google adsense

Friday, August 4, 2017

KONSEP ABORTUS

ABORTUS
A.    PENGERTIAN
Abortus (abortus, abortion) adalah berakhirnya kehamilan melalui cara apapun sebelum janin mampu bertahan hidup dengan berat janin-neonatus yang keluar kurang dari 500 g (Cunningham, et. al., 2005, p.951).
Menurut Wiknyosastro (2005, p.302) istilah abortus dipakai untuk menunjukkan pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar kandungan. Abortus ditentukan sebagai pengakhiran kehamilan sebelum janin mencapai berat 500 gram atau kurang dari 20 minggu. Abortus yang berlangsung tanpa tindakan disebut abortus spontan. Abortus buatan ialah pengakhiran kehamilan sebelum 20 minggu akibat tindakan. Abortus terapeutik ialah abortus buatan yang dilakukan atas indikasi medik.

B.     ETIOLOGI
Hal-hal yang menyebabkan abortus dapat dibagi sebagai berikut.
1.        Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi
Kelainan pertumbuhan hasil konsepsi dapat menyebabkan kematian janin atau cacat. Faktor-faktor yang menyebabkan kelainan dalam pertumbuhan ialah sebagai berikut:
a.       Kelainan kromosom.
b.      Lingkungan di endometrium kurang sempurna yang menyebabkan pembeian makanan pada hasil konsepsi terganggu.
c.       Pengaruh dari luar, contohnya radiasi, virus, dan obat-obatan.
2.        Kelainan pada plasenta
Kelainan pada plasenta dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan dan kematian janin. Keadaan ini bisa terjadi sejak kehamilan muda misalnya karena hipertensi menahun.
3.        Penyakit ibu
Penyakit mendadak, seperti pneumonia, tifus abdominalis, malaria, dan lain-lain dapat menyebabkan abortus.
4.        Kelainan traktus genitalis
Kelainan traktus genitalis seperti retroversio uteri dan miomata uteri dapat menyebabkan abortus.

C.     PATOLOGI
Perdarahan di besidua basalis          nekrosis jaringan               pelepasan sebagian atau seluruh hasil konsepsi               benda asing dalam uterus               kontraksi uterus
hasil konsepsi dikeluarkan         villi koriales menembus besidua pada kehamilan 8 – 14 minggu              plasenta tidak dilepas sempurna               perdarahan               kehamilan > 14 minggu ketuban pecah                janin keluar dan plasenta terlepas.

D.    PENANGANAN
Karsinoma servisis uteri, polipus serviks dan sebagainya dapat menyertai kehamilan. Perdarahan dari kelainan tersebut dapat menyerupai abortus. Pemeriksaan dengan spekulum, pemeriksaan sitologik dan biopsi dapat menentukan diagnosis dengan pasti.

E.     JENIS-JENIS ABORTUS
Secara klinik dapat dibedakan antara abortus imminens, abortus insipiens, abortus inkompletus, dan abortus kompletus. Selanjutnya, dikenal pula abortus servikalis, missed abortion, abortus habitualis, abortus infeksiosus, dan abortus septik.
1.      Abortus imminens
Abortus imminens ialah peristiwa terjadinya perdarahan dari uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu, di mana hasil konsepsi masih dalam uterus, dan tanpa adanya dilatasi serviks.
2.      Abortus insipiens
Abortus insipiens adalah peristiwa perdarahan uterus pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan adanya dilatasi serviks uteri meningkat, tetapi hasil konsepsi masih dalam uterus. Dalam hal ini rasa mules menjadi lebih sering dan kuat, perdarahan bertambah. Pengeluaran hasil konsepsi dapat dilaksanakan dengan kuret vakum atau dengan cunam ovum, disusul dengan kerokan.
3.      Abortus inkompletus
Abortus inkompletus ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus. Perdarahan pada abortus inkompletus dapat banyak sekali, sehingga menyebabkan syok dan perdarahan tidak akan berhenti sebelum sisa hasil konsepsi dikeluarkan.
4.      Abortus kompletus
Pada abortus kompletus  semua hasil konsepsi sudah dikeluarkan. Pada penderita ditemukan perdarahan sedikit, ostium uteri telah menutup, dan uterus sudah benyak mengecil.
5.      Abortus servikalis
Pada abortus servikalis keluarnya hasil konsepsi dari uterus dihalangi oleh ostium uteri eksternum yang tidak membuka, sehingga semuanya terkumpul dalam kanalis servikalis dan serviks uteri menjadi besar, kurang-lebih bundar, dengan dinding menipis. Pada pemeriksaan ditemukan serviks membesar dan di atas ostium uteri eksternum teraba jaringan.
6.      Missed abortion
Missed abortion ialah kematian janin berusia sebelum 20 minggu, tetapi janin mati itu tidak dikeluarkan selama 8 minggu atau lebih. Etiologi Missed abortion tidak diketahui, tetapi diduga hormon progesteron.
7.      Abortus habitualis
Abortus habitualis adalah abortus spontan yang terjadi 3 kali atau lebih berturut-turut. Etiologi abortus habitualis pada dasarnya sama dengan abortus spontan. Selain itu telah ditemukan sebab imunologik yaitu kegagalan reaksi terhadap antigen lymphocyte trophoblast cross reactive (TLX).
8.      Abortus infeksiosus, abortus septik
Abortus infeksiosus ialah abortus yang disertai infeksi pada genetalia, abortus septik ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam peredaran darah atau peritoneum.

F.      KOMPLIKASI ABORTUS
Komplikasi yang berbahaya pada abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok.
1.      Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan jika perlu pemberian transfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
2.      Perforasi
Perforasi uterus pada kerokan dapat terjadi terutama pada uterus dalam posisi hiperretrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari luas dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau perlu histerektomi.
3.      Infeksi (lihat abortus infeksiosus)
4.      Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi berat (syok endoseptik).

G.    PENANGANAN LANJUTAN
Setelah abortus pasien perlu diperiksa untuk mencari sebab abortus. Selain itu perlu diperhatikan involusi uterus dan kadar HCG 1 – 2 bulan kemudian. Ia diharapkan tidak hamil dalam waktu 3 bulan sehingga perlu memakai kontrasepsi seperti kondom atau pil.


Referensi:
Cunningham, F. G. et. al. 2005. Obstetri Williams. Jakarta: EGC.
Wiknyosastro, H. 2005. Ilmu Kebidanan. Ed.3. Jakarta: Yayasan Rachimhadhi Sarwono Prawirohardjo.


No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat