google adsense

Friday, August 4, 2017

Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Reproduksi

A.  Asuhan Keperawatan pada Gangguan Sistem Reproduksi
1.    Neisseria gonorrhoeae pada pria
a.    Definisi
     Gonore merupakan penyakit menular seksual yang sering terjadi, disebabkan oleh bakteri neisseria gonorrhea yang pada umumnya ditularkan melalui kontak seksual. Infeksi juga dapat terjadi pada neonates sebagai akibat kontak pada waktu melahirkan. Neisseria gonorrhea dapat menyebabkan infeksi mukosa, local atau tersebar. Infeksi sering diikuti tanpa gejala (Smeltzer & Bare,2001)


b.    Manifestasi klinis
     Respon peradangan yang cepat disertai destruksi sel menyebabkan keluarnya sekret purulen kuning-kehijauan khas dari uretra pada pria dan dari ostium serviks pada perempuan. Gejala dan tanda pada laki-laki dapar muncul sedini mungkin 2 hari setelah pajanan dan mulai dengan uretritis, diikuti oleh secret purulen, diruria dan sering berkemih serta malese. Sebagian besar laki-laki akan memperlihatkan gejala 2 minggu setelah inokulasi oleh organisme ini. Walaupun sebagian laki-laki memperlihatkan gejala namun sampai 10% tidak, tetapi mereka tetap mampu menularkan penyakitnya (Price & Wilson, 2005)
     Pada perempuan gejala dan tanda timbul 7 sampai 21 hari, dimulai dengan secret vagina. Pada pemeriksaan serviks yang terinfeksi tampak edematosa dan rapuh dengan drainase mukopurulen dari ostium. Infeksi N. gonorrhea tidak menimbulkan gejala pada 25% sampai 50% perempuan. Perempuan yang tidak memperlihatkan gejala menjadi sumber utama penyebarab penyakit (Price & Wilson, 2005)
     Infeksi ekstragenital yang bersifat primer atau sekunder lebih sering dijumpai karena berubahnya praktik-praktik seks. Infeksi gonore di faring sering asimtomatik tetapi dapat juga menyebabkan faringitis dengan eksudat mukoporulen, demam, dan limfadenopati leher. Infeksi gonore di perianus an rectum mungkin asimtomatik, menimbulkan rasa tidak nyaman dan gatal ringan atau menimbulkan ekskoriasi dan nyeri perianus serta secret dan mukopurulen yang melapisi tinja dan dinding rectum (Price & Wilson, 2005).
c.    Pemeriksaan diagnostik
     Pengkajian pasien meliputi demam, rabas uretral, vaginal dan rectal. Penelitian kultur dan sensitivitas adalah metode yang biasa dilakukan untuk mendapatkan diagnosis dan kefektifan terapi. Pada pasien pria, specimen didapatkan dari uretra, saluran anal, dan faring. Pada pasien wanita, kultur endoserviks, faring dank anal anal diambil dan perawat harus menggunakan sarung tangan sekali pakai dan mencuci tangan setelah melepaskan sarung tangan tersebut (Smeltzer & Bare,2001)
d.   Komplikasi
     Komplikasi yang biasa terjadi dari infeksi gonore local pada wanita adalah penyakit radang panggul (PRP) dimana organism menginfeksi uterus, tuba falopi atau cairan peritoneal. Komplikasi lain adalah meningkatnya resiko terhadap kehamilan ektopik dan sumbatan kedua tuba sehingga terjadi infertilitas (Smeltzer & Bare,2001)
e.    Penatalaksanaan
     Pengobatan yang dianjurkan untuk infeksi gonore adalah seftriakson (atau sefiksime, siprofloksasin atau oflaksasin) bersamaan dengan doksisklin. Doksisiklin ditambahkan pada terapi pertama untuk menangani kecurigaan Chlamydia trachomatis yang biasanya menyebabkan infeksi pada pasien gonore. Tes seologik untuk sifilis dan HIV harus ditawarkan karena sangat beresiko (Smeltzer & Bare,2001)
f.     Asuhan keperawatan gonore
1)   Pengkajian
     Riwayat : Pasien diminta untuk menggambarkan awitan dan proses gejala, dan untuk mengkarateristikkan adanya lesi berdasarkan lokasi dan gambaran drainasenya bila ada. Perlindungan masalah kerahasiaan sangat penting dalam kasus seksual.
     Pemeriksaan fisik : catat adanya kemerahan, lesi, drainase, rabas atau bengkak. Kelenjar inguinal dipalpasi untuk mengetahui adanya nyeri tekan dan bengkak. Wanita diperiksa untuk adanya nyeri tekan abdominal dan rahim. Mulut dan tenggorok diperiksa untuk mencari adanya peradanga atau eskudat.
2)   Diagnose
     Berdasarkan pengkajian, diagnose keperawatan utama mencakup:
a)   Kurang pengetahuan tentang penyakit dan resiko penyebaran infeksi dan infeksi berulang.
b)   Ketikpatuhan terhdap tindakan
c)    Ketakutan yang berhubungan dengan perkiraan stigma dan terhadap prognosis serta komplikasi
     Berdasarkan pengkajian, diagnose keperawata komplikasi potensial mencakup:
a)    Peningkatan risiko kehamilan ektopik
b)   Infertilitas
c)    Penularan infeksi ke janin yang mengakibatkan abnormalitas congenital

3)   Intervensi dan implementasi
     Sasaran : peningkatan pemahaman pasien tentang riwayat dan tindakan terhadap infeksi, peningkatan kepatuhan terhadap sasaran terapeutik dan preventif, pengurangan rasa takut dan tidak adnya komplikasi.
     Intervensi yang dapat diberikan antara lain:
a)    Meningkatkan pengetahuan dan mencegah penyebaran penyakit
b)   Meningkatkan kepatuhan dalam mengikuti terapi
c)    Menurunkan rasa takut tentang komplikasi dan terapi
d)     Pemantauan dan penatalaksanaan komplikasi potensial

4)   Evaluasi
     Hasil yang diharapkan:
a)    Mendapatkan pengetahuan tentang infeksi gonore
b)   Mendapatkan penanganan/terapi yang sesuai
c)    Menunjukkan penurunan akan kecemasan dn rasa takut
d)   Tidak adanya komplikasi

2.    Kanker Serviks
a.    Pengertian
     Kanker serviks adalah tumbuhnya sel-sel abnormal pada serviks. Kanker serviks merupakan kanker yang primer berasal dari serviks (kanalis servikalis dan atau porsio)
b.    Etiologi
1)   Insidensi lebih tinggi pada orang yang sudah kawin
2)   Terutama pada gadis yang coitus pertama dengan umur dibawah 16 tahun.
3)   Insidensi meningkat dengan tingginya paritas
4)   Jarak persalinan terlampau dekat
5)   Orang dengan olongan ekonomi rendah
a)    Higiene seksual yang jelek
6)   Aktivitas seksual yang sering berganti-ganti pasangan (promiskuitas)
7)   Wanita yang mengalami infeksi virus HPV (Human Papilloma Virus) tipe 16 atau 18
8)   Merokok

c.    Patofisiologi
     Karsinoma sel skuamosa biasanya muncul pada taut epitel skuamosa dan epitel kubus mukosa endoserviks (persambungan skuamokolumnar atau zona transformasi). Displasia servikal dan karsinoma in situ (HSIL) mendahului karsinoma invasif. Karsinoma prainvasif tidak jelas selama pemeriksaan pelvis rutin.
     Karsinoma serviks invasif terjadi bila tumor menginvasi epitelium masuk kedalam stroma serviks. Kanker servikal menyebar luas secara langsung kedalam jaringan paraservikal. Pertumbuhan yang berlangsung mengakibatkan lesi yang dapat dilihat dan terlibat lebih progresif pada jaringan servikal. Karsinoma servikal dapat menginvasi atau meluas kedinding vagina, ligamentum kardinale, dan rongga endometrium. Invasi ke kelenjar getah bening dan pembuluh darah mengakibatkan metastasis ke bagian tubuh yang jauh.
d.   Tanda dan Gejala
1)   Pendarahan bercak yang berulang
2)   Perdarahan bercak setelah bersetubuh
3)   Keputihan
4)   Getah yang keluar dari vagina akan berbau busuk akibat infeksi dan nekrosis jaringan.
5)   Pendarah yang terjadi akibat terbukanya pembuluh darah
6)   Anemia
7)   Nyeri punggung bagian bawah
8)   Nyeri tungkai akibat penekanan saraf lumbosakralis
9)   Frekuensi berkemih yang sering dan mendesak
10)         Hematuria
11)         Perdarahan rektum
e.    Klasifikasi
1)      Stadium 0 karsinoma in situ
2)      Stadium 1 terbatas pada uterus
3)      Stadium 2 menyerang luar uterus tapi dinding pelvis tidak
4)      Stadium 3 meluas ke dinding pelvis dan atau sepertiga bawah vagina atau hidronefrosis
5)      Stadium 4 menyerang mukosa kandung kemih atau rektum atau meluas keluar pelvis

f.     Penatalaksanaan
     Apabila lesi prekursor lesi intra-epitel skuamosa tingkat rendah (LGSIL) atau lesi intra-epitel tingkat tinggi (HGSIL). Pengangkatan non bedah konservatif memungkinkan untuk dilakukan.Krioterapi (terapi laser) efektif untuk kondisi ini. Konisasi (pengangkatan bagian yang berbentuk kerucut dari serviks ) di lakukan bila biopsi menunjukkan neoplasia intra epitel (CIN) atau HGSIL yang sebanding dengan displasia dan karsinom in situ. Jika kanker servikal prainvasif terjadi ketika wanita telah selesai membesarkan anak-anaknya. Histerektomi sederhana biasanya di rekomendasikan,apabila pasien mempunyai kanker servikal invasi radiasi atau histerektomi radikal,atau keduanya dapat dilakukan. Metode yang dipilih tergantung tahap lesi (Smeltzer,2001)
     Pencegahan dan Skrining.Salah satu cara terbaik untuk mencegah kanker ini adalah bentuk skrining yang di namakan PapSmear,dan skrining ini sangat efektif.Pap Smear adalah suatu pemeriksaan sitologi untuk mengetahui adanya keganasan (kanker) dengan mikroskop.Pemeriksaan ini mudah di kerjakan,cepat dan tidak sakit.
     Vaksin HPV,Vaksin HPV dapat berguna dan cost efective untuk mengurangi kejadian kanker serviks dan kondisi pra-kanker,khususnya pada kasus yang ringan.Vaksin HPV yang terdiri dari 2 jenis ini dapat melindungi tubuh dalam melawan kanker yang di sebabkan oleh PHV (tipe 16 dan 18).
     Penggunaan kondom ,para ahli sebanarnya sudah lama meyakininya,tetapi kini mereka punya bukti pendukung bahwa kondom benar-benar mengurangi resiko penularan virus penyebab kutil kelamin ( genital warts ) dan banyak kasus kanker leher rahim.
     Sirkumsisi pada pria.Sebuah studi menunjukkan bahwa sirkumsisi pada pria berhubungan dengan penurunan resiko infeksi HPV pada penis dan pada kasus seorang pria dengan riwayat multiple sexual partner,terjadi penurunan resiko kanker serviks pada pasangan wanita mereka.

g.    Proses Keperawatan
1)   Pengkajian
a)    Riwayat kesehatan; Diabetes, lansia.
b)   Pemeriksaan fisik dan pelvis; Area pelvis terdapat eritema, edema, eksoriasi dan rabas, bau, gatal dan rasa terbakar.
c)    Pemeriksaan laboratorium
(1)     Smear vaginal; Mengumpulkan sekresi vaginal dengan aplikator berujung kapas dan menempatkannya pada kaca preparat yang terpisah, larutkan setetes larutan saline, lihat di bawah mikroskop.

2)   Diagnosa keperawatan
a)      Nyeri yang berhubungan dengan pembedahan atau implan radiasi
b)      Risiko terhadap kekurangan volume cairan yang berhubungan dengan perdarahan operasi, pasca operasi atau asca implan
c)      Perubahan eliminasi urin yang berhubungan dengan masukan tidak adekuat, obstruksi kateter indwelling atau ligasi ureter
d)     Berduka yang berhubungan dengan kehilangan atau perubahan aktual yang dirasakan pada citra tubuh, fungsi tubuh atau penampilan peran sekunder terhadap diagnosis kanker
e)      Ansietas berhubungan dengan gejala-gejala yang menimbulkan stress


3)   Intervensi dan implementasi
a)      Berikan gosokan punggung
b)      Pantan TTv setiap 2-4 jam selama 24 jam pertama.
c)      Kaji perdarahan pascaoperasi setiap 2-4 jam dengan memperhatikan jumlah dan kualitas drainase pada balutan dan bantalan perineal jika pendekatan abdominal digunakan
d)     Inspeksi abdomen terhadap bukti perdarahan, penurunan Hb dan Ht.
e)      Ajarkan pasien dan orang terdekat tanda pendarahan berlebihan
f)       Pantau M&H dan catat setiap shift.
g)      Pastikan kepatenan kateter indwelling
h)      Berikan cairan oral atau parenteral sesuai program.
i)        Kaji terhadap distensi abdomen dengan menginspeksi area suprapubis dan perkusi atau palpasi kandung kemih.
j)        Antisipasi kekuatiran pasien tentang kehilangan uterus, adanya kanker, potensial kekambuhan. Berikan dukungan emosional dan situasi yang tidak terburu-buru untuk pasien dan orang terdekat untuk mengajukan pertanyaan dan mengekspresikan masalah,frustrasi, dan rasa takut.
k)      Kenali tanda kehilangan yang dapat gangguan konsep diri : marah,menarik diri,perilaku menuntut,afek tidak tepat. Berikan dukungan pada orang terdekat yang dapat salah menafsirkan mekanisme koping pasien.
l)        Untuk meningkatkan rasa kontrol pasien terhadap situasinya,dorong ia melakukan AKS dan memulai perawatan diri segera mungkin.
4)   Evaluasi
a)      Pasien mampu membersihkan perineum sesuai yang diharuskan
b)      Melaporkan bahwa gatal-gatal mereda
c)      Mempertahankan haluaran urin dalam batas normal dan tanpa disuria
d)     Mengalami penurunan ansietas

e)      Tidak menunjukkan inflamasi, pruritus, bau atau disuria.
DAFTAR PUSTAKA
Doengoes, Marilynn E, (1999). Rencana Asuhan Keperawatan edisi 3. Jakarta:EGC
Kozier, B, Glenora, Berman, A, Snyder, SJ. 2010. Fundamental of Nursing Concept, process, and practice, seventh edition. USA: Pearson Edication
Potter, P.A, & Perry, A,G. (2005), Buku ajar fundamental keperawatan konsep proses dan praktik, edisi 4 vol 1. Jakarta: EGC
Price, S. A. (2005). Patofisiologi: Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit. Ed. 6. Jakrta: EGC.
Smeltzer, Suzanne C. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Ed. 8. Jakarta: EGC.
Bobak. L. J. (2004). Buku ajar keperawatan maternitas. Jakarta: EGC




No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat