obat resep setiap tahun atau lebih sering

e)      Mengevaluasi Lingkungan Rumah Klien
(1)   Eksterior rumah
                                                                                      (a)     Apakah trotoar tidak rata?
                                                                                     (b)     Apakah anak tangga dalam kondisi baik?
                                                                                      (c)     Apakah pencahayaan adekuat?
                                                                                     (d)     Apakah anak tangga mempunyai pegangan tangan dipinggir tangannya?
(2)   Kamar tidur
                                                                                      (a)     Apakah ketinggian tempat tidur dapat dijangkau dengan mudah?
                                                                                     (b)     Apakah cahaya untuk siang hari & malam hari sudah adekuat?
(3)   Bahaya akibat listrik dan kebakaran
                                                                                      (a)     Apakah kabel listrik berada dalam kondisi baik?
                                                                                     (b)     Apakah alat-alat listrik berada jauh dari tempat cuci, bak/pancuran?
                                                                                      (c)     Apakah bahan-bahan hasil pembakaran telah dibuang dengan tepat?
(4)   Interior rumah
                                                                                      (a)     Apakah ada lampu yang dinyalakan pada malam hari?
                                                                                     (b)     Apakah lantai tidak licin?
                                                                                      (c)     Apakah funitur cukup kuat untuk diduduki?
(5)   Dapur
                                                                                      (a)     Apakah tersedia fasilitas untuk  mencuci tangan?
                                                                                     (b)     Apakah tempat yang bersih untuk menyimpan makanan?
                                                                                      (c)     Apakah cairan pembersih yang tersimpan tidak terjangkau oleh anak?
b.      Diagnosa dan Intervensi Keperawatan
1)   Dx1: Resiko cedera yang berhubungan dengan pencahayaan yang buruk dan lingkungan rumah yang kacau.
Tabel 2.6 Intervensi untuk diagnosa I pada pasien risiko cedera
Intervensi
Rasional
Berikan sesi pengajaran ketiga selama 20 menit tentang mengidentifikasi dan menghindari bahaya atau jatuh dan cedera, dan meningkatkan keamanan
Konseling dan pengajaran meningkatkan kewaspadaan klien terhadap bahaya
Minta klien untuk melengkapi daftar keamanan di rumah untuk mengidentifikasi adanya potensi resiko terhadap keamanan
Pemeriksaan yang menyeluruh terhadap potensial terjadinya bahaya dapat meningkatkan pengetahuan pencegahan resiko
Tempatkan sedikitnya lampu sebesar 75 watt pada seluruh ruangan
Pencahayaan yang baik akan mengurangi bahaya pada lingkungan dan mengurangi resiko jatuh.
Amankan pegangan pada bak mandi dari area pencuran
Pegangan dan permukaan yang tidak licin mengurangi resiko jatuh

2)   Dx2: Resiko cedera berhubungan dgn hambatan mobilitas fisik.
Tabel 2.7 Intervensi untuk diagnosa II pada pasien risiko cedera
Intervensi
Rasional
Kaji secara teratur fungsi motorik (jika timbuk suatu keadaan syok spinal/edema yang berubah) dengan mengintruksikan pasien untuk melakukan gerakan seperti mengangkat bahu, merenggangkan jari-jari, menggenggam tangan pemeriksaan atau melepas genggaman pemeriksa
Mengevaluasi keadaan secara khusus (gangguan sensorik-motorik dapat bermacam-macam dan tidak jelas). Pada beberapa lokasi trauma mempengaruhi tipe dan pemilihan intervensi
Berikan suatu alat agar pasien mampu untuk meminta pertolongan, seperti bel atau lampu pemanggil
Membuat pasien memiliki rasa aman, dapat mengatur diri dan mengurangi ketakutan karena di tinggal sendiri
Tempatkan pasien pada tempat tidur kinetik jika diperlukan
Imobilisasi yang efektif kolumna spinal dapat menstabilkan kolumna spinal dan meningkatkan sirkulasi sistemik, yang dapat mengurangi komplikasi karena imobilisasi
Konsultasi dengan ahli terapi fisik/terapi kerja dari tim rehabilitasi
Membantu dalam merencanakan dan melaksanakan latihan secara individual dan mengidentifikasi/mengembangkan alat-alat bantu untuk mempertahankan fungsi, mobilisasi dan kemandirian pasien.

c.       Evaluasi
1)   Membandingkan kriteria hasil dengan tujuan yang ditetapkan selama tahap yg di harapkan.
2)   Jika tujuan telah trcapai maka intervensi keperawatan dianggap efektif dan tetap.
3)   Jika tidak tercapai, maka perawat harus menentukan apakah ada risiko baru yg berkembang pd klien/apakah resiko sebelumnya tetap ada.
4)   Klien dan keluarga harus berpartisipasi untuk menentukan cara permanen untuk mengurangi risiko yang mengancam keamanan.
5)   Perawat mengkaji kebutuhan klien dan keluarga secara terus menerus untuk menentukan pelayanan dukungan tambahan seperti perawat di rumah, terapi fisik.
6)   Hasil yang diharapkan meliputi lingkungan fisik yang aman, pengetahuan klien tentang faktor-faktor yang menjunjung keamanan dan tindakan pencegahan,dan klien terbatas dari cedera.
 REFERENSI

Corwin, E. J. 2000. Buku saku patofisiologi. (Brahm U. Pendit, et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Guyton, A. C. 1990. Fisiologi manusia dan mekanisme penyakit. (Petrus Andrianto, Penerjemah).  Jakarta: EGC.
Harrison. 1999. Prinsip-prinsip ilmu penyakit dalam. (Ahmad H. Asdie, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Kozier, B. et al. 2010. Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Vol.2. (Pamilih Eko K., et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Potter, A. Patricia, Perry, A. Griffin. 2005. Fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik. Ed.4 Vol.2. (Renata Komalasari, Penerjemah). Jakarta: EGC.
Price, S. A. 2005. Patofisiologi: konsep klinis proses-proses penyakit. (Brahm U. Pendit, et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.
Smeltzer, Suzane C. 2001. Buku ajar keperawatan medikal-bedah Brunner & Suddarth. (Agung Waluyo, et. al., Penerjemah). Jakarta: EGC.

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat