google adsense

Friday, August 4, 2017

Konsep Kebutuhan Seksualitas

A.  Konsep Kebutuhan Seksualitas
1.    Pengertian
Seksualitas mencakup bagaimana yang anda rasakan mengenai tubuh anda, ketertarikan terhadap aktivitas seksual, kebutuhan anda akan sentuhan, kemampuan untuk mengomunikasikan kebutuhan seksual anda dengan pasangan dan kemampuan untuk terlibat dalam aktivitas  seksual yang memuaskan. Ketika anda menciptakan dan mengalami kesenangan erotis, anda melakukan sek, sekaligus mengalami seksualitas anda (Ellison, 2000; Kozier, 2010, p. 464).
Seksualitas dan seks adalah suatu hal yang berbeda. Kata seks sering digunakan dalam dua cara yaitu mengacu pada bagian fisik dari berhubungan atau aktivitas seksual genital dan seks juga digunakan untuk memberi label jender pria atau wanita (Zawid, 1945; Potter & Perry, 2005)
Seksualitas merupakan interaksi dan hubungan dengan individu dari jenis kelamin yang berbeda atau sama mencakup pikiran, pengalaman, pelajaran,ideal, nilai, fantasi, dan emosi. Seksualitas berhubungan dengan bagaimana seseorang merasa diri mereka dan bagaimana mereka mengkomunikasikan perasaan tersebut kepada orang lain melalui tindakan yang dilakukannya seperti sentuhan, ciuman, pelukan dan senggama seksual, dan melalui perilaku yang lebih halus seperti isyarat gerak  tubuh, etiket, berpakaian dan tutur kata (Denney &Duadagno, 1992; Zawid, 1994; Potter & Perry, 2005).
Seksualitas adalah subjek perubahan dinamis seumur hidup. Perubahan perkembangan normal dan status   kesehatan dapat membutuhkan adaptasi dalam ekspresi seksual,  tetapi individu terus mengekspresikan seksualitas dalam beragama sepanjang hidupnya (Kozier, 2010, p.464).
Orientasi seksual adalah preferensi yang jelas, persisten, dan erotic seseorang untuk jenis kelaminnya atau orang lain.  Studi tentang seksualitas manusia pada tahun 1940-an dan 1950-an mengembangkan kontinum antara heteroseksualitas dan homoseksualitas. Sebagian besar orang berada pada kontinum heteroseksual, dan sedikit pada kontinum homoseksual, atau gay dan lesbian, namun demikian, sebagian orang adalah biseksual dan merasa nyaman melakukan hubungan seksual dengan kedua jenis kelamin.
Transeksual adalah orang yang identitas seksual atau jendernya berlawanan dengan seksbiologisnya. Seorang pria mungkin memikirkan tentang dirinya sebagai seorang wanita dalam tubuh pria, atau sebaliknya. Perasaan ini disebut disforia jender. Transvestite biasanya adalah pria heteroseksual yang secara periodic berpakaian seperti wanita untuk pemuasan psikologis dan seksual yang biasanya dilakukan dalam lingkup pribadi dan dirahasiakan (Potter& Perry, 2005).
2.        Perkembangan seksualitas sesuai tahap tumbuh kembang dan pendidikan seksualitas
a.       Bayi
Bayi laki-laki atau perempuan dilahirkan dengan kapasitas untuk kesenangan dan respons seksual. Genetalia bayi sensitive sejak lahir. Anak laki-laki mengalami ereksi penis dan bayi perempuan dengan lubrikasi vaginal. Anak laki-laki juga mengalami ereksi nocturnal spontan tanpa stimulasi. Perilaku dan respon ini tidak berhubungan dengan kontak psikologis erotic seperti pada masa pubertas atau masa dewasa tetapi lebih pada perilaku pembelajaran normal. Orang tua harus menerima perilaku eksplorasi bayi sebagai langkah perkembangan identitas diri yang positif. Dengan memberikan bentuk stimulasi taktil lainnya melalui menyusu, memeluk, dan menyentuh akan membantu bayi dalam mendefinisikan pengalaman kesenangan dan kenyamanan melalui interaksi manusia dan dari kontak tubuh.
Menurut Sigmund freud, tahap perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah :
1)      Tahap oral
Terjadi umur 0-1 tahun. kepuasan, kesenangan atau kenikmatan dapat dicapai dengan cara menghisap, menggigit, mengunyah atau bersuara. Anak memiliki ketergantungan sangat tinggi dan selalu meminta dilindungi untuk mendapatkan rasa aman.
2)      Tahap anal
Terjadi umur 1-3 tahun. kepuasan pada tahap ini terjadi pada saat mengeluarkan feses. Anak mulai menunjukkan kelakuannya, sikapnya sangat narsistik (cinta terhadap diri sendiri) dan egois. Anak juga mulai mempelajari struktur tubuhnya. Pada tahap ini anak sudah dapat dilatih dalam hal kebersihan.
b.      Pra sekolah
Anak usia sekolah 1-5 atau 6 tahun menguatkan rasa identitas gender dan mulai membedakan perilaku sesuai gender yang di definisikan secara sosial. Proses perilaku ini terjadi dalam pembelajaran interaksi normal orang dewasa, dari boneka yang diberikan kepada anak, pakaian yang digunakan, permainan yang dimainkan dan respons yang dihargai. Anak juga mengamati perilaku orang dewasa.
Eksplorasi tubuh pada usia ini mencakup mengelus diri sendiri, manipulasi genital, memeluk boneka, hewan peliharaan atau orang sekitar mereka dan percobaan sensual lainnya. Anak juga dapat di ajarkan perbedaan perilaku yang bersifat pribadi versus public. Pertanyaan tentang darimana bayi berasal atau perilaku seksual yang diamati oleh anak harus dijelaskan dengan terbuka, jujur dan sederhana. perkembangan psikoseksual pada masa ini adalah : Tahap oedipal/phalik Terjadi pada umur 3-5 tahun. kepuasan anak terletak pada rangsangan otoerotis, yaitu meraba-raba, merasakan kenikmatan dari beberapa daerah erogennya. Anak mulai menyukai lawan jenis. Anak laki-laki cenderung suka pada ibunya daripada ayahnya. Sebaliknya, anak perempuan lebih menyukai ayahnya. Anak mulai mengidentifikasi jenis kelamin dirinya, apakah laki-laki atau perempuan, belajar melalui interaksi dengan figure orang tua, serta mulai mengembangkan peran sesuai dengan jenis kelaminnya.
c.       Usia sekolah
Tahap ini merupakan : Tahap laten. Terjadi umur 5-12 tahun. kepuasan anak mulai terintegrasi, mereka memasuki masa pubertas dan berhadapan langsung pada tuntutan sosial, seperti suka hubungan dengan kelompoknya atau teman sebaya, dorongan libido mulai mereda. Pada masa sekolah ini, anak sudah banyak bertanya tentang hal seksual melalui interaksi dengan orang dewasa, membaca dan berfantasi.
Bagi anak-anak usia 6-10 tahun, edukasi dan penekanan tentang seksualitas datang dari orang tua dan gurunya tetapi lebih signifikan dari kelompok teman sebaya.anak usia sekolah akan terus melanjutkan perilaku stimulasi diri seperti masturbasi. Penjelasan tentang waktu, tempat dan hubungan yang sesuai untuk ekspresi seksual dapat juga diberikan dalam konteks nilai dan rasional yang mendasari keyakinan. Pada usia ini anak akan terus mengajukan tentang seks daan menunjukkan kemandirian mereka dengan menguji perilaku yang sesuai. Anak juga mempunyai keinginan dan kebutuhan privasi. Sampai 10 tahun, banyak anak gadis dan sebagian anak laki-laki sudah mulai mengalami bagian dari pubertas seperti perubahan bentuk tubuh, peningkatan kesopanan. Mereka membutuhkan informasi yang adekuat dari rumah atau sekolah tentang perubahan yang dialami. Anak juga diberi informasi untuk berhati-hati terhadap potensial penganiayaan seksual.
d.      Pubertas dan remaja
Awitan pubertas pada anak gadis ditandai dengan perkembangan payudara. Setelah pertumbuhan awal jaringan payudara putting dan areola ukurannya meningkat. Kadar estrogen yang meningkat juga mulai mempengaruhi genital, terjadinya manarke, uterus membesar, dan terjadi peningkatan lubrikasi vaginal,. Hal tersebut dapat terjadi dengan spontan atau akibat perangsangan seksual.
Kadar testosterone yang meningkat pada anak laki-laki selama pubertas ditandai dengan peningkatan ukuran penis, testis prostat dan vesikul seminalis. Anak laki-laki atau gadis mungkin mengalami orgasmus sebelum masa pubertas, namun ejakulasi pada anak laki-laki tidak terjadi sampai organ seksnya matur yaitu sekitar usia 12-14 tahun. ejakulasi mungkin terjadi pertama kali selama tidur (emisi nocturnal) dikenal dengan mimpi basah. Perubahan emosi selama masa pubertas dan masa remaja sama dramatisnya seperti perubahan fisik.
Masa remaja adalah periode waktu individu beralih dari fase anak ke fase dewasa. Tugas perkembangan pada masa remaja terdiri dari :
a)      Menerima citra tubuh
b)      Menerima identitas seksual
c)      Mengembangkan system nilai personal
d)     Membuat persiapan untuk hidup mandiri
e)      Menjadi mandiri/bebas dari orang tua
f)       Mengembangkan ketrampilan mengambil keputusan
g)      Mengembangkan identitas orang yang dewasa
Pendidikan seks pada remaja membahas masalah seksualitas manusia yang dihadapi remaja. Misalnya program-proram yang berfokus pada upaya membantu remaja untuk mengatakan tidak. Pihak komponen program pendidikan seks disekolah percaya bahwa diskusi eksplisit tentang seksualitas meningkatkan aktivitas seksual diantara remaja dan mengecilkan peran orang tua. Orang tua mungkin tidak terlibat dalam pendidikan seks anak-anaknya karena beberapa alasan seperti orang tua tidak memiliki informasi yang adekuat, orang tua tidak merasa nyaman dengan topic seks, para remaja tidak merasa nyaman bila orang tua mereka membahas seks.
e.       Usia dewasa
Usia dewasa telah mencapai maturasi tetapi terus untuk mengeksplorasi dan menemukan maturasi emosional dan hubungan. Dewasa muda secara tradisional dipandang sebagai berperan dalam melahirkan anak atau membesarkan anak. Keintiman dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk melakukan hubungan seks. Semua orang dewasa yang memilih untuk melakukan hubungan seks. Semua orang dewasa yang secara seksual aktif harus belajar tekhnik stimulasi dan respons seksual yang memuaskan bagi pasangan.
Keintiman dan seksualitas juga merupakan masalah bagi orang dewasa yang memilih untuk tidak melakukan hubungan seks (lajang), tetap menginginkan aktivitas seksual.
Pada akhir masa dewasa individu menyesuaikan diri dengan perubahan sosial dan emosi sejalan dengan anak-anak mereka meninggalkan rumah. Pembaruan kembali keintiman dapat memungkinkan atau diperlukan diantara pasangan. Namun  demikian, salah satu atau kedua pasangan dapat mengalami anacaman terhadap gambaran diri karena tubuh telah menua dan mungkin berupaya untuk mencapai kemudahan melalui hubungan seksual dengan pasangan yang jauh lebih muda.
f.       Lansia
Perubahan yang terjadi pada tahap ini pada wanita diantaranya adalah atropi pada vagina dan jaringan payudara, penurunan cairan vagina dan penurunan intensitas orgasme pada wanita. Sedangkan pada pria akan mengalami penurunan produksi sperma, berkurangnya intensitas orgasme, terlambatnya pencapaian ereksi dan pembesaran kelenjar prostat
Seksualitas dalam usia tua beralih dari penekanan pada prokreasi menjadi penekanan pada pertemanan. Kedekatan fisik, komunikasi intim, dan hubungan fisik mencari kesenangan.

Tiap individu dapat tetap aktif dalam hubungan seksual bila secara efektif dipenuhi dengan mempertahankan aktivitas seksual secara teratur sepanjang hidup. Terutama bagi wanita, hubungan senggama teratur membantu mempertahankan elastisitas vagina, mencegah atrofi, dan mempertahankan kemampuan lubrikasi. Namun demikian,. Proses penuaan mempengaruhi perilaku seksual.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. I.M, Lowdermilk. D.L, Jen
sen, M.D. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.          
Guyton, A.C. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed. 2. Jakrta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara.(2010).Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.Ed.7.Jakarta: EGC
Potter, P.A., & Perry, A. G.(2005). BukuAjar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.Edisi 4. USA: Elsevier Mosby
Williaw, F.G. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta ; EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat