google adsense

Friday, August 4, 2017

KONSEP Plasenta previa

Plasenta previa
1.      Definisi
Plasenta previa adaalah kondisi saat plasenta terinplantasi di kutup bawah uterus. ini dapat berupa :
a.       Totak atau komplet : plasenta menutupi seluruh ostium uteri serviks
b.      Parsial : hanya sebagian ostium uteri yang tertutupi.
c.       Marginal : ujung plasenta berada pada tepi ostium uteri.
d.      Letak-rendah : ujung plasenta berada sangat dekat dengan tepi ostium uteri. (morgan, 2009)
Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian/seluruh ostium uteri internum. (prae = didepan, vias= jalan)
Implantasi plasenta yang normal adalah pada dinding depan, dinding belakang, atau di daerah tundus uteri. (sartrawinata, 2004)
2.      Klasifikasi
Ada empat derajat abnormalitas yang diketahui:
a.       Plasenta previa totalis. Ostium internum servisis tertutup sama sekali oleh jaringan plasenta.
b.      Plasenta previa parsialis. Ostium internum tertutup sebagian oleh jaringan plasenta.
c.       Plasenta previa marginalis. Tepi plasenta terletak pada bagian pinggir ostium internum.
d.      Plasenta letak rendah. Plasenta tertanam dalam segmen bawah uterus, sehingga tepi plasenta sebenarnya tidak mencapai ostium internum tetapi terletak sangat berdekatan dengan ostium tersebut.

Derajat plasenta previa akan tergantung kepada luasnya ukuran dilatasi serviks saat dilakukan pemeriksaan. Sebagai contoh, plasenta letak rendah pada dilatasi 2 cm dapat menjadi plasenta previa parsialis pada dilatasi 8 cm, karena serviks yang berdilatasi tidak lagi menutupi plasenta. Sebalinya, plasenta previa yang tampaknya total sebelum dilatasi serviks dapat menjadi parsial pada dilatasi 4 cm, karena serviks berdilatasi melewati tepi plasenta.

3.      Etiologi
Plasenta Previa meningkat kejadiannya pada keadaan-keadaan yang endometriumnya kurang baik, misalnya karena atrofi endometrium atau kurang baiknya vaskularisasi desidua. Keadaan ini bisa ditemukan pada:
a.  Multipara, terutama jika jarak antara kehamilannya pendek.
b. Mioma uteri
c.  Kuretasi yang berulang
d. Usia lanjut
e.  Bekas seksio sesarea
f.  Perubahan inflamasi atau atrofi, misalnya pada wanita perokok atau pemakai kokain. Hipoksemia yang terjadi akibat karbon monoksida akan dikompensasi dengan hipertrofi plasenta. Hal ini terjadi terutama pada perokok berat (lebih dari 20 batang sehari).

4.      Patofisiologi
 






5.      Manifestasi klinik
a.       Gejala yang terjadi ialah perdarahan tanpa nyeri
b.      Awitan pendarahan yang tiba-tiba tanpa didahului tanpa sebelumnya.
c.       Terjadi selama trimester tiga
d.      Malpresentasi atau ma malposisi karena janin harus menyesuaikan diri akibat adanya plasenta.

6.      Komplikasi
a.       Perdarahan dan mengakibatkan syok
b.      Prematurasi janin
c.       Perdarahan pascapartum karena perdarahan pada tempat pelekatan plasenta. Pada tempat tersebut, kontraksi serat otot uterus kurang efektif.
d.      Sindrom sheeehan dan defek pembekuan dapat terjadi, namun lebih sering terjadi pada abrupsi.

7.      Penatalaksanaan
a.       
1)      Jangan lakukan pemeriksaan vagina. Pembuluh darah plasenta dapat pecah dan mengakibtakn hemoragi massif.
2)      Diagnosis dapat ditegakkan dengan USG
3)      Bila diagnosis ditegakkan pada awal kehamilan, plasenta dapat berpindah ke uterus seiring uterus yang mebesar.
a)      Tindakan lanjut dengan USG serial sampai plasenta cukup jauh dari ostium uteri. Bila plasenta tetap tumbuh pada ostium uteri saat 32 ,minggu, rujuk ke dokter.
b)      Anjurkan pasien untuk melapor saat tanda pertama perdarahan vagina.
c)      Konsultasikan dengan dokter segera saat di diagnosis plasenta previa total , parsial, atau marginal setelah 20 minggu kehamilan.
d)     Periksa apakah pasien Rh (D) negative yang tidak tersensitisasi menerima injeksi RHOGAM setelah tiap episode perdarahn untuk mencegah sensitisasi dari kemungkinan percampuran darah janin D-positif dengan darah ibu.
a)      Dosis yang biasa adalah satu vial, yang cukup untuk tranfusi sampai 15 ml darah janin ke dalam sirkulasi ibu.
b)      Dosis harus lebih besar bila cairan mungkin ditranfusikan lebih dari 15 ml
c)      Uji Betke-Kleihauer dapat dialkukan untuk menentukan jumlah darah janin dalam sirkulasi ibu.
4)      Anjurkan untuk mebatasi aktifitas atau tirah baring pada pasien di diagnosis plasenta previa parsial, atau total.
a)      Opservasi pasien secara ketat sampai janin cukup bulan atau smapi terjadi episode pendarahan serius yang memerluakn kelahiran segera dilaksanakan.
b)      Rencanakan kelahiran melalui seksio sesaria karena plasenta menutupi ostium uteri dan mencegah turunya janin ke vagina. (morgan, 2009)

b.      Penatalaksanaan medis
1)      Seksio sesaria untuk janin yang mengalami distress atau untuk mengontrol pendarahan.
2)      Agens tokolitik sesuai indikasi jika pasien mengalami preterm.
3)      Pemberian cairan intravena sesuai indikasi :
4)      golongan darah dan pencocokan silang darah sebanyak 2-4 unit darah segar dan atau produk darah lain sesuai kebutuhan. (Tucker, 1998)

Asuhan keperawatan plasenta previa
Pengkajian
Observasi / temuan
Pendarahan vagina taksakit : aliran intermiten sampai konstan
Uterus lunak dan relaks
Riwayat kesehatan terdahulu
Riwayat kesehatan sekarang
Pemeriksaan laboratorium atau diagnostic
Ultrasound untuk mengidentifikasi posisi plasenta almiografi.
Pemeriksaan vagina dengan speculum
Ht atau Hb : jumlah darah lengkap (JDL)
Aniosintesis terhadap maturitas janin sesuai indikadi pemeriksaan pembekuan
Pemantauan listrik janin secara terus menerus
Potensial komplikasi
Janin mengalami bradikardia : dibawah 120 x/mnt
Pemantauan janin : deselerasi terlambat
Tidak adanya suara jantung janin
Syok ibu hamil
Hiperaktifitas janin, hivoksia
Anemia neonatal, syok (hipovelemik)
Seksio sesaria

DIAGNOSA KEPERAWATAN PLASENTA PREVIA
1.      Ketakutan yang berhubungan dengan efek perdarahan pada kehamilan dan bayi (Carpenito, 2009)
2.      Hambatan mobilitas fisik yang berhubungan dengan meningkatnya perdarahan dalam merespon aktivitas (Carpenito, 2009)
3.      Duka cita yang berhubungan dengan kemungkinan keguguran yang telah diantisipasi dan kehilangan anak yang diharapkan (Carpenito, 2009)
4.      Ketakutan yang berhubungan dengan kemungkinan komplikasi pada kehamilan berikutnya (Carpenito, 2009)
3. INTERVENSI
Dx
Kriteria evaluasi
Intervensi
Rasional
5.    Kekurangan volume cairan b/d kehilangan vaskuler berlebihan





















































6.      Perubahan perpusi jaringan utero plasenta b/d Hipovolemia.




Mendemostrasikan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.

















































Mendemonstrasikan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST)
1.      Evaluasi, laporkan, dan catat jumlah masukan serta jumlah kehilangan darah. Lakukan perhitungan pembalut. Timbang pembalut pengalas.


2.      Lakukan tirah baring. Instuksikan klien untuk menghindari Valsalva manover dan koitus.





3.      Posisikan klien dengan tepat, telentang dengan panggul ditinggikan atau posisi semi – fowler. Hindari posisi trendelenburg.




4.      Catat tanda – tanda vital Penisian kapiler pada dasar kuku, warna menbran mukosa/ kulit dan suhu. Ukur tekanan vena sentarl, bila ada.




5.      Hindari pemeriksaan rectal atau vagina.




6.      Berikan larutan intravena, ekspander plasma, darah lengkap, atau sel-sel kemasan, sesuai indikasi.
7.      Siapkan untuk kelahiran sesaria



1.     Perhatikan status fisiologis ibu, status sirkulasi, dan volume darah.





2.     Auskultasi dan laporkan DJJ , catat bradikardia atau takikardia. Catat perubahan pada aktivitas janin (hipoaktivitas atau hiperaktivitas.





3.     Anjurkan tirah baring pada posisi miring kiri.




4.     Berikan suplemen oksigen pada klien



5.     Ganti kehilangan darah/cairan ibu.



6.     Siapkan klien untuk intervensi bedah dengan tepat.

7.    Perkiraan kehilangan darah membantu membedakan diagnosa, Setiap gram peningkatan berat pembalut sama dengan kehilangan kira-kira 1 ml darah.
8.    Perdarahan dapat berhenti dengan reduksi aktivitas. Peningkatan tekanan abdomen atau orgasme ( yang meningkatkan aktivitas uterus) dapat meransang perdarahan.
9.    Menjamin keadekuatan darah yang tersedia untuk otak; peninggian panggul menghindari kompresi vena kava. Posisi semi- fowler memungkinkan janin bertindak sebagai tanpon.
10.              Membantu menentukan beratnya kehilangan darah, meskipun sianosis dan perubahan pada tekanan darah, nadi adalah tanda-tanda lanjut dari kehilangan sirkulasi atau terjadinya syok.
11.              Dapat meningkatkan hemoragi, khususnya bila plasenta previa marginal atau total terjadi.
12.              Meningkatkan volume darah sirkulasi dan mengatasi gejala-gejala syok.

13.               Hemoragi berhenti bila plasenta diangkat dan sinus-sinus vena tertutup.

14.  Kejadian perdarahan potensial merusak hasil kehamilan , kemungkinan menyebabkan hipovolemia atau hipoksia uteroplasenta.
15.  Mengkaji berlanjutnya hipoksia janin. Pada awalnya , janin berespon pada penurunan kadar oksigen dengan takikardia dan peningkatan gerakan . Bila tetap defisit, bradikardia dan penurunan aktivitas terjadi.

16.  Menghilangkan tekanan pada vena kava inferior dan meningkatkan sirkulasi plasenta/janin dan pertukaran oksigen.

17.  Meningkatkan ketersediaan oksigen untuk ambilan janin.

18.  Mempertahankan volume sirkulasi yang adekuat untuk transport oksigen.

19.   Pembedahan perlu bila terjadi pelepasan plasenta yang berat, atau bila perdarahan berlebihan , terjadi penyimpangan oksigen janin, dan kelahiran vagina tidak mungkin.
20. 


4. IMPLEMENTASI KEPERAWATAN
Pemantauan
1.      Pantau jumlah dan jenis perdarahan.
2.      Pantau dan catat TTV ibu dan janin.
3.      Pantau adanya kontraksi uterin.
4.      Pantau hemoglobin dan hematokrit untuk jumlah darah yang hilang.
5.      Pantau suhu setiap 4 jam kecuali jika terdapat peningkatan suhu, ukur suhu setiap 2 jam.
6.      Pantau jumlah sel darah putih (SDP) untuk adanya infeksi.

Perawatan Penunjang (Nettina, 2001)
1.      Beri posisi miring pada ibu untuk meningkatkan perfusi plasenta dan beri oksigen jika terdapat bukti-bukti distres janin.
2.      Buat dan pertahankan jalur IV, sesuai ketentuan, dan ambil darah untuk pemerikasaan golongan dan skrining untuk penggantian darah.
3.      Beri posisi duduk pada ibu agar berat badan janin dapat menekan plasenta dan menurunkan kehilangan darah selama periode perdarahan.
4.      Pertahankan tirah baring ketat selama periode perdarahan.
5.      Jika terjadi perdarahan berat dan persalinan yang tidak dapat ditunda, siapkan ibu secara fisik dan emosi untuk menghadapi persalinan sesar.
6.      Gunakan teknik aseptik ketika memberikan asuhan, dan ajarkan perawatan perineal serta mencuci tangan untuk mencegah infeksi.
7.      Berikan dukungan emosional dan diskusikan dampak dari hospitalisasi jangka panjang atau tirah baring yang lama.
5. EVALUASI
1.      Pasien menunjukkan kestabilan / perbaikan keseimbangan cairan yang dibuktikan oleh tanda-tanda vital stabil, pengisian kapiler cepat, sensorium tepat dan haluaran serta berat jenis urin adekuat secara individual.
2.      Pasien menunjukkan perfusi adekuat, dibuktikan oleh DJJ dan aktivitas DBN serta tes nonstres reaktif (NST).


No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat