google adsense

Wednesday, September 10, 2014

TEKNIK AMBULASI

A.    TEKNIK AMBULASI
1.    Teknik Mengangkat
Kebanyakan cedera punggung yang terjadi adalah ketegangan pada kelompok otot lumbar termasuk otot di sekitar vertebra lumbar (Owen dan Garg, 1991). Cedera otot di area ini berpengaruh pada kemampuan membungkuk ke depan, ke belakang, ke samping. Selain itu kemampuan memutar pinggul dan punggung bagian bawah menurun. Perawat beresiko mengalami cedera otot lumbal ketika mengangkat, memindahkan, atau mengubah posisi pasien imobilisasi. Sebelum mengangkat, perawat harus mengkaji kemampuan mengangkat pasien atau objek yang akan diangkat dengan menentukan kriteria dasar cara mengangkat sebagai berikut ini:
a.       Posisi beban.
Beban yang akan di angkat berada sedekat mungkin dengan pengangkat. Posisikan objek pada keadaan seperti di atas ketika perawat menggunakan gaya mengangkat dikarenakan objek berada dalam potongan sama (Stamps,1989)
b.      Tinggi objek.
Tinggi yang paling baik untuk mengangkat vertical adalah sedikit di atas jari tengah seseorang dengan lengan tergantung di samping (Owen & Garg, 1991)

c.       Posisi tubuh.
ketika posisi tubuh pengangkat bervariasi dengan tugas mengangkat yang berbeda, maka petunjuk umum berikut mampu di pakai untuk sebagian besar keadaan. Tubuh diposisikan dengan batang tubuh tegak sehingga kelompok otot-otot multiple bekerja sama dengan cara yang sinkron.
d.      Berat maksimum.
Setiap perawat harus mengetahui berat maksimun yang aman untuk diangkat-aman bagi perawat dan pasien. Objek yang terlalu berat adalah jika beratnya sama dengan atau lebih dari 35% berat badan orang yang mengangkat. Oleh karena itu, perawat yang beratnya 59,1 kg tidak mencoba mengangkat pasien imobilisasi yang beratnya 45,5 kg. meskipun nampaknya perawat mungkin mampu melakukannya, hal ini akan beresiko pasien jatuh yang menyebabkan cedera punggung perawat.










Tabel  1.1 Teknik Mengangkat
Langkah
Rasional
a.  Kaji berat posisi, tinggi objek, posisi tubuh, dan berat maksimum.

Menentukan apakah anda dapat melakukannya sendiri atau membutuhkan bantuan (Stamps, 1989).
b.      Angkat objek dengan benar dari bawah pusat gravitasi:
1)      Dekatkan pada objek yang akan dipindahkan.
2)      Perbesar dasar dukungan anda dengan menempatkan kedua kaki agak sedikit terbuka.
3)      Turunkan pusat gravitasi anda ke objek yang akan diangkat.

4)      Pertahankan kesejajaran yang tepat pada kepala dan leher dengan vertebrae, jaga tubuh tetap tegak.


1)      Memindahkan pusat gravitasi lebih dekat ke objek.
2)      Mempertahankan keseimbangan tubuh lebih baik, sehingga mengurangi resiko jatuh.
3)      Meningkatkan keseimbangan tubuh dan memungkinkan kelompok otot-otot bekerja sama dengan cara yang sinkron.
4)      Mengurangi resiko cedera vertebar lumbar dan kelompok otot (Owen dan Garg,1991).
c.       Angkat objek dengan benar dari atas pusat gravitasi tempat tidur:
1)      Gunakan alat melangkah yang aman dan stabil. Jangan berdiri di atas tangga teratas.
2)      Berdiri sedekat mungkin ke tempat tidur.

3)      Pindahkan berat objek dari tempat tidur dengan cepat pada lengan dan di atas dasar dukungan.



1)     Mencapai pusat gravitasi lebih dekat ke objek.
2)     Meningkatkan keseimbangan tubuh selama mengangkat.
3)     Mengurangi bahaya jatuh dengan memindahkan objek yang di angkat dengan pusat gravitasi di atas dasar dukungan


Mengangkat objek dari tempat tidur tinggi meningkatkan resiko karena lebih sulit mempertahankan keseimbangan tubuh. Untuk meraih objek yang berada di atas kepala, orang sering berdiri  berjinjit dengan kakinya bersamaan sehingga menurunkan dasar topangan, menaikkan pusat gravitasi dan pada akhirnya menurunkan keseimbangan mereka.
2.    Teknik mengubah posisi
       Pasien yang mengalami gangguan fungsi system skeletal, saraf atau otot dan peningkatan kelemahan serta kekakuan biasanya membutuhkan bantuan perawat untuk memperoleh kesejajaran tubuh yang tepat ketika selama berada di tempat tidur atau duduk. Banyak alat bantu dapat dipakai perawat untuk mempertahankan kesejajaran tubuh pasien yang baik selama diposisikan.
a.         Bantal siap dipakai di rumah sakit juga fasilitas perawatan yang diberikan. Padahal ketika pasien di rumah, persediaan terbatas. Sebelum menggunakan sebuah bantal, perawat harus menentukan apakah ukurannya tepat. Bantal tebal di bawah kepala pasien meningkatkan fleksi servikal. Bantal tipis  di bawah bagian tubuh yang menonjol tidak adekuat melindungi kulit dan jaringan dari kerusakan akibat tekanan. Ketika bantal tambahan tidak dapat dipakai atau ukurannya tidak tepat perawat dapat melipat seprai, selimut atau handuk sebagai ganti bantal.
b.        Papan kaki (footboard) diletakkan tegak lurus dengan matras, sejajar dan menyentuh permukaan bawah kaki pasien. Papan kaki mencegah footdrop dengan mempertahankan kaki dalam posisi dorsifleksi. Setelah menempatkan di atas tempat tidur, perawat perlu menentukan apakah penempatannya benar, dengan kaki pasien berada di papan dengan pas. Posey footguard merupakan alat bantu yang menggunakan struktur busa untuk mempertahankan posisi kaki pasien dorsifleksi. Cara lain yang umum adalah menggunakan teknik high-top tennis shoes.

c.         Trochanter roll, Mencegah rotasi luar pada tungkai ketika pasien berada posisi supine. Untuk membentuk trochanter roll, selimut mandi katun dilipat panjang kain untuk lebar yang akan melebar dari tronchanter femur terbesar sampai batas bawah popliteal. Selimut diletakkan di bawah bokong dan kemudian digulung berlawanan dengan jarum jam sampai paha berada posisi netral atau rotasi dalam. Jika kesejajaran pinggul yang tepat tercapai, maka patella langsung menghadap ke atas.
d.         Bantal pasir (sandbags) adalah tabung-tabung plastik berisi pasir yang dapat membentuk sesuai bentuk tubuh. Sandbag dapat digunakan ditempatnya atau sebagai tambahan untuk trochanter roll. Alat-alat tersebut mengimobilisasi ekstermitas atau mempertahankan kesejajaran tubuh.
e.        Gulungan tangan (hand rolls). Mempertahankan ibu jari sedikit adduksi dan berada berlawanan dengan jari-jari. Hand roll mempertahankan tangan, ibu jari, dan jari-jari dalam posisi fungsional. Perawat mengevaluasi hand rolls untuk meyakinkan bahwa tangan benar-benar berada dalam fungsi fungsional.
f. Pembebat pergelangan tangan (hand wrist splints) adalah pembentuk individual bagi pasien untuk mempertahankan kesejajaran ibu jari yang tepat (sedikit adduksi) dan pergelangan tangan (sedikit dorsifleksi). Pembebat ini hanya digunakan oleh pasien dimana pembebat tersebuat dibuat untuknya
g.          Trapeze bar adalah alat bantu berbentuk segitiga yang dapat turun dengan aman di atas kepala yang di raih di tempat tidur. Hal ini memungkinkan pasien menarik dengan ekstremitas atasnya untuk meraih bagian bawah tempat tidur, membantu memindahkan dari tempat tidur ke kursi roda, atau melakukan latihan dengan lengan atas.
h.      Restrain adalah alat bantu yang digunakan untuk imobilisasi, terutama pada pasien bingung atau disorientasi. Jaket restrain umum yang digunakan adalah jaket posey. Ketika memakaikan jaket pada pasien, perawat menyusun satu sisi di atas sisi lain menyilang di punggung pasien. tali diletakkan di bawah ikatan jaket dan diikatkan ke pinggir tempat tidur, kursi, atau kursi roda.
i.    Papan tempat tidur adalah papan tripleks yang ditempatkan di bawah keseluruhan matras. Papan ini berguna untusk meningkatkan sokongan dan kesejajaran punggung, khususnya matras lunak.

j.        Pagar tempat tidur, pegangan di letakkan sepanjang tempat tidur, memungkinkan klien aman.

3.    Teknik memindahkan
Perawat biasa memberi perawatan pada pasien imobilisasi yang harus diubah posisi, dipindahkan dari tempat tidur dan harus dipindahkan dari tempat tidur ke kursi atau ke brankar. Mekanika tubuh yang sesuai memungkinkan perawat untuk menggerakkan, mengangkat, atau memindahkan pasien dengan aman dan juga melindungi perawat dari cedera system musculoskeletal.
Meskipun perawat menggunakan berbagai teknik memindahkan, berikut ini merupakan petunjuk umum yang harus diikuti saat memindahkan pada setiap prosedur pemindahan:
a.    Naikkan sisi bergerak pada sisi tempat tidur pada posisi berlawanan dengan perawat untuk mencegah pasien jatuh dari tempat tidur.
b.    Tinggikan tempat tidur pada ketinggian yang nyaman.
c.    Kaji mobilisasi dan kekuatan pasien untuk menentukan bantuan pasien yang dapat digunakan saat memindahkan.
d.   Tentukan kebutuhan akan bantuan.
e.    Jelaskan prosedur dan gambarkan apa yang diharapkan dari pasien.
f.     Kaji kesejajaran tubuh yang benar dan area tekanan setelah setiap kali memindahkan.
Pasien membutuhkan tingkat bantuan yang bervariasi untuk mengangkat dari tempat tidur, menggerakkan ke posisi miring, atau duduk di sisi tempat tidur. Contoh, wanita muda dan sehat membutuhkan sedikit dukungan untuk duduk pertama kali di sisi tempat tidur setelah melahirkan, sedangkan laki tua mungkin membutuhkan bantuan satu atau lebih perawat untuk melakukan hal yang sama 1 hari setelah appendiktomi.
Untuk menentukan apakah pasien mampu melakukan sendiri dan berapa banyak orang yang dibutuhkan untuk membantu dan mengangkat pasien di atas tempat tidur, perawat mengkaji pasien untuk menentukan apakah penyakit pasien ada kontraindikasi dalam pengerahan tenaga (seperti kardiovaskular). Kemudian, perawat menentukan  apakah pasien memahami apa yang di harapkan. Contohnya, pasien yang baru saja mendapatkan pengobatan nyeri pascaoperasi mungkin terlalu lesu untuk mengerti instruksi, sehingga untuk menjamin keamanan, dibutuhkan dua perawat untuk menggerakkan pasien.
1)      Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi.
Memindahkan pasien dari tempat tidur ke kursi oleh perawat membutuhkan bantuan pasien dan tidak dilakukan pada pasien yang tidak dapat membantu. Perawat menjelaskan prosedur pada pasien sebelum pemindahan. Lingkungan juga dipersiapkan dengan memindahkan penghalang jalan. Kursi ditempatkan dekat tempat tidur dengan punggung kursi sejajar dengan bagian kepala tempat tidur. Penempatan kursi memungkinkan perawat berputar dengan pasien dan memindahkan berat badan pasien dengan cepat. Pemindahan yang aman adalah prioritas utama. Perawat yang ragu-ragu dengan kekuatannya ataupun kemampuan klien untuk membantu, harus meminta bantuan. Klien harus duduk dan menjuntaikan kakinya di sisi tempat tidur sebentar sebelum berdiri. Kemudian klien harus berdiri di sisi tempat tidur untuk beberapa menit sehingga klien dapat dengan cepat menurunkan punggungnya ke tempat tidur pada kasus pusing atau pingsan.
Ketika memindahkan klien imobilisasi dari tempat tidur ke kursi roda perawat harus menggunakan mekanika tubuh yang tepat dan apabila memungkinkan kerja sama diperoleh sebanyak mungkin dari klien.

2)      Memindahkan Pasien Dari Tempat Tidur Ke Brankar
Pasien imobilisasi yang dipindahkan dari tempat tidur ke brankar atau dari tempat tidur harus membutuhkan tiga orang pengangkat. Teknik ini bagus dilakukan jika orang-orang yang memindahkan mempunyai kesamaan tinggi. Jika pusat gravitasi mereka sama, mereka mengangkat sebagai satu tim. Cara lain memindahkan pasien adalah dengan menggunakan kain pengangkat yang ditempatkan di bawah pasien. kain pengangkat berguna sebagai “ayunan” ketika pasien dipindahkan’ ke brankar. Pada teknik ini, perawat perlu berada di sisi berlawanan dari tempat tidur dan berpegang pada kain pengangkat ketika memindahkan pasien ke brankar. Brankar dan tempat tidur ditempatkan berdampingan sehingga pasien dapat dipindahkan dengan cepat dan mudah dengan menggunakan kain pengangkat.
Hati-hati saat menggunakannya pada klien yang mengalami trauma medula spinalis. Jika klien harus dipindahkan maka papan pemindah harus ditempatkan dibawah klien untuk mempertahankan kesejajaran spinal sebelum memindahkan ke brankar. Klien harus dipersiapkan untuk pemindahan dan minta bantuan jika memungkinkan. Contoh, dengan melipat lengan di atas dada. Lingkungan harus bebas dari penghalang dan alat-alat yang tidak dibutuhkan harus dipindahkan dari tempat tidur. Brankar harus ditempatkan sudut kanan tempat tidur sehingga pengangkat dapat berputar ke depan brankar dan memindahkan klien dengan cepat.

REFERENSI : 
Kozier, B., Erb, G., Berman A., Snyder S. 2004. Buku Ajar Keperawatan Klinis Eds 5. Jakarta : EGC.

                        Potter perry. 2006. Fundamental keperawatan ed 2. Jakarta: EGC.
                 
                 Smeltzer, C.S., Bare, G.B., (2001). Buku ajar keperawatan medical bedah Brunner& Suddarth,                 Edisi 8, Volume 3, Penerbit EGC, Jakarta.



No comments:

Post a Comment

Komentar yang diharapkan membangun bagi penulis, semoga bermanfaat