google adsense

Friday, August 4, 2017

Hormon Sistem Reproduksi

A.  Hormon Sistem Reproduksi
     Sistem reproduktif wanita diatur oleh beberapa hormon, termasuk esterogen, progesteron, hormon-horon pituitary, prostaglandin.
1.      klasifikaasi hormon sistem reproduksi
a.       Esterogen
Disekresikan oleh folikel grafian ovarium dan oleh plasenta selama kehamilan. Esterogen bertindak untuk meningkatkan sifat seks sekunder wanita, payudara dan pertumbuhan jaringan uterus, serta kontraksi uterus. Esterogen menghambat proses laktasi. (Hamilton, 1995)
Selama perkembangan folikel dini, kadar estradiol yang beredar relatif rendah. Sekitar 1 minggu sebelum ovulasi, kadar mulai meningkat, mula-mula perlahan-lahan, kemudian cepat. Kadar estradiol biasanya mencapai maksimal 1 hari sebelum puncak LH. Setelah puncak ini dan sebelum ovulasi, terdapat penurunan nyata dengan cepat. Selama fase luteal, estradiol meningkat sampai maksimal 5 sampai 7 hari setelah ovulasi dan kembali kegaris dasar sesaat sebelum haid. Sekresi esteron oleh ovariu jauh lebih sedikit disbanding sekresi estradiol, tetapi mengikuti pola yang serupa. Kebanyakan esteron dihasilkan dari pengubahan androstenendion melalui kerja aromatase enzim (aromatisasi). (Hacker, 2001)
b.      Progesteron
      Disekresi oleh korpus luteum dan plasenta. Progesteron bersama-sama dengan esterogen menyimpan endometrium untuk menerima ovum. Progesteron juga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara. Tidak seperti esterogen, progesterone membantu relaksasi uterus. Dengan alas an ini, dosisi tambahan esterogan mungkin diberikan untuk mempercepat kelahiran premature. (Hamilton, 1995)
Selama perkembangan folikular, ovarium hanya mensekresi progesterone dan 17-hidroksiprogesteron dalam jumlah yang kecil. Bagian terbesar dari progesterone berasal dari pengubahan perifer pada pregnenolon adrenal dan pregnenolon sulfat. Tepat sebelum ovulasi, folikel de-graaf yang tak mengalami rupture tetap mengalami luteinisasi mulai meningkatkan jumlah produksi progesterone. Sekitar masa ini, juga terdapat peningkatan 17-hidroksiprogesteron yang nyata. Meningkatnya suhu tubuh basal untuk sementara berhubungan dengan efek sentral progesterone. Seperti halnya estradiol, sekresi progestins oleh korpus luteum mencapai maksimum 5 samapi 7 hari setelah ovulasi dan kembali ke garis dasar sesaat sebelum haid. (Hacker, 2001)
c.       Prostagladin (PG)
Prostagladin disekresi oleh banyak jarinngan tubuh, terutama pada kelenjar prostat pria dan endometrium wanita. Pada wanita hormon tersebut mempengaruhi ovulasi, kontraksi tuba dan uterus, meluruhkan endometrium, serta awal gejala aborsi dan persalinan. (Hamilton, 1995)
d.      Prolaktin
Prolaktin hipofisis manusia mengandung 199 residu asam amino dan 3 jembatan disulfide dan memiliki kemiripan struktual yang cukup besar dengan hormon pertumbuhan dan hCS manusia. Waktu paruh prolaktin, seperti hormon pertumbuhan sekitar 20 menit. Prolaktin yang secara struktual mirip, disekresikan oleh endometrium dan plasenta. Prolakti menyebabkan sekresi air susu dari payudara yang telah mendaptkan rangsangan esterogen dan progesteron. Fungsi prolaktin pada pria normal belum diketahui pasti, namun sekresi prolatin yang berlebihan oleh tumor menimbulkan impotensi.(William, 2008)
e.       GnRH (Gonadotrophin Releasing Hormon)
GnRH adalah suatu dekapeptida yang terutama disintesis dalam nucleus arkuatus, yang bertanggung jawab atas sintesis dan pelepasan LH dan FSH. GnRH biasanya disebut hormon pelepas LH (RH-LH) atau faktor pelepas-LH (LRF).
GnRH disekresi dengan cara berdenyut di sepanjang siklus haid. Frekuensi dan amplitude dari pulsasi ini bervariasi pada tiap fase siklus haid. Frekuensi pembebasan GnRH, seperti dinilai secara tak langsung dengan pengukuran pulsasi LH, bervariasi dari sekitar setiap 90 menit dalam fase folikular dini sampai setiap 60 sampai 70 menit dalam periode praovulasi yang segera. (Hacker, 2001)
f.       FSH (Follicle Stimulating Hormone)
Diproduksi di sel-sel basal hipofisis anterior, sebagai respon terhadap GnRH. Waktu paruh FSH manusia sekitar 170 menit. FSH membantu mempertahankan epitel spermatogenik dengan cara merangsang sel sertoli  pada pria dan berperan pada pertumbuhan awal folikel ovarium pada wanita. (William, 2008)
g.      LH (Luteinizing Hormone)
Diproduksi di sel-sel kromofob hipofisis anterior. Waktu paruh LH sekitar 60 menit. LH bersifat tropic untuk sel Leyding dan pada wanita berperan pada pematangan akhir folikel ovarium dan sekresi esterogen dari folikel tersebut. Hormon ini juga berperan pada ovulasi, awal pembentukkan korpus luteum dan sekresi progesteron. (Ganong, 2008)
2.      Poros Hormonal Sistem Reproduksi
a.    Hipotalamus
     Lima peptida kecil yang berbeda atau amina biogenic yang mempengaruhi siklus reproduksi telah diisolasi dari hipotalamus. Semua mengerahkan efek khusus pada sekresi hormonal pada kelenjar pituati anterior. Mereka adalah hormon pelepas gonadotriphin (GnRH), hormon pelepas-tirotropin (TRH). faktor penghambat-pembebasan somatotropin (SRIF) atau somatostatin, faktor pelepas kortikotropin (CRF) dan faktor penghambat pembebasan prolaktin (PIF).
b.      Kelenjar Pituitari/ Hipofisis
Terletak dibawah hipotalamus pada dasar otak didalam suatu rongga tulang (sela tursika) dan dipisahkan dari rongga cranial oleh kondensasi substansi dura yang menutupi sela tursika (sela diafragma).
Pituitari anterior berisi sel yang berbeda yang menghasilkan enam hormon protein : hormon perangsang-folikel (FSH), hormon lutein (LH), hormon perangsang-tiroid (TSH), prolaktin, hormon pertumbuhan (GH) dan hormon adrepokortikotropik (ACTH).
c.       Ovarium
Berfungsi gametogenesis/oogenesis, dlam pematangan dan pengeluaran sel telur (ovum). Selain itu juga brfungsi steroidogenesis, menghasilkan esterogen (dari teka interna folikel) dan progesteron (dari korpus luteum), atas kendali dari hormon-hormon gonadotropin
d.      Endometrium
Endometrium secara unik tanggap terhadap progestin, androgen, dan esterogen yang beredar. Kemampuanyang memberi respon inilah yang menimbulkan haid dan memungkinkan terjadinya implantasi dan kehamilan.
Secara fungsional, endometrium terbagi atas dua daerah (1) bagian atas, atau fungsionalis, yang menjalani perubahan siklus dalam morfologi dan fungsi selama ssiklus hid dan dilepaskan pada saat haid, (2) bagian bawah, atau basal, yang tetap relatif tidak berubah selama tiap siklus haid dan setelah haid, memberikan sel induk untuk memperbaruhi fungsionalis itu. Arteri basalis adalah pembuluh darah biasa yang ditemukan dalam daerah basal, sementara arteri spiral secara khusus di lingkari pembuluh darah yang ditemukan dalam fungsionalis.
3.      Fungsi Hormon Sistem Reproduksi
a.       Estrogen,
     Estrogen disekresi oleh folikel graafian ovarium dan oleh plasenta selama kehamilan. Estrogen bertindak untuk meningkatkan sifat seks sekuder wanita, payudara dan pertumbuhan jaringan uterus, dan kontraksi uterus. Estrogen menghambat proses laktasi (Hamilton, 1995). Fungsi primer dari estrogen adalah untuk menimbulkan proliferasi sel dan pertumbuhan jaringan organ-organ kelamin dan jaringan lain yang berkaitan dengan reproduksi (Guyton, 2007).
Menurut Guyton (2007), efek estrogen pada karakteristik kelamin primer dan sekunder adalah :
1)    Efek estrogen pada uterus dan orgam kelamin luar wanita
    Selama masa kanak-kanak, estrogen disekresi hanya dalam jumlah kecil, tetapi pada saat pubertas, jumlah yang disekresi pada wanita di bawah pengaruh hormon-hormon gonadotropin hipofisis meningkat sampai 20 kali lipat atau lebih. Pada saat ini, orgam-organ kelamin wanita akan berubah dari yang dimiliki seorang anak menjadi yang dimiliki seorang wanita dewasa. Selama beberapa tahun pertama sesudah pubertas, ukuran uterus meningkat menjadi dua sampai tiga kali lipat, tetapi yang lebih penting daripada bertambahnya ukuran uterus adalah perubahan yang berlangsung pada endometrium uterus di bawah pengaruh estrogen. Estrogen menyebabkan terjadinya proliferasi yang nyata stroma endometrium dan sangat meningkatkan perkembangan kelenjar endometrium, yang nantinya akan membantu memberi nutrisi pada ovum yang berimplantasi.
2)    Efek estrogen pada payudara
Payudara primordial baik pada wanita maupun pria pada dasarnya sama. Nyatanya, di bawah pengaruh hormon-hormon yang tepat, payudara pria, selama 2 dekade kehidupan pertama, dapat cukup berkembang untuk memproduksi susu dengan cara yang sama seperti payudara wanita. Estrogen menyebabkan (1) perkembangan jaringan stroma payudara, (2) pertumbuhan sistem duktus yang luas, dan (3) deposit lemak pada payudara. Ringkasnya, estrogen memulai pertumbuhan payudara dan alat-alat pembentuk air susu payudara. Estrogen juga berperan pada pertumbuhan karakteristik dan penampilan luar payudara wanita dewasa. Akan tetapi, estrogen tidak menyelesaikan tugasnya yaitu mengubah payudara menjadi organ yang memproduksi susu.
3)    Efek estrogen pada metabolisme dan penyimpanan lemak
     Estrogen sedikit meningkatkan laju kecepatan metabolisme seluruh tubuh, tetapi hanya kira-kira sepertiga dari peningkatan yang disebabkan oleh hormon kelamin pria, yaitu testosteron. Estrogen juga menyebabkan peningkatan jumlah simpanan lemak dalam jaringan subkutan. Sebagai akibatnya, persentase lemak tubuh pada wanita dianggap lebih besar dibandingkan pada payudara tubuh pria, yang mengandung lebih banyak protein. Selain simpanan lemak pada payudara dan jaringan subkutan, estrogen juga menyebabkan simpanan lemak pada bokong dan paha, yang merupakan karakteristik sosok feminim.
4)    Efek estrogen pada distribusi rambut
     Estrogen tidak terlalu memengaruhi persebaran rambut. Akan tetapi, rambut akan tumbuh di daerah pubis dan aksila sesudah pubertas. Peningkatan jumlah adrogen yang dibentuk oleh kelenjar adrenal setelah pubertas adalah hormon yang terutama berperan pada pertumbuhan tersebut.
b.      Progesteron
progesteron, disekresi oleh korpus luteum dan plasenta. Progesteron bersama-sama dengan estrogen menyiapkan endometrium untuk menerima ovum. Progesteron juga meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan jaringan payudara. Tidak seperti estrogen, progesteron membantu relaksasi uterus. Dengan alasan ini, dosis tambahan estrogen mungkin diberikan untuk mempercepat kelahiran prematur (Hamilton, 1995).
      Menurut Guyton (2007), fungsi-fungsi progesteron adalah:
1)   Efek progesteron pada uterus
Sejauh ini fungsi progesteron yang paling penting adalah untuk meningkatkan perubahan sekretorik pada endometrium uterus selama separuh terakhir siklus seksual bulanan wanita, sehingga mempersiapkan uterus untuk menerima ovum yang sudah dibuahi. Selain dari efek terhadap endometrium, progesteron juga mengurangi frekuensi dan intensitas kontraksi uterus, sehingga membantu mencegah terlepasnya ovum yang sudah berimplantasi
2)    Efek progesteron pada tuba fallopi
Progesteron juga meningkatkan sekresi pada mukosa yang membatasi tuba fallopi. Sekresi ini dibutuhkan untuk nutrisi ovum yang telah dibuahi, dan sedang membelah, sewaktu ovum bergerak dalam tuba fallopi sebelum berimplantasi
3)    Efek progesteron pada payudara
Progesteron meningkatkan perkembangan lobulus dan alveoli payudara, mengakibatkan sel-sel alveolar berproliferasi, membesar, dan menjadi bersifat sekretorik. Akan tetapi, progesteron tidak menyebabkan alveoli menyekresi air susu, air susu disekresi hanya sesudah payudara yang siap dirangsang lebih lanjut oleh prolaktin dari kelenjar hipofisis anterior.
c.       Human Chorionic Gonadotropin (HCG)
Selama kehamilan, hormon human chorionic gonadotropin (hCG) disekresikan oleh plasenta, dan bersirkulasi pada ibu dan fetus. Hormon ini mempunyai pengaruh yang hampir sama terhadap organ-organ kelamin seperti halnya dengan LH. Selama masa kehamilan, bila fetus berkelmain pria, hCG dari plasenta akan menyebabkan testis fetus menyekresikan testosteron. Testosteron ini sangat diperlukan untuk memacu pembentukan organ kelamin pria.
d.      Lactotrophic hormone (LTH)/Prolactin
      Prolaktin hipofisis manusia mengandung 199 residu asam amino dan 3 jembatan disulfida dan memiliki kemiripan struktural yang cukup besar dengan hormon pertumbuhan dan hCS manusia. Waktu-paruh prolaktin, seperti hormon pertumbuhan, sekitar 20 menit. Prolaktin yang secara struktural mirip, disekresikan oleh endometrium dan plasenta. Prolaktin menyebabkan sekresi air susu dari payudara yahg telah mendapatkan rangsangan estrogen dan progesteron. Fungsi prolaktin pada pria normal belum diketahui pasti, namun sekresi prolaktin yang berlebihan oleh tumor menimbulkan impotensi.
e.       Luteinizing hormone
Luteinizing hormone, yang disekresi oleh kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Leyding untuk menyekresi testosteron.
f.       Hormone perangsang-folikel (FSH)
Hormon perangsang-folikel (FSH), yang juga disekresi oleh kelenjar-kelenjar hipofisis anterior, merangsang sel-sel Sertoli, tanpa rangsangan ini, pengubahan spermatid menjadi sperma (proses spermiogenesis) tidak akan terjadi.
g.      Hormone pertumbuhan
Hormon pertumbuhan (dan sebagian besar hormon tubuh lainnya) diperlukan untuk mengatur latar belakang fungsi metabolisme testis. Hormon pertumbuhan secara spesifik meningkatkan pembelahan awal spermatogonia itu sendiri; bila tidak terdapat hormon pertumbiuhan, seperti pada dwarfisme hipofisis, spermatogenesis sangat berkurang atau tidak ada sama sekali sehingga menyebabkan infertilitas.

DAFTAR PUSTAKA

Bobak. I.M, Lowdermilk. D.L, Jen
sen, M.D. (2004). Buku Ajar Keperawatan Maternitas. Ed. 4. Jakarta: EGC.          
Guyton, A.C. (2007). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta : EGC
Hamilton, P.M. (1995). Dasar-dasar keperawatan maternitas. Jakarta : EGC
Hidayat, A. Aziz Alimul. (2007). Pengantar Konsep Dasar Keperawatan. Ed. 2. Jakrta: Salemba Medika.
Kozier, Barbara.(2010).Buku ajar fundamental keperawatan: konsep, proses, dan praktik.Ed.7.Jakarta: EGC
Potter, P.A., & Perry, A. G.(2005). BukuAjar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses, Praktik.Edisi 4. USA: Elsevier Mosby

Williaw, F.G. (2008). Buku ajar fisiologi kedokteran. Jakarta ; EGC

No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat